Rabu, 28 Januari 2015

Cara yang Lebih Mudah

23 Januari 2014
20.50 WIB

Kemarin Teteh gw sempat bilang, kalau gw sampai minta orang lain yang berubah, tandanya gw sudah capek banget.

Tapi dipikir pikir konyol juga sih. Kalau gw yang sakit hati, gw harus minta orang lain berhenti nyakitin gw gitu? Duh. Kamu bertemu puluhan orang di dunia ini, Tut. Bersinggungan dengan ratusan lingkaran dan ribuan perasaan. Mana ada lw minta satu satu orang lain untuk tidak menyakiti lw. Koyol bukan kalau sampai perlu untuk bikin plang yang digantungin di leher dengan tulisan : hati hati, ada yang lelah disakiti!

Selalu ada cara yang paling mudah bukan dibandingkan meminta orang lain yang berubah?

Cukup diri kita sendiri yang berubah. Memaafkaan. Mengambil pelajaran. Mengubah sudut pandang. Memperluas lapang hati untuk memperkecil tekanan. Membumihanguskan harapan.

Dengan begitu, kita tidak memberikan izin kepada siapapun yang datang untuk menyakiti kita. Siapapun. Dengan bentuk apapun.

Lebih mudah dibandingkan meminta orang lain berubah bukan?

Senin, 12 Januari 2015

Jangan-Jangan

Gw agak curiga sebenarnya. Komposer komposer lagu terbaik dan pujangga pujangga terbaik, jangan-jangan menghasilkan karya terbaiknya saat mereka sedang sedih. Atau terinspirasi dari cerita cerita hidupnya yang paling pahit yang membuat mereka akhirnya berpikir.

Lebih Ringan

10 Januari 2015
15.12 WIB

Biasanya, orang yang naik gunung untuk kedua kalinya tahu bahwa posisi badan dan kaki saat turun gunung lebaih baik menyamping. Karena saat pertama kali naik gunung, pernah merasakan bahwa resiko sakit saat jatuh dengan posisi badan dan kaki menghadap ke depan saat turun lebih besar.

Itu yang bisa kita sebut pengalamn mengajarkan banyak hal.

Terus lagi kepikiran sesuatu. Beberapa kali gw dikasih sedih karena satu masalah, tiba tiba beberapa hri, minggu, bulan, kemudian, ada orang yang bercerita kepada gw dengan masalah yang persis sama. Terus rasanya bisa ngehadepin ceritanya dengan lebih ringan. Bisa mendengarkannya kebih lapang karena gw pernah ada di posisi itu. Tau persis rasaya. Dan pernah berhasil melewatinya.

Lalu kemudian jadi mikir. Ngerasa dapet bahan bakar untuk gak berlarut larut kalau besok besok dikasih sedih karena masalah. Jangan jangan, beberapa waktu kemudian ada orang yang bercerita tentang masalah yang persis sama dengan kesedihan itu. Dan semua sedih gw, dikasih biar gw bisa bantu orang ngehadepinnya dengan lebih ringan.

Mereka Berhak Tahu

16 Oktober 2015
09.50 WIB

Alasan utama kenapa akhirnya gw suka backpackeran adalah... anak anak yang gw ajar harus tau, bahwa hidup gak cuma seluas petak ruangan kelas, Nak.

Terbaik

19 Oktober 2014
19.31 WIB

Sampai bertemu lagi. Semoga saat itu, masing-masing dari kita telah menjadi pribadi terbaik yang pernah kita usahakan.

Lewat Banyak Tangan

28 Oktober 2014
09.42 WIB

Anggap saja, Allah selalu berbaik hati memberitakan banyak kabar tentang orang orang terdekat gw lewat banyak tangan, tanpa gw tanya sebelumnya, di saat gw memutuskan untuk tidak selalu ada untuk siapapun.

Cara yang Baik

3 November 2014
00.41 WIB

Seorang teman pernah mengingatkan :
"Apapaun yang terjadi, tetaplah berbuat baik. Tetap berikan yang terbaik. Kalaupun harus pergi, pergilah dengan cara yang baik"

Salut

28 Movember 2014
21.48 WIB

Selalu salut sama orang yang sanggup meregulasi dirinya. Menahan dirinya.

Lebih Menyenangkan

4 Januari 2015
13.00 WIB

Jangan salahkan orang orang yang ketika sedang menghadapi masalah enggan untuk bercerita ketika ditanya. Karena jangan jangan, dia memang tidak pernah merasa tereinforce setiap kali ia bercerita. Dan dipendam menjadi pilihan yang lebih menyenangkan. 

Pusat Kehidupan Kita

7 Januari 2015
10.24 WIB

Konsep dasarnya adalah, hal yang paling menarik bagi seseorang adalah dirinya sendiri. Coba ingat ingat. Sebuah foto bersama didefinisikan bagus ketika muka kita sendiri tampak bagus bukan di dalamnya? Saat berfoto bersama, yang dicek pertama kali adalah muka kita sendiri bukan?

Jadi, saat merasa orang lain egois, hanya mementingkan diri sendiri, tidak mempedulikan diri kita, ayolah, yakin pusat kehidupan kita bukan diri kita sendiri? Yuk berkaca. Memikirkan diri sendiri itu keniscayaan. Jangan manja selalu minta dipedulikan dan diperhatikan orang lain.

Yang berbeda, adalah orang yang tidak melakukannya secara berlebihan. Tau porsi dan konteksnya.

Harusnya

11 Januari 2015
19.32 WIB

Sebelumnya pernah berhasil melaluinya. Harusnya, tidak masalah untuk melaluinya sekali lagi.


Pecahan

Tulisan gw pecah di banyak tempat. Kepikiran untuk menuliskan pecahan tulisan gw yang tercecer di Facebook, Line, ataupun Path. Sayang kalau tulisan gw harus hilang dimakan timeline. Karena besok besok, mungkin gw membutuhkannya untuk mengingatkan gw bahwa gw pernah memahami banyak hal sebelumnya. Dan ketika dihadapkan kondisi yang sama, seharusnya gw bisa tau bahwa gw pernah memahami hal itu.

Kamis, 01 Januari 2015

Krisis Akhir Tahun

Beberapa hari lalu gw menemukan fakta bahwa beberapa orang terdekat gw sedang mengkhawatirkan gw. Hanya saja karena tidak enak, khawatir menyinggung perasaan gw, kekhawatiran itu tidak pernah disampaikan. Disimpan baik baik sampai akhirnya mungkin gemas dengan gw jadinya keluar juga. Mereka mengkhawatirkan gw tentang... jodoh. 
“Teteh, kita tuh pernah ngomongin Teteh. Teteh kapan ya akan ketemu jodohnya.  Masalahnya Teteh tuh dominan, apa apa bisa dikerjain sendiri, independen, cowok kayak gimana coba yang bisa ngehadepin Teteh” 
“Gw penasaran, Tut. Lu akan ketemunya sama cowok yang kayak gimana ya, Tut?”
“Aslinya sih gw berpikiran sama, Tut, cuman gak enak ngungkapinnya aja, haha”

Sebenernya hal ini bisa aja kalau mau dibawa biasa. Tapi kenapa momennya pas ya. Di saat gw ngerasa urusan ini sudah terlalu roller coaster buat gw, dan gw memutuskan mengesampingkan urusan ini, hal hal yang tiba tiba muncul ini lumayan jadi sumbu. Lumayan bikin kepikiran.

Semua rasa sedih di masa lalu tiba tiba muncul. Pikiran pikiran negatif menyebalkan tiba tiba datang. Konyol sekali gw berpikir bahwa jangan jangan memang tidak ada laki laki yang bisa menerima perempuan yang berkepribadian seperti gw? Apa iya gw tidak akan mendapatkan jodoh dengan pribadi  seperti gw? Akan sangat sedih sekali kalau gw harus berubah menjadi orang lain demi mendapatkan jodoh.

Tapi Allah selalu Maha Adil kok. Di saat gw belum menemukan siapa jodoh gw, Allah memberikan teman teman terbaik dengan pemahaman yang baik.

Semua pikiran konyol itu menekan tanpa ampun. Mendesak kantung kantung mata yang akhirnya tumpah tidak karuan. Gw pun mengadu kepada mereka, yang belakangan jadi orang-orang nomor satu yang paling tau kabar gw.

Tidak, tidak.  Mereka tidak memberikan nasihat nasihat  menenangkan saat gw bercerita. Mereka juga tidak melarang gw untuk menangis saat gw pamit dari percakapan karena tidak kuat bercerita. Yang mereka lakukan adalah diam dan mendengarkan. Memberikan kesempatan gw untuk menangis. Sambil melanjutkan percakapan yang membuat muka gw sungguh jelek karena menangis sambil tertawa. 
“Bentar dulu ya gw. Hehehe. Lagi nangis dulu. Jelek banget nih mukanya” 
“At ease!”
“.....”
“Lagi ujan kok Tut jadi nangis juga ga ketauan”
“Hahaha... ampaass”
“Lo sering?”
“Gue banget”
“Menangis di dalam guyuran”
“Shower”
“Kalau gw dipinggir sumur atau kran wudhu biar sekalian buang ingus” 

Hahaha. Sampah.

Mereka tau bagaimana cara membuat kesedihan temannya ini tak perlu terlalu berlarut. Mereka tahu bahwa gw hanya butuh bercerita, dan tahu persis gw akan segera merangkai pemahaman gw sendiri.

Hari setelah malam itu gw lebih banyak diam. Berpikir. Membuat pemahaman terbaik yang bisa gw rangkai dalam urusan ini. Pada akhirnya, urusan ini selalu sederhana. Bahwa sudah berabad abad lalu obat dari semua masalah ada dalam kalimat-Nya. Tentang percaya semua janji-Nya. 
“Btw, btw, mau laporan boleh gak? Alhamdulilah yang kemarin sempet buat gw nangis ituu... gw udah tau counter attacknya kalau pikirannya muncul lagi gimana. Kalau gw... gak boleh berhenti percaya kan? Kalau perempuan baik dapetnya laki laki baik. Jadi... harus usaha jadi permpuan baik dulu. Biar dapet jodohnya baik. Tul gak? Masalah sama siapa dan di mana juga kapan, gw serahin ke Allah aja boleh gak? Makasih loh udah bikin gw ketawa di tengah nangis. Jadi bapernya gak kelamaan, hehehe”

Krisis akhir tahun berhasil dilewati. Hari ini hari pertama 2015.  Semoga besok besok, ketika semua sedih dan masalah datang lagi, gw gak akan pernah berhenti percaya. Tentu saja percaya pada semua janji-Nya. Tentang bersama kesulitan ada kemudahan. Bahwa selalu ada janji kehidupan yang lebih baik, selama gw percaya.

Terima kasih untuk 2014 nya, Ya Allah. Terima kasih untuk teman teman terbaiknya :)