28 Mei 2010
Kalau boleh jujur, gw sempat agak jengah dengan novel dan film yang dilatarbelakangi dengan cerita pencapain sebuah mimpi. Rata-rata alur ceritanya adalah seseorang yang kondisinya tidak memungkinkan untuk mencapai sebuah mimpi atau direndahkan oleh orang-orang di sekitarnya sampai akhirnya tiba-tiba ia berhasil mencapai mimpi itu. Gw pengen banget ada novel atau film yang bener-bener nyeritain jatuh bangunnya pencapaian mimpi itu yang pastinya gak mudah. Tapi gak mungkin juga sih, Tuth. Mau berapa halaman novel dan berapa durasi film yang dibuat? :P
Tapi sepertinya, Allah gak mau gw menemukan cerita jatuh bangunnya pencapaian itu lewat film atau novel, tapi menemukannya di jalan cerita kehidupan gw sendiri :)
Dan saat ini, gak pernah berhenti bersyukur punya seorang sahabat yang selalu berhasil menunjukkan kekuatan sebuah mimpi.
Ya. Gw sudah merasakan kekuatan itu, kawan :)
Rj : Assalamualaikum, tuti semangat ya snmptn dan stan nya! :DGw : Walaikumussalam Rj, makasih banyak ya, J :D Lw juga semangat ya j tes Monbukagakusho nya. Doain gw bisa nyusul ke Jepang :DRj : Amiin Ya Allah, amiin :D Kau gak ikut Monbukagakusho Tut?Gw : Enggak j, gw mau ngejar ridho orangtua dulu. Insya Allah gw bakal terus nyari jalan menuju mimpi itu kok. Mimpi kita gak akan pernah mati khan J?Rj : Iya tuti! Pokoknya harus semangaaat yaaaaa! :)
Salah satu alasan Rj sekarang menjadi salah satu sahabat terbaik gw, karena gw dan Rj punya mimpi yang sama. Ya. Mimpi seorang anak kelas 2 SMA yang ingin menginjakkan kakinya di negri matahari terbit.
Rj yang ingin mempelajari teknologi yang berkembang disana, dan gw yang hanya ingin merasakan yang namanya Hanami di negeri matahari terbit itu, memang punya tujuan yang berbeda. Tapi kita punya mimpi yang sama. Ya. Negeri matahari terbit itu.
Dan saat ini, mimpi itu bukan hanya sekedar mimpi anak kelas 2 SMA. Gw dan Rj punya celengan yang sama. Celengan khusus yang kami simpan untuk mimpi itu. Untuk membuktikan bahwa kami memang seorang pemimpi, tapi kami bukan seorang pengkhayal.
Walaupun gak tau kapan. Walaupun mungkin jalan menuju kesana akan berbeda. Tapi yang pasti, ketika kami harus membuka celengan itu, kami pastikan berarti kami benar-benar sudah berada di sana.
Rj bilang celengannya sudah mulai penuh. Sama halnya dengan celengan gw. Celengan gw pun mulai menggunung yang berbanding lurus dengan mimpi gw yang semakin membumbung.
JEPANG, bolehkah?
0 komentar:
Posting Komentar