Minggu, 29 April 2012

(Disuruh) Pulang

Ibu : Dek, kamu dimana? Kata Bapak mau pulang?
Gw : Iya, Bu. Lagi di kostan.  Tadinya mau pulang hari ini, tapi gak jadi, banyak tugas, Bu.
Ibu : Yaaah.. padahal ibu udah masak banyak pas tau kamu mau pulang..
Gw : ...
Kenapa tiba-tiba nyesek ya?
Sampai jumpa nanti malam, Depok!

*lari ke Stasiun UI*

(Layaknya) Pulang

Pulang itu sederhana.
Sesederhana ketika lw kembali ke suatu tempat, selepasnya dari sana, mendadak terisi penuh kembali segala bentuk energi dan emosi.

Terlalu banyak hubungan silaturahmi dan kesyukuran yang terlalu berharga untuk dicemari hanya karena orientasi ke-aku-an yang menggila.

Daripada kehilangan semua ini, gw siap mengeliminasi :)

Big thanks to :
  • Luthfia Maharani
  • Kiagus Aufa Ibrahim
  • Tri Asrie Khalidya
  • Aji Mufti Azhari
  • Fennicia Auliantika
  • Denisa Diviana
  • Mama Hari
  • Puti Aniestia Dianti
  • Rika Felicita
  • Kinanti Laras Budi
  • Isnain Aliman
  • Firse Vanindika
  • Achmad Akbari
  • Muhammad Saeful Abdul Warisman
  • Michael Jefry
  • Jemi Jaenudin
  • Mufti Faisal Hakim
  • Setyo Adi Harnandito
  • Aldy Ramadiansyah
Yang nyaris membuat gw gak mau pulang ke Depok :P

***

Dulu pernah jatuh cinta mati bisa pake Jamal dan Jahimnya Teknik Lingkungan ITB. Tapi jodohnya? Memang untuk pake Jakun di Bumi Ganesha :)

Jumat, 27 April 2012

1/4 Hari Pertama

Baru 6 jam di Bandung.

Dijemput Teh Fia di McD Persimpangan Dago.
Aufa datang menyusul, ikut melahap makanan dan melahap malam.
Memeluk Aci sebisa yang gw lakukan demi melepaskan rindu yang tak sengaja bisa dilampiaskan.
Bertegur sapa dengan A'Aji yang tentu saja ingat siapa yang tengah disapanya.
Memeluk Deden yang tidak sengaja terbangun setelah tertidur di kamarnya dalam keadaan laptop yang terbuka.
Mengetuk pintu kamar Fenni yang sudah tak bersuara.

Untuk banjir kerinduan yang  terlampiaskan di 1/4 hari pertama di Bandung, terima kasih Rabb :')

 

Selasa, 24 April 2012

(Tapi,) Sedih Itu (Juga) Sederhana (,Kawan)

Sama sederhananya dengan bahagia.
Sesederhana ketika lw ditanya dan lw tidak bisa menjawab.

*Tentang perbedaan.
Gaya fiktif vs Defense Mechanism. Newton vs Sigmund Freud.

*Tentang persamaan.
Observasi. Abstrak. Pola-pola umum. Teori. Tokoh. Formula.

Bahagia Itu Sederhana (Bagian 5)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw berani memutuskan untuk mundur demi tidak mengecewakan banyak pihak.
Sekarang gw ngerti definisi dari 'belajar untuk menyerah', Afina :)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw berhasil menahan untuk tidak meledak dan lebih memilih untuk tersenyum di hadapan orang yang sesungguhnya wajar untuk mendapatkannya.
Orang yang paling perkasa di dunia adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya saat marah. Semoga bisa jadi salah satu wanita  perkasa di dunia :D

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw lebih peduli berapa banyak ilmu yang bisa lw bagi untuk orang lain dibandingkan meratapi salah satu nilai UTS yang mengiris hati.
Nilai itu tidak benar-benar merepresentasikan seseorang beretika atau tidak, bukan? :P

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw harus terjaga lebih lama, dan lw tau di belahan bumi-Nya yang lain pun ada yang sama-sama tengah terjaga.
Halo seseorang yang berada di Ganesha, Kampus Pertanian,  Makara Oranye, dan Makara Biru Tua, semoga kita tidak menjadi pemimpin yang sia-sia.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw melihat orang-orang terdekat lw bisa 'melepaskan', bisa menjadi dirinya sendiri.
 I love your voice, Dav :D

Sesederhana itu.
Sama sederhananya ketika lw lebih memilih diam melihat bendera ditandainya perang kekecewaan perlahan mulai berkibar.

#Now playing : Semua Tak Sama - Padi
Dalam benakku lama tertahan.. Sejuta bayangan dirimu...

Minggu, 22 April 2012

Bahagia Itu Sederhana (Bagian 4)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw bisa menyelesaikan tugas bukan di H-1 deadline pengumpulannya.
Islam bukanlah kebudayaan, tetapi Islam mendorong manusia untuk berbudaya.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw tau lw punya temen yang pengen lw piting setiap dia ngomong.
Rima : Astaga, hidup lw seru banget sih,Teteh!
Gw : Itu mengapa gw hobi tersenyum, Rim! :D
Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw melihat seorang ibu yang mesam-mesem sendiri karena melihat anak perempuannya akhirnya mau pake baju cantik buat ke kondangan.
Selamat menempuh hidup baru Teh Thifaaa :D Semoga dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah, amiin :) Semoga adik laki-lakinya cepet nyusul ya, Teh :P

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw dikasih kekuatan lebih untuk percaya bahwa yang terbaik mungkin yang memang belum terlihat.
Saatnya berhenti, Tuth.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika di hari bumi, lw dikasih kesempatan untuk sejenak bertukar cerita dengan dua orang yang sama-sama mencintai bumi, dengan caranya masing-masing, di tempatnya masing-masing.
Selamat melanjutkan kegilaan hidup di bumi-Nya masing-masing, Bib, Fa. Semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya :)

Bahagia itu sederhana
Sesederhana ketika segala guratan cerita tentang realitas bertemunya seorang perempuan dan laki-laki sampai ke pelaminan, menggenapkan pemahaman tentang indah janji-Nya.
Sampai kapanpun, perempuan baik-baik hanya untuk laki-laki baik-baik.

Selamat hari bumi!
Permintaan sederhana.
Hanya ingin menjejakan kaki lagi di sudut-sudut bumi-Mu yang lain, Rabb.
Semoga :)

Sabtu, 21 April 2012

Salam Kenal, Sayang :)

Beribu maaf  untuk surat yang belum sempat terbalas. Sejujurnya, sejak kau mengirimkan surat itu, tertanggal 31 Maret 2012, saya sudah membacanya. Akan tetapi, untuk surat yang  sukses membuat saya harus mengerjap-ngerjapkan mata di penghujung kalimatnya, agar tidak ada yang mengalir keluar darinya, surat ini terlalu berharga untuk dibalas dengan tergesa. Terlalu disayangkan kalau hanya mampu terbalas satu dua kalimat, satu dua paragraf. Begitu berharganya karena datang dari orang yang belum saya kenal sebelumnya, tapi sepertinya begitu mengenal baik saya melalui Cerita Hari Ini (2) :)

Semoga surat balasan ini tidak menjawab permintaanmu melalui surat yang kau kirimkan. Karena dengan begitu, kita bisa saling mengenal lebih jauh khan? Salam kenal sayang. Teruntuk adik yang (semoga) tak pernah lelah percaya akan indah rencana-Nya :)

***

Walaikumussalam Warromatullahi Wabarokatuh.

Dear, Sarah Azzahrah :)

*bersambung

Bahagia Itu Sederhana (Bagian 3)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw tau bahwa laki-laki nomor satu dalam hidup lw diam-diam memerhatikan pola perilaku lw.
Ibu: Dek, kamu tau gak pas kemaren kamu sakit Bapak ngomong apa?
Gw : Hah? Apaan, Bu?
Ibu : Bapak tuh khawatir. Soalnya biasanya kalau lagi dijemput naik motor, kamu suka nyanyi-nyanyi di jok belakang. Pas kemaren Bapak gak dengar kamu nyanyi, diem aja sepanjang jalan. Terus katanya kalau lagi dianter ke stasiun, kalau ada bunyi teng..tong..teng..tong.. kamu tuh langsung lari. Kemaren katanya pas ada bunyi itu kamu jalan biasa aja. Lemes banget malah. Bapak kan jadi kepikiran.
Gw : :')
Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika keluarga full team riweuh bolak-balik ngurus e-ktp ke kelurahan.
Mas : Kita hujan-hujananan aja ya pulangnya?
Gw : Mas tungguin, ini celananya keinjek-injek..
Bapak : Ayo mana ini belum pada siap?
Ibu : Tuh liat si Bapak anak kecilnya keluar.
Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw punya waktu berjam-jam, berdiam diri, dikelilingi oleh tumpukan buku.
Gw jatuh cinta, lagi. Kepada huruf, kata, kalimat, paragraf, dan halaman yang menjadikannya jendela dunia.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika ada yang mengucapkan Selamat Hari Kartini kepada lw ditengah gaungnya yang semakin tenggelam.
Semoga yang diberi ucupan selamat, mampu menjadi Kartini selanjutnya, di masanya, dengan caranya :)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw bisa menyuarakan hati lw, dan tepat sasaran.
Maaf. Tak bermaksud menyakiti. Tapi apa yang gw katakan benar adanya bukan? ;)

Bahkan lebih sederhana dari hari hari sebelumnya.
Sesederhana itu sanggup gw definiskan kosakata bahagia :)

Jumat, 20 April 2012

Bahagia Itu Sederhana (Bagian 2)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw mendengar sebuah ketulusan meluluhlantakkan definisi terbaik yang pernah ada dari kosakata profesionalisme 
"Ini bagian dari tanggung jawab kok, Teh". Hey, saya meleleh mendengarnya :')

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw tidak peduli bahwa lw memang diperlakukan berbeda.
Pada dasarnya kita memilih bersandar pada hal yang lebih kuat (Vira Setya, 2012) 

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw tau salah satu orang tersayang punya kesempatan untuk menemukan pemberhentian yang layak.
Dear Sista :) Semoga setelah ini, kau benar-benar berhenti berlari.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika pulang ke Kota Hujan bersama Si Senja Berhujan dan disambut rintikkan hujan.
Thanks Bro, untuk 'jalan-jalannya'! :D Mulai dari Stasiun Universitas Indonesia, Singapura, Malaysia, Inggris, sampai relung hati yang paling dalam :P

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika menenggelamkan diri dalam Partikel Dewi Lestari di salah satu rumah kesayangan.
Mas, kalau saya gagal di beasiswa PPSDMS NF, saya apply ngajar di sini yak! :D

Sama seperti hari yang lalu.
Bahagia... ya memang sesederhana itu :)

Kamis, 19 April 2012

Bahagia Itu Sederhana (Bagian 1)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw ternyata bisa menyentuh orang yang sebelumnya lw anggap tak tersentuh.
Ah, terima kasih kawan untuk ke-sama-an rasa itu :') Mari membalas dendam bersama!

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw bisa berdamai dengan orang yang gak pernah lw anggap ada.
Boleh jujur, itu rangkulan paling tulus yang pernah saya bagi untuk Anda. Saya bersedia untuk mulai menatap mata Anda.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw bisa menertawakan gentingnya keadaan ditengah berbagai tekanan.
Tegang, senyum, dan senangnya kalian yang sukses meredam gw. Gw bangga bersusah-susah bersama kalian :) 

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw masih bisa melihat senyum tulus dari seseorang yang dianggap tengah tak seramah biasanya.
Hey, kamu. Sadarkah ternyata begitu banyak yang memperhatikanmu? Tetap tersenyum yaa. Bahkan di saat senyummu mungkin memang sedang tak mampu mendefinisikan apapun.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika ditengah jeda buatan, sekotak dan sekaleng susu hadir di depan kamar untuk orang yang baru sembuh dari sakit.
Selalu. Terima kasih, hey kembaran ;) 

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw tau apa yang saat ini sanggup membuat lw bahagia.
Save the best for the LAST, Tuth! Last? Semoga hanya emosi sesaat. Tapi tidak juga. Gw memang meniatkannya.

Memang bahagia sesederhana itu.
Hari ini :)

Kalau Bukan

Kalau bukan karena mereka, mungkin baru nanti-nanti gw kembali ke Depok.
...gw bangga bisa susah bareng kalian... (Hari, 2012)
Dear all staff acara Cangkir, gw kembali :)

Rabu, 18 April 2012

Asing

...
maka ambillah pelajaran
tak besar kepalamu, aku tahu
tetapi sungguh inilah hikmah sederhana tentang hidup:
belajar untuk menyerah
(Afina, 2012)

Pertama kali gw baca rangkaian kalimat ini disini.
Asing.

Asing banget buat gw.
Sebisa mungkin gw mengobrak-abrik perbendaharaan kata yang gw punya selama ini.
Mengacak-acak segala bentuk pemahaman yang dirasa pernah dikonstruksi dengan baik.

Gak ada.
Gw gak menemukannya.
Gak pernah ada kalimat itu sebelumnya.
Terselip pun tidak.

Ya. Gw memang tidak punya kalimat itu.
Dan gw menolak mentah-mentah keberadaannya.

Tapi...
Tidak di relung hati yang paling dasar.

Saat ini.

Jumat, 13 April 2012

Lantai 4 Asrama UI

Kamar Tari.
Lantai 4 Asrama UI.

Niat awal kabur kesini cuma pengen :
  1. Kompensasi karena udah lama gak punya quality time bareng Tari.
  2. Ngincer jendela kamar Tari yang bisa ngeliat hamparan langit dan bintang sedikit lebih dekat.
Beruntung malah dapet bonus :
  1. How to edit my tumblr.
  2. How interesting StumbleUpon.
  3. A conclusion about proximity 
Labelling dekat, padahal tidak pernah sedekat itu. Labelling toleransi, padahal tidak benar-benar saling menghargai.
Ah Tar. Tadinya gw mau meredam, argumen lw malah membuat gw semakin prihatin.

Bonus lain yang super menyenangkan : ketemu A'Fadlan waktu lagi nunggu Bikun ke asrama :D

Ya Allah A, coba A'Fadlan tidak dalam keadaan baru selesai UTS seharian dan sudah makan. Tuti todong buat membantu Tuti meredam deh A. Tapi terima kasih sudah menyapa A'Fadlan :) Senyummu sampai saat ini masih mengalihkan duniaku A, hehehe :P

#now playing : Mahadewi - Padi
Hamparan langit maha sempurna.. Bertahta bintang bintang angkasa..
 

Yang Hilang di Pantai Pasir Putih, Sawarna - Part 2

Ini perjalanan mandiri Gandewa menuju Desa Sawarna yang terletak di Kabupaten Lebak, Banten. Perjalanan ini diinisiasi oleh Kak Aday yang merupakan finalis Abang Jakarta Favorit tahun 2005 angkatan 1 Gandewa. Seperti yang telah diceritakan sebelumnya, perjalanan ini bukan tanpa hambatan. Mulai dari gonta-ganti rencana perjalanan sampai antusiasme anak Gandewa yang awalnya minim banget. Perjalanan nyaris dibatalkan kalau yang ikut kurang dari 6 orang. Mendengar keputusan ini?
Gw : Rim, kalau sampai akhirnya kita batal ke Sawarna bareng Kak Aday, lw mau nemenin gw nekat backpacking berdua ke Sawarna gak?
Yaa, begitulah gw. Kalau udah nekat, agak sedikit mengerikan, hehehe :P

Sampai akhirnya.. Jeng-jeng! Yang awalnya konfirmasi ikut hanya sekitar 4 orang, ternyata yang benar-benar jadi ikut ada 14 orang! :D Alhamdulilaaah, horaaay pisan lah! :D Empat belas itu terdiri dari : Gw, Rima, Nadya, Kamal, Hari, Kak Putnov, Kak Laila, Kak Aday, Kak Alitta, Kak Yesthi, Kak Vicky,  Kak Rendy, Kak Sisil, dan Kak Banjai.

Karena selama ini kordinasi untuk menghubungkan antara anak Gandewa yang masih di Psiko dan yang sudah lulus dilakukan oleh Gw dan Kak Aday, akhirnya gw dimintai tolong oleh Kak Aday sebagai manajer keuangan perjalanan ini.

Awalnya, perjalanan ini direncanakan ditempuh dengan menggunakan transportasi umum. Dari Depok menuju Bogor naik kereta, nyambung angkot menuju terminal Barangsiang, naik bus menuju Pelabuhan Ratu, kemudian charter angkot sampai Desa Sawarna. Akan tetapi, karena pada akhirnya yang konfirmasi ikut cukup banyak, setelah dihitung-hitung oleh Kak Aday, diputuskanlah untuk menyewa mobil dari Depok menuju Sawarna. Benar saja. Di akhir perjalanan ini, setelah gw hitung pemasukan dan pengeluaran perjalanan, ternyata surplus looh, hihihi :D

Perjalanan dilakukan tanggal 5-7 April 2012. Kami berangkat  berkumpul di Alfamart Psikologi terlebih dahulu. Perjalanan mengalami keterlambatan karena harus menunggu Kak Aday terlebih dahulu yang baru pulang dari kantor. Pukul 22.13 WIB kami berangkat. Mobil sewaan yang kami gunakan adalah mobil ELF, semacam mobil yang digunakan oleh jasa travel dengan kapasitas 15 orang plus supir.

Nyaman bangetlah perjalanannya. Selain karena ini pertama kalinya jalan sama Gandewa dengan kendaraan dan suasana senyaman ini (yaiyalaah, sebelumnya khan kalau jalan sama Gandewa dalam konteks diklat dan pelantikan, hehehe :P), mungkin gw nya juga lagi capek banget. Belum genap satu jam mobil meninggalkan Depok, gw suah tertidur lelap.

Ditengah jalan, gw terbangun-tidur lagi-terbangun lagi-tidur lagi. Apalagi kalau bukan karena medannya yang luar biasa mengguncang badan? Hohoho. Kayak off road pisan lah. Makin berasa karena ukuran mobilnya memang besar. Di satu waktu saat gw terbangun, gw melewati Pelabuhan Ratu.

Gw menempelkan muka gw di dinding kaca mobil -yang memang saat itu gw duduk di sisi sebelah kiri di kursi bagian paling belakang mobil-. Subhanallah :')

Satu, itu pertama kalinya lagi gw melihat pantai, setelah terakhir kali melihatnya di Dufan. Dua, malam itu lagi bulan purnama. Bulatnya sempurna. Makin cantik saat sinarnya dipantulkan air laut yang memang sedang tidak cukup tenang karean keberadaannya. Pemandangan itu pun yang pada akhirnya membuat gw tidak kunjung untuk memejamkan mata lagi.

Pukul 02.35 dini hari, kami berhenti di salah satu mesjid di Pelabuhan Ratu. Selain untuk mengistirahatkan pak supir sejenak, jika kami langsung melanjutkan perjalanan, kami akan datang terlalu pagi menuju Desa Sawarna. Padahal homestay yang kami sewa masih ada penghuninyadan dan baru check out pukul 09.00 pagi. Pada akhirnya, kami memutuskan untuk berhenti disini terlebih dahulu dengan waktu yang cukup lama.

Sambil mengisi waktu, Kak Alitta mengeluarkan CD film. Mobil sewaan yang memang memiliki fasilitas TV gantungnya ini pun menjelma menjadi bioskop dadakan selama kurang lebih 2 jam! Hahaha :D 

Film yang kami tonton adalah Step Up 2. Untuk ukuran gw yang tidak begitu gemar menonton film, buat gw ini seru! :D Intinya:
Hidup ini terlalu berharga jika hanya untuk menjadi bayang-bayang orang lain.
Menginjak subuh, kami melanjutkan perjalanan untuk mencari mesjid terdekat. Di tengah jalan, kami dimintai uang retribusi sebesar Rp 70.000. Angka yang menurut gw pribadi terlalu besar. Benar saja, keesokan harinya kami menyadari bahwa retribusi itu tidak resmi. Saat perjalanan pulang, baru terlihat bahwa tempat ditagihnya restribusi itu hanya sebuah pos kamling biasa tanpa penjagaan tetap. Kami tidak melihat sebelumnya karena saat itu malam hari. Selain itu tidak ada tanda terima pembayaran retribusi yang biasa ditemukan. 

Pukul 05.00 kami menemukan sebuah mesjid. Kami pun sholat bergantian sambil meregangkan diri karena telah berjam-jam duduk di mobil.

 Fajar di sudut Pelabuhan Ratu

Setelah sholat, kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan ternyata masih cukup jauh. Gw pun teringat sesuatu. Kakak-kakak gw di Gandewa sebelumnya pernah melakukan perjalanan menuju Sawarna juga. Akan tetapi, perjalanan dilakukan benar-benar dengan menggunakan transportasi umum. Dari pertigaan Pelabuhan Ratu sampai menuju Sawarna, mereka naik ojeg. Itu jarak yang jauh loh kawaan. Gw yang berjam-jam duduk di mobil aja pegal luar biasa. Apa kabar kakak-kakak gw yang berjam-jam duduk di jok motor yak?

Perjalanan dilanjutkan. Suasan di mobil mulai ramai. Lagu-lagu nostalgia, seperti sherina dan OST. film-film kartun jaman dulu pun meramaikan mobil kami. Pukul 07.00, tidak jauh dari homestay kami, kami menemukan tempat persinggahan untuk sarapan. Letaknya tepat di depan SDN Sawarna 1. Menu sarapannya adalah nasi kuning. Gw yang lagi males makan banyak memutuskan untuk join bareng Nadya aja. Satu porsi nasi kuningnya Rp 7.000. Wew abis. Buat gw harga yang cukup mahal untuk porsi yang (sangat) tidak terlalu besar. Ibu penjualnya sudah terbiasa kali ya dengan para pendatang yang berwisata kesini yang umumnya datang dari kota. Mungkin itu yang meyebabkan pada akhirnya harga nasi kuningnya pun ikut melambung. Tapii.. berhubung laper.. enak kok nasi kuningnya, hehehe :D

Kiri ke kanan : Kamal, Rima, Gw, Kak Laila, dan Hari di tempat sarapan


Setelah makan, kami menyempatkan main ABCD Lima Dasar dulu sambil menunggu kakak yang lain selesai sarapan. Masih inget permainan ini khan? Hehehe. Soalnya gw bingung mau mendeskripsikan cara memainkan permainan ini gimana :P Kami pun sempat ditegur oleh Kak Vicky saat bermain ini. Suara tertawa kami dianggap terlalu keras, hehehe :P

Sarapan selesai, kami segera menuju homestay kami! :D Akan tetapi, benar saja, kami masih terlalu pagi untuk datang. Saat itu masih pukul 07.00 WIB. Itu berarti homestay sewaan kami masih ada yang menghuni. Setelah briefing sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke Pantai Pasir Putih terlebih dahulu sebelum ke homestay. Sebelum berangkat kami diingatkan dulu oleh Kang Andri, penduduk setempat yang merupakan pemilik homestay kami, untuk tidak berenang dan cukup bermain di pinggir pantai saja. Menurutnya ombak saat ini lagi cukup besar dan tidak aman untuk digunakan berenang.

 Pintu gerbang menuju Pantai Pasir Putih Sawarna

Setelah berganti kostum dan menggunakan sunblock, tepat pukul 08.00 kami menuju Pantai Pasir Putih Sawarna. Jembatan di atas salah satu icon di Desa Sawarna. Selain karena jembatan ini yang menjadi pintu masuk para wisatawan sebelum menuju pantai, jembatan ini pun dikenal dengan... goyangannya kawaaaan, mantap sekali! :P

Oia, disamping kanan jembatan ada jalan khan ya? Dari jalan itu, belok kanan, disitulah homestay kami berada :)

 Gw dan Rima di pintu gerbang jembatan menuju Pantai Pasir Putih

Depan ke belakang : Kak Alitta, Kak Vicky. Kak Yesthi, Kak Banjai, 
Kak Rendi, dan Kak Sisil di Jembatan Goyang

Bisa dilihat khan kawan bentuk jembatannya? Alamaaak, benar-benar sungguh menggoyang -_-" Jembatan ini hanya disangga oleh dua bilah bambu yang menancap di bagian tengahnya. Menurut papan yang terpasang di depannya, jembatan ini hanya mempu menyangga sepuluh orang sekali jalan. Itu mengapa sering terjadi antrian panjang untuk melewati jembatan ini. Yang ikut mengantri? Ternyata motor pun turut serta dalam antrian ini, hohoho :P

Selain jembatan ini, jembatan-jembatan lainnya, yang bahkan tak ada penyangganya sama sekali di bagian bawah, ikut meramaikan perjalanan kami selanjutnya :D

Setelah melewati jembatan, kami dimintai biaya retribusi per orang sebesar Rp 2.000 untuk masuk ke Pantai Pasir Putih. Karcis retribusi ini bisa digunakan bolak balik, termasuk kami gunakan untuk menuju Tanjung Layar sore harinya.

Sepanjang pejalanan, kanan kiri kami berupa rumah penduduk yang sebagian besar disewakan sebagai homestay untuk para wisatawan. Pemandangan ini pun berganti dengan hamparan sawah yang gw pertanyakan sumber pengairannya. Perubahan pemandangan sekitar pun selaras dengan apa yang gw pijak. Pijakan gw yang tadinya berupa semen, beganti bebatuan, sampai akhirnya berubah menjadi pasir pantai :)

Pantainya masih belasan meter lagi dari gw. Tapi  pasir pantainya udah gw injek dan ombaknya sudah gw lihat.

Subhanallah :')
Gw merinding. Sekali. Dua kali. Berkali-kali.

Pertama, ini pertama kalinya gw nginjek pasir pantai. Empuk. Halus. Antara seneng banget pengen loncat-loncat tapi gak mau kelihatan norak pun bercampu jadi satu. Dengan anggunnya, pelan-pelan gw melepas sepatu untuk merasakan pasir pantai langsung, meredam kenorakan gw :P

Kedua, ombaknya, Ya Allah, tinggi banget. 2-3 meteran! Selain pantai ini memang pantai di bagian selatan Pulau Jawa yang langsung menghadap Samudra Hindia, kondisi bulan yang memang tengah lagi purnama menjadi salah satu faktor tinggi ombaknya gak tanggung-tanggung banget. Gw yang sempat impulsif  ngomongin tsunami karena melihat ketinggian ombak pun langsung ditegur beramai-ramai oleh yang lain. 

Wajar penduduk sekitar mengingatkan. Siapa juga yang berani bermain-main dengan ombak setinggi itu selain para surfer? Sayangnya, keesokan harinya gw baru tahu kalau memang sungguh ada yang berani.

Di saat yang lain sudah mulai menikmati suasana pantai, mulai bermain-main bersama ombak, lari-lari di pantai, berfoto dengan berbagai pose, gw masih memilih diam. Gw masih amaze dengan apa yang gw lihat - yang memang belum pernah gw lihat langsung sebelumnya-.

Di hadapan gw, ombak yang ketinggiannya super tinggi masih berkejaran. Pantainya luas banget. Hanya segelintir orang yang sama-sama tengah menikmati pantai ini bersama kami. Berasa pantai sendiri. Walaupun memang tidak seputih namanya, tapi pantai di pasir ini memang berwarna cerah. Sayangnya, kecerahannya tidak cukup didukung dengan apa yang gw lihat berserakan disekitarnya. Banyak batok-batok kelapa yang berserakan tak bertanggung jawab, yang tentu saja bukan proses alami yang membuatnya berada di sini.

Sepanjang mata memandang cuma ada laut, langit, pasir, dan hamparan pohon kelapa yang gw lihat. Indah, kawan. Sungguh. Keindahan lain yang baru berhasil gw sentuh di sudut bumi-Nya yang lain :')

 Kiri ke kanan : Kak Putnov dan Kak Laila

 Kiri ke kanan : Kak Alitta, Kak Yesthi, dan Kak Vicky
 
Sampai akhirnya gw pun mulai ikut melebur dengan keramaian di sekitar. Bermain dengan ombak, berlari, dan melompat bersama mereka. Mereka yang bukan tidak mungkin akan mengantarkan gw, lagi, ke sudut-sudut indah lain di bumi milik-Nya.

Kiri ke kanan : Rima, Gw, Nadya, dan Kamal

 
 
 Kiri ke kanan : Hari, Rima, Gw, Nadya, Kak Alitta, Kak Laila, Kamal, 
Kak Banjai, Kak Vicky, Kak Yesthi, dan Kak Aday

Sungguh. Semua teriakan dan lompatan itu nyaris sempurna menghilangkan tekanan yang tertinggal di Depok.

Dirasa lelah bermain-main, kami istirahat sejenak di saung yang terletak di pinggir pantai. Menyempurnakan apa yang biasa dilakukan di pantai pun, Hari bermain-main dengan pasir pantai dan  Nadya serta Kak Alitta membeli air kelapa masih lengkap dengan batoknya

Sampai detik-detik terakhir kami hendak meninggalkan pantai ini untuk menuju homestay, gw masih menyempatkan diri menelanjangi hamparan pemandangan di hadapan gw. Masih merinding untuk yang kesekian kalinya. Sungguh. Indah kawan. Kalau boleh, gw pengen banget gak usah pulang dari sini :)
Gw tiba-tiba teringat kutipan sebuah novel yang gw lupa judulnya.Salah satu kutipannya,
Tidak banyak yang menyadari bahwa Tuhan menciptakan laut dan langit terlihat begitu indah karena ada jarak diantara keduanya.
Gw pun memperhatikan lebih dalam apa yang gw lihat di depan gw. Ya. Memang ada jarak. Kalau tidak ada jarak, mungkin laut dan langit tidak akan terlihat begitu indah seperti yang gw rasakan saat ini.

Well. 
Sentimentil gw keluar. 
Tersenyum miris.

Mungkin memang ada yang tidak bisa dipaksakan untuk bisa bersisian. Karena ketika tidak ada jarak, mungkin memang tidak akan pernah terasa seindah ini.

Seperti saat ini.


Gw di Pantai Pasir Putih

Mendung pun mewarnai ujung keceriaan kami sebelum meninggalakan pantai ini. Kak Putnov kehilangan sebelah sendalnya. Setelah menelusuri pantai untuk mencari, tetap tidak ditemukan. Mungkin memang sudah terbawa arus karena tempat penyimpanannya masih dapat dijangkau oleh air laut.

Belum ditemukan sendal Kak Putnov, handphone Kak Aday pun dinyatakan hilang. Diperkirakan terjatuh saat lompat tadi. Pantai pun kembali ditelusuri. Handphone Kak Aday pun tetap tidak ditemukan.

Kami pun sempat bercanda tentang hal ini.
Bener-bener nih pantai minta barang...
Meminta?

Esok harinya, mendung pun menghiasi langit Pantai Pasir Putih lagi. Entah karena mereka tidak menuruti larangan penduduk sekitar untuk tidak berenang  atau bagaimana, tersiar kabar tiga orang dinyatakan hilang di pantai ini. Satu orang yang pada akhirnya ditemukan, dinyatakan tewas.

Seketika kami yang tengah bersiap kembali pulang ke Depok merinding mendengarnya. Kalimat Kak Vicky yang sempat menegur kami saat bercanda berlebihan waktu sarapan pun terngiang-ngiang di telinga gw.
Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.

Tagline

Tagline Cerita Hari Ini (2)?
Karena hari ini bukan hanya untuk diri sendiri.
Tagline tumblr baru gw?
Ada sedikit cerita tercipta yang memang tidak untuk dibagi.
Hanya sedang mencoba menempatkan sebaik mungkin sedikit cerita  itu :)

Rindu Itu Memang Segitunya

Desember 2011 lalu. 
Gang Selot. SMAN 1 Bogor.
Maul : Sebagai gantinya, traktir kali Tuth..
Gw : Sumpahlah gw gak bawa duit banyak, Ul.
Dimash : Mie ayam aja juga boleh kok, hahaha
Gw : Bener ya mie ayam aja? Yaudah pesen gih...
Setelah selsai makan.
Gw : Pak, mie ayamnya satunya berapa?
Tukang mie ayam : 6000 neng..
Gw : Mie ayamnya 3 ya, Pak (menyodorkan selembar uang Rp 50.000)
Tukang mie ayam : (menyodorkan uang kembalian)
Gw : Pak, mie ayamnya 3. Kembaliannya kelebihan (sambil mengembalikan beberapa lembar uang kembalian) Makasih, Pak.
Tukang mie ayam : (Diam. Tampak kebingungan sambil menerima uang kembalian dari gw yang langsung pergi)
Di angkot.
Gw : Gw cuma nraktir mie ayam doang kenapa ngerasa hedon gini ya? 6000 x 3 itu 36000. 6000 x 3 itu 36000. 6000 x 3 itu... astagfirullahalazim.. 6000 x 3 itu 18000, Tuth! Itu 6000 x 6 -______-"
Gw gak ngerti deh kasus itu dampak dari selama 6 bulan terakhir gw bener-bener segitunya gak ketemu hitung-hitungan lagi atau gimana. Tapi yang pasti, gw memang segitunya rindu sama yang namanya ngitung.

Segitu rindunya gw sama yang namanya ngitung, beberapa hari yang lalu banjir rindu gw akhirnya menemukan tempat penyalurannya. Statistik 1! :D

Baru Bab Pengantar Statistika dan Bab Distribusi Frekuensi. Hitungannya masih amat sederhana. Tapi dengan semangat yang datangnya entah dari mana, minggu pertama setelah materi itu diberikan, di kostan, gw langsung review ulang dan membuat rangkumannya. Hal yang jarang gw bela-belain untuk gw lakukan selama ini. Minggu kedua mata kuliah ini, lebih tidak waras lagi. Tugasnya hanya diminta untuk dikerjakan sebanyak 4 buah. Gw memilih mengerjakan semua soalnya yang berjumlah 26. Bahkan gw amat menikmati mendengarkan penjelasan dosen gw di mata kuliah lain, tapi tangan gw masih menari-nari dengan soal-soal statistik.

Kayak menemukan kembali apa yang pernah hilang. Apa yang pernah terlalu signifikan.

Yaa, rindu itu memang segitunya :)

Kamis, 12 April 2012

Self Talk

Kalau lagi sering uring-uringan. Emosi lagi gak kekontrol. Hobi banget sama yang namanya berkeluh kesah. Raut wajah lagi menzalimi banyak orang. Idealisme gak bisa diredam. Toleransi tak memiliki arti penting.

Biasanya, ada yang gak beres sama sholatnya. Ada yang berantakan sama jadwal ngajinya. Ada yang tertinggal zikir pagi dan petangnya.

Boleh loh, Tuth, berhenti dulu. Berdiri dalam diam. Menghadap cermin. Bertanya pada bayangan di seberang sana. Retoris.
Katanya memperjuangkan banyak hal sampai benar-benar menang? Buktinya?


Rabu, 11 April 2012

Nyaris

Di depan ruang Mahalum.

Hari ini nyaris-senyaris-nyarisnya aja loh. Untung saja gw tidak dibiarkan untuk meledak-ledak.

Lintasan Percakapan Random

Foodcourt Kutek, kemarin malam.
....
Rj : Gw mah sekarang mau nyari partner hidup, Tuth.
Gw : Emang kriteria partner hidup lw kayak apa, Je?
Rj : Dekat, bisa mempengaruhi gw tentang urusan spiritual, dan gw nyaman kalau deket dia.
Gw : *senyum-senyum licik*
Rj : Heh, senyum-senyum lw maksudnya apa, Tuth?
Gw : Hahahaha, gapapa. Cuma mencoba menerawang sosoknya kayak apa :P
Rj : Lw sendiri? Kriteria partner hidup lw kayak apa?
Gw : Bisa jadi imam buat gw.
Rj : Normatif.
Gw : Hahaha. Mmmh, apa ya? Oia, lw tau khan gw orangnya kayak gimana? Gw pengen dia bisa bikin gw diam. Bikin gw gak berkutik.
Rj : Hah?
Gw : Iya je. Gw pengen jadi istri yang nurut sama suami gw laah. Dan orang yang bisa bikin gw kayak gitu adalah orang yang bisa bikin gw diam dan gak berkutik. Kalau gak bisa? Bisa gak nurut gw sama suami gw. 
....
Tepat pukul 22.26, percakapan pun usai.

Terima Kasih

Ada yang mau mendengar ke-idealis-an lw itu, dan di sisi lain dia juga sebenarnya sosok yang sangat idealis, rasanya tuh.. menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Halo-halo, terima kasih untuk mau mendengar :) Mendengar tentang gw yang kadang mau selalu fight tanpa peduli dengan keadaan yang sebenarnya.

Terima kasih untuk tempat berkeluh kesahnya. Maaf untuk tidak bisa mempertimbangkan banyak hal. Karena gw pernah tumbuh di lingkungan yang pernah mengajarkan gw untuk selalu nekat. Untuk selalu mau memperjuangkan banyak hal kalau mau menang.

Selasa, 10 April 2012

Yang Tertinggal dari Desa Sawarna - Part 1

Rencana awal Gunung Sindoro. Batal. Rencana selanjutnya Gunung Gede Pangrango. Batal. Sampai akhirnya pilihan jatuh ke Desa Sawarna, gw jadi orang yang paling antusias untuk meng-iya-kan perjalanan ini.
Gw : Selama hidup 20 tahun, gw tuh belum pernah sekalipun pergi ke pantai. Gw gak pernah ngeliat ombak. Gw gak pernah nginjek pasir pantai. Bahkan Pantai Ancol aja gw ngeliatnya dari Bianglala Dufan -__-"
Itu jawaban yang selalu gw ulang-ulang waktu orang nanya kenapa gw antusias banget ikut perjalanan ini. Biasanya, jawaban gw akan diikuti raut wajah prihatin dari orang-orang yang mendengarnya. Kalau raut wajah bisa ngomong, kayaknya tuh wajah mereka mau bilang :
Sedih amat yak temen gw sama sekali gak pernah ke pantai...
Hahahaha, sedih juga yak kalau gw pikir-pikir? -_____-"

Tapi, tapi, tapi, tanggal 5-7 April kemarin menelan bulat-bulat kesedihan gw selama 20 tahun (Tapi gak segitu sedihnya juga sih gak pernah ke pantai :P)

Jadi?

Ini cerita tentang banyak hal yang hilang, terukir, tenggelam, dan terhempas di Desa Sawarna. Cerita yang meninggalkan  ketahanan diri yang begitu besar untuk menghadapi hantaman badai tugas dan amanah di hari-hari selanjutnya :D

Gw dan Nadya di Pantai Pasir Putih, Sawarna

Nadya : Tut, barang lw ada yang ketinggalan gak?
Gw : Gak ada kok, Nad.
Nadya : Kalau hati?
Gw : Hahahaha. Kalau kata Tangga mah, masih Utuh kok Nad :P
Nadya : Utuh, tapi ada di lw nggak?
Gw : -__________-"
Selanjutnya di :
  • Yang Hilang di Pasir Putih - Part 2
  • Yang Terukir di Goa Lalay - Part 3
  • Yang Tenggelam di Tanjung Layar - Part 4
  • Yang Terhempas di Lagon Pari - End Part

Kamis, 05 April 2012

:)

Hari ini hari terakhir UTS.

Semoga hari ini, esok, dan lusa cerah.
Cerah dalam arti kata yang sebenar-benarnya :)


Surat untuk Presiden 2034 - Bagian 1


March, 2034.

Dear Mr. President,

It is a very great honor to be able to write to you and have my aspirations as a citizen delivered directly to the No. 1 man of this country. How are you enjoying your first weeks of leading the country, Mr. President? I hope you are receiving a lot of love and good wishes from your people. Why did I asked, you may ask me. I should be able to tell it from the news just how the new president is ruling the country, shouldn’t I? Well to be honest, I had given up on watching the news about the political issues ages ago; they cause me headache. Probably you could do something about it? And make me interested in watching the news again?

As to make this letter short—because I’m sure you have a lot of things you should do (or more letters to read)—I just wanna say, I don’t ask much from The President of the Year 2034. There are only two things I want my president to be: first, be a president who rules with conscience. Why?  Because conscience may be wrong; but it’s not hypocritical. And second, be legendary! Whatever legendary means. :)
Best wishes,

Me.
Novelist from West Sumatra.

P.S : a friend of mine ever said this, “Seorang pemimpin itu adalah pelayan. Pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya,” so I guess I’m sharing this with you now.

Rabu, 04 April 2012

(#pray for) Nomor 35 - Part 2

Kata-kata Acy, yang kemudian disempurnakan oleh Hari, lagi ternginag-ngiang di kepala gw.
Don't expect too much and you will be surprise.
Yap. Sampai detik ini, gw selalu suka dengan kejutan yang Dia berikan :)

#Seleksi Tahap 1 Beasiswa PPSDMS-NF : Passed!


Pancaran

Definisinya banyak. Wajar. Penciptaan langit dan bumi yang didasari atas rasa cinta Sang Khalik kepada makhluk-Nya, berujung pada berbagai definisi cinta yang bertebaran di muka bumi. 

Mulai dari yang paling mulia, sampai yang begitu menggelikan.

Mungkin tidak butuh diketahui seluruh definisi cinta untuk mengetahui bahwa ada orang yang tengah jatuh cinta. 

Karena cinta itu pancaran. 

Orang yang sedang jatuh cinta memancarkan emosi maha dahsyat tanpa disadarinya. 
Menghantam siapapun yang ada disekelilingnya untuk memaklumi bahwa ia sedang jatuh cinta.

Sorot matanya. Bahasa tubuhnya. Intonasi suaranya. Anggukan kepalanya. Tidak bisa membendung pancaran emosi yang ia miliki. Bahkan, tulisannya..

Tulisan yang tak berintonasi, tak bernada, dan tak berirama pun tak mampu membendung emosi itu. 

Bukan, bukan tulisan yang berupa roman picisan. Gombalan tak bertujuan. Ataupun rayuan murahan. Bukan. Bukan tulisan seperti itu.

Tapi tulisan tentang tekad memberi. Sebanyak-banyaknya. Kepada yang tercinta. Semampu yang ia bisa.
Keceriaan bisa memberi terpancar disana.
Keikhlasan berbagi tergurat padanya.

Menggetarkan.

Ya. 
Tidak butuh diketahui seluruh definisi cinta untuk mengetahui bahwa ada orang yang tengah jatuh cinta.
Karena cinta itu pancaran.
Menghantam siapapun yang ada disekelilingnya untuk memaklumi bahwa ia sedang jatuh cinta. 

*distraksi UTS Faal

Senin, 02 April 2012

Nomor 7

Kalau lagi jengah, semua bisa dilakukan tanpa sadar. Termasuk merutuki hal yang sebenernya agak no sense setelah dipikir-pikir lagi. Kejengkelan karena seolah-olah hanya jadi anak yang punya rutinitas untuk meminta asupan dana setiap pulang ke rumah, kekesalan karena tersandung masalah dana yang menyebabkan gak bisa memberikan pikiran dan tenaga untuk orang lain, kegemasan karena bahkan untuk melihat indah sudut bumi-Nya yang lain harus memakan dana yang besar, gw sempat merutuki satu hal.
Gw benci sama yang namanya uang! Kenapa untuk bisa ngasih waktu, pikiran, tenaga, dan mendapatkan pemahaman tentang kekuasaan-Nya saja harus ada uang?!
Dengan caranya yang unik pun, Dia lagi-lagi mampu meredam ketidakpahaman kedangkalan pemikiran. Kata siapa jadi anak yang membanggakan tidak butuh diperjuangkan? Kata siapa berbagi adalah hal yang mudah? Kata siapa paham akan kekusaan-Nya tidah membutuhkan effort yang besar?

Pengabulan nomor 7 dari daftar 100 mimpi yang datang tanpa kata pengantar pun, menyentil sisi lain dari kedangkalan pemikiran yang sempat terlintas. 

Rejeki dijemput, bukan ditunggu.

Allahuakbar! :')

7. Mendapat Beasiswa ( )

Deklarasi Kecintaan

Dear  SMAN 1 Bogor,

Boleh saya kirim sepucuk surat tentangmu hari ini? Tentang kau yang menjadi sebuah tempat diukirnya masa putih abu-abu. Tentang almamater kebanggaan. Tentang sekolah kehidupan :)

Today is your birthday, right? Ah. Bahkan segala ke-hectic-an dunia yang sedang menerpa saat ini, nyaris membuat orang yang dulu pernah disebut sebagai kuncen sekolah ini lupa tentang betapa istimewanya hari ini. Untung saja perkembangan komunikasi begitu pesat. Orang-orang yang begitu mencitaimu, tak tanggung-tanggung melesatkan doa yang terbaik untukmu di berbagai sosial media. Status facebook, timeline twitter, display picture BBM (yang gw intip dari BBM teman, hihihi) yang pada akhirnya mengingatkanku akan adanya hari ini.

Jadi?

Boleh aku memejamkan mata sejenak. Mengenangmu dalam lingkaran tangan yang saling tergenggam. Deklarasi sebuah kecintaan yang tak pernah padam.
Puji sukur padamu Tuhan
Atas segala lindungan
Sinar dan cahaya-Mu
Selalu terangi jalanku

Kami siswa SMA 1
Tak kan redup berpijar
Demi cita bangsaku
Jayalah SMA 1..
Dua baris pertama pada bait kedualah, yang berapa kalipun aku menyenandungkan lagu ini, kerap kali membuatku harus menelan ludah. Pada bait itu ada sebuah harapan. Ada janji yang harus dilaksanakan.

Dari sini, tak ada doa istimewa. Cukuplah meng-amin-kan ratusan doa yang melesat  ke langit hari ini. Besar harap malaikat berkenan mendoakan kembali doa untuk orang-orang yang melesatkannya. Mendoakan orang-orang yang pernah berada di dalamnya, menjadi sumber penghidupan bagi kehidupan yang ada di sekitarnya, dimanapun dia berada.

Lazimnya, yang berulang tahunlah yang diberi hadiah bukan? Ah. Kau tahu? Rasanya akulah yang diberikan banyak hadiah hari ini. Tanpa sengaja, hari ini dipenuhi kehadiran banyak orang. Orang-orang yang pernah sama-sama melingkar dengan tangan yang saling tergenggam. Orang-orang yang sama-sama pernah mendeklarasikan sebuah kecintaan yang tak pernah padam.

10 km tak jauh darimu, seharian penuh aku menghabiskan waktu. Di kota yang mungkin di-design untuk tak mampu membuat ritme yang cepat dalam 9 bulan belakangan.

Berawal dari dering telpon yang berasal dari sebuah kota belasan kilometer nan jauh disana, hari ini dimulai. Percakapan tentang nilai-nilai, tanggung jawab, kesadaran, kebebasan, yang pernah kami dapatkan darimu. Tapi kau tahu? Kali ini pembicaraan ini tak semudah dulu. Pembicaraan ini masuk ke ranah idealisme, heterogenitas, toleransi, yang kondisinya berbeda jauh dengan dirimu. Tapi tentu saja, seperti harapanmu, seberbeda apapun kondisinya, kami tak akan pernah redup berpijar. Termasuk berpijar untuk mengalahkan tekanan yang datang mendera. Oh ya, kalau kau mau tahu? Percakapan itu dilakukan dengan orang yang sungguh mencintaimu-dengan caranya-. Orang yang pernah berjuang mati-matian untuk memberikan kado terindah di ulang tahunmu yang ke-62, empat tahun yang lalu.

Percakapan usai. Tapi hari ini belum berakhir. Aku kedatangan tamu. Seorang gadis kecil yang karenamulah aku bisa bertemu dengannya. Ah, sungguh, tak pernah ada yang bisa mengetahui hijab waktu selain pemilik waktu. Dulu, gadis kecil ini yang menjadi korban keberingasanku di masa-masa pertama ia memasukimu. Tapi kini? Ia temanku. Teman belajarku. Sahabatku. Teman sepermainanku. Terima kasih untuk tak pernah ada istilah senioritas dan junioritas di dalam lingkaranmu.

Sepanjang siang dan sore kuhabiskan waktu dengannya. Belajar bersama, memasak bersama, bermimpi bersama, sampai kami pun mendeklarasikan bersama : Ya, kami tengah merindukanmu.

Belum sempat matahari mencium horison di sebelah barat, dering sms pun mulai berlarian. Dari sudut kota yang esok lusa tempat ku kembali kesanalah sms itu datang. Sebuah cerita tentang amanah. Amanah yang tak kunjung datang mendera seorang sahabat. Sahabat yang ku kenal dari sepetak ruangan kecil dibelakang kemegahan dirimu.

Darinya aku tak kuasa untuk tak berhenti mengerjapkan mata. Menggelengkan kepala. Menelan ludah. Kalau ada yang sudah melunasi janji di dua baris pertama pada bait kedua itu, dialah orangnya. Dia yang pernah menjadi garda depan untuk membawa nama baikmu dari bidang keilmuan, empat tahun lalu.

Sampai akhirnya, di hari ulang tahunmu, kesyukuran pun lagi-lagi menggeliat dalam darah. Kalau bahagia itu sederhana, itu berarti hari ini aku begitu bahagia. Karena sejauh apapun ku melangkah, orang-orang yang pernah menumbuhkan cintanya pada dirimu selalu mengelilingiku.

Karena aku begitu mencintaimu. Dan mencintai orang-orang yang pernah berada di dalamnya. Dimanapun. Kapanpun.
Kami siswa SMA 1
Tak kan redup berpijar
Demi cita bangsaku
Jayalah SMA 1..