Kamis, 24 Juni 2010

Maaf ya, Gayus bukan lulusan SMANSA!

4 Juni 2010

Banyak orang yang bilang hukum di Indonesia gak tegas-lah, rancu-lah, gak punya pendirian-lah, ini-lah, itu-lah. Tapi kalau boleh gw berpendapat, ternyata dibandingkan dengan hukum-nya, sanksi sosial dari masyarakat di Indonesia labih tajam, menyeramkan, mengenaskan, dan menyayat hati. Hii..

Contohnya? Lihat saja kasus korupsi yang dilakukan oleh Gayus Tambunan, staff Departemen Keuangan yang kelakuannya memang dinilai punya derajat jauh lebih tinggi dari kata KETERLALUAN. Di saat hukum masih melakukan persidangan untuk menjeratnya dengan pasal sekian, pasal sekian, dan pasal sekian, sanksi sosialnya sudah berlaku lebih cepat secepat cheetah (apa coba, Tuth?)

Sejak kabar itu mulai merebak, Indonesia seolah punya kosakata baru.

Korupsi = Gayus
Pajak = Gayus
STAN = Gayus

*Untuk Kang Agus Sutisna, Akang Ketua Forkom yang amat sangat saya hormati, hehehe, cepetan lulus ya Kang! Buktikan lulusan STAN gak kayak Gayus semua! :D

Dan yang gw dengar, angkot yang biasa digunakan oleh mahasiswa perpajakan stan untuk menuju ke gedung kuliahnya, kenek yang biasanya teriak, "Pajak, pajak, pajak, pajak!", mengubah teriakannya menjadi, "Gayus, gayus, gayus, gayus!"

Hii...Naudzubillah min dzalik..

Dan gak cuma itu. Kelakuan Gayus pun pada akhirnya berimbas pada calon-calon mahasiswa yang menjadikan STAN menjadi cita-citanya.
Isnain : Teh Tuti, Teh Tuti teh mau ke STAN ya?
Gw : Mohon doanya ya Isnain. Insya Allah.
Isnain : Ngambil jurusan apa, Teh?
Gw : Prodi administrasi perpajakan, akuntasi, dan keperbendaharaan negara.
Isnain : Pajak? Gayus donk teh!
Awalnya sih biasa aja dengernya. Soalnya emang bukan yang pertama kalinya. Mulai dari temen sendiri, adik kelas, kakak kelas, tetangga, ibu kantin, bahkan sampai Bu Ening dan Pak Fathony, waktu tau gw ngambil prodi administrasi perpajakan, pasti langsung dikaitkan dengan Gayus. Tapi lama-lama miris juga ya dibilang kayak gitu terus, heu.

Tapi terserahlah. Seandainya jalan gw nanti memang benar-benar di sini. Jika memang rencana terbaik-Nya memang di tempat ini. Terserah orang mau bilang apa. Buat gw yang paling penting, Allah Maha Mengetahui apa yang gw kerjakan khan?

Lagipula, seandainya gw benar-benar menjadi satu almamater dengan Gayus, gw gak akan pernah sama dengan Gayus. Gak akan pernah. Kenapa? Karena Gayus bukan lulusan SMA yang sama dengan gw!

Gayus gak pernah kenal sama yang namanya POSKO!
Orang-orang yang bahkan di hari pertama berkenalan saja sudah mengajarkan untuk tidak berpikir picik!

Gayus gak pernah ngerasain yang namanya Big Camp, Nusa, dan Pasir.
Tempat dimana kata egois dan memikirkan diri sendiri ditentang habis-habisan!

Gayus gak pernah jadi anak SMANSA yang ngerasain susahnya bikin acara!
Gayus gak pernah ngerasain adrenalin naik turun saat H-3 acara, tetapi dana masih kekurangan Rp 27.000.000. Gak pernah ngerasain berjuang mati-matian untuk nutupin semua itu. Gak pernah ngerasain hujan-hujanan siang dan malam ngetok-ngetok rumah orang buat jualan, badan sakit-sakit di depan komputer untuk buat proposal danu, jualan kue, jualan kunciran, jualan tas, jualan kartu perdana, dan jualan kaos. Gak pernah ngerasain mati-matian untuk berjuang nutupin itu semua dengan segala cara yang HALAL. Gak pernah. Dan yang pasti, Gayus gak pernah ngerasain nikmatnya ketika semua dana itu berhasil ketutup. Kenikmatan yang berujung pada sebuah keyukuran yang gak pernah ada ujungnya sampai saat ini.

Dan yang paling penting, Gayus gak pernah ngerasain nikmatnya ikatan sebuah keluarga! Keluarga yang bahkan gak akan gw gadaikan hanya demi ratusan batangan emas. Gak akan pernah! Gayus memang merasa mendapatkan kenikmatan dengan memiliki tumpukan batangan emas dan milyaran lembara uang. Tapi gw, bahkan selama dua minggu gw sama sekali gak bawa uang sepeser pun ke sekolah, gw punya KELUARGA yang selalu mengajak gw makan dan mengantarkan gw pulang tanpa gw minta. Rasanya? Hey! Jauuuuh, jauh lebih nikmat dari tumpukan batangan emas dan milyaran lembar uang itu.

Ya. Gayus bukan lulusan SMA yang sama dengan gw.
Dan dia GAK PERNAH merasakan semua kenikmatan itu.
GAK PERNAH!

Jadi, seandainya tempat terbaik itu adalah Administrasi Perpajakan STAN.
Gw gak akan pernah sama dengan Gayus.
Kenapa?
Karena Gayus bukan lulusan SMANSA!

5 komentar:

Linea Alfa Arina mengatakan...

speechless :')

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@ arin : :)

Anonim mengatakan...

dimaafin ko :9

Agus Sutisna mengatakan...

haha....knp ad nama saya di sana?
Insya Allah sy akan buktikan bahwa LULUSAN SMANSA GAK AKAN KYAK GAYUS!!!!!
Doakan sy ya...^^/

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@anonim : terima kasih anonim, sungguh anda memang berjiwa besar, saya terharu :')

@kang agus : waaaaaaaaah, ada akang mas'ul! hehehe (ampun kang, damai :P) nuhun pisan ya akang sudah berkunjung.. hehe, punten ya kang namanya tuti tulis di sini, gak harus bayar royalti kan kang? hehehe.. Iya kang, SEMANGAT AKANG! :D Insya Allah didoain yang terbaik :) Mohon doanya juga ya kang, biar tuti bisa jadi adik kelas akang lagi disana, amiin :)