Senin, 29 April 2013

Sepertinya hari ini melewatkan satu mata kuliah dan pembahasan menarik di dalamnya.

Positive Psychology.

Terima Kasih Ya, Kalian :)

Yang satu bela-belain bolos satu mata kuliah buat nemenin gw di kostan. Nemenin nyari dan makan sate dan sop kambing. Setelahnya mengusulkan untuk merombak besar-besaran kamar gw. Membantu gw melucuti tulisan-tulisan yang berserakan di dinding kamar. Nyengir gw saat melepaskannya satu persatu dari dinding. Kenapa tidak dari dulu? Baru menyadari bahwa selama ini terlalu keras dengan diri sendiri.

Yang satu bawel banget nyuruh gw makan hati sapi, minum multivitamin, sampai nyuruh ke PKM. Thanks loh, Ren. Tapi sayangnya gw menghindari PKM. Gw gak bisa minum obat, haha -___-"
Icha : Teteh gak pernah sendiri kok.
Itu kalimat yang sering gw ucapkan ke significant others gw. Untuk memastikan kalau mereka punya gw kalau ada apa apa. Kalimat yang berani gw ucapkan untuk mereka, karena gw selalu terpapar dengan kebenaran kalimat itu. Seperti hari ini.

Terima kasih ya, Kalian :)


Icha & Rendy

Kamis, 25 April 2013

Selamat Memaknai

Selamat ulang tahun, Clara Sovia Lestari.

Tar, payah ya gw? Postingan ini dibuat lewat sehari dari tanggal yang seharusnya. No sms. No kado. No surprise. Ah iya, gw sok sibuk banget sampai ngucapinnya hanya via twitter. Gak sempet buat beliin apapun. Gak sempet membuat handmade apapun. Mau ngasih surprise? Failed nya malah tingkat internasional. Rencana surprisenya malah di chat ke whatsappmu. Kadang gw kasihan dan  prihatin sama orang-orang terdekat gw, karena gw gak pernah bener jadi PO surprise party buat orang.

Kita sekarang satu lingkaran. Tapi lucu ya? Kita gak benar-benar punya banyak waktu bareng kayak dulu lagi. Toh kita tetap bersisian khan Tar? Tetep jadi yang saling menyemangati satu sama lain. Di jalur masing-masing.

Tar, dulu gw pernah ditanya sama temen gw, gw tuh sayang sama banyak orang, terus siapa yang paling gw sayang? Jawabannya, lihat saja siapa nama paling banyak yang pernah gw tulis di blog gw. Barusan, gw nge-search nama "Tari" di blog gw. Hasilnya? Makasih ya Tar, untuk jadi salah satu yang sering mewarnai hari-hari gw di Bumi Makara. Menjadi salah satu yang sering mewarnai Cerita Hari Ini (2).

Makasih untuk membuat banyak belajar mengelola kepercayaan, walaupun Tari mungkin gak ngerasa ngasih apa-apa ke gw.  Mau gw beritahu sesuatu Tar? Makasih untuk memanggil gw dengan sebutan Teteh bukan karena gw 2010, tapi karena menganggap gw seorang saudara. Menganggap gw sebagai seorang kakak.

Maaf untuk banyak kesempatan di mana kakak yang satu ini tidak membenarkan sudut pandangnmu. Tidak mendukung setiap keputusanmu. Mengajakmu melihat sesuatu dari sudut yang baru.

20 tahun ya, Tar? Selamat memaknainya, dengan definisi terbaik yang Tari punya :)

With Birthday Girl :)

Selasa, 23 April 2013

Yang Terlewatkan

Terakhir kali sejak gw menuliskan postingan di sini, sebenarnya banyak kejadian. Banyak yang terlewatkan untuk ditulis. Sepakat dengan seorang kawan. Kalau orang nulis, keliatan, mana yang mikir dan mana yang niat. Gw pikir-pikir, gw tipikal yang nulis dengan niat. Bukan dengan mikir. Dan kejadian-kejadian belakangan, membuat gw lebih banyak mikir dan kehilangan niat untuk nulis. Wong anaknya memang terbiasa nulis pake emosi toh di sini? Pake niat. Bukan pake mikir. 

Lagi banyak banget ngobrol sama banyak orang kemarin. Obrolan yang bikin mikir. Obrolan yang (sebenarnya) menaik-turunkan banyak emosi. Tapi anaknya lagi malas meledak-ledak. Sedang belajar mengelaborasi banyak hal sebelum meledak. Akhirnya, emosinya jadi datar-datar aja. Berdampak pada hilangnya niat untuk nulis. 

Hari ini, seharian di Kantek.

Rabid sama Kestari yang punya agenda rabid dari kantin-ke-kantin. Dibuat ngangguk-ngangguk takzim sama Kestari. Ketemu Ola yang lagi nugas di Mustek. Ngobrol sama Ola. Gak sengaja omongan gw bikin nangis anak orang. Maksa untuk bisa ketemu Ghilandy. Berhasil ngobrol sama Ghilandy. Dibuat nahan nafas berkali-kali dan narik nafas panjang berulang-ulang.

Kalau ada banyak kalimat yang tak sempat diuraikan dan terlewat untuk dituliskan, gw ingat kalimat-kalimat ini. Dari mereka yang mengutarakan. Dari gw yang mengambil kesimpulan.
  • Muka capek kami, bukan alasan untuk jadi gak enak minta tolong sama kami. Karena kami memang gak boleh lelah. Karena kami memang gak lelah.
  • Gw tau dari kejadian ini gw belajar. Tapi sampai saat ini gw gak nemu apa yang gw pelajari.
  • Karena kepemimpinan bukan cuma urusan di dalam organisasi dan kepanitiaan, tapi juga dalam keseharian.
  • Setiap orang meninggalkan jejaknya masing-masing di hati orang lain. Kayak analogi kotak kaca museum. Ketika satu kotak kaca kosong, dia gak akan bisa digantikan dan diisi oleh orang baru yang datang. Karena orang yang baru datang, akan membangun kotak kacanya sendiri, bukan menggantikan.
  • Gw gak pernah minta dibalikin, dalam bentuk apapun.
  • Jangan main api sama orang yang lagi megang bensin.
  • Jangan pernah menjudge apa yang tidak (atau belum) diketahui. Komunikasikan. Prasangka dan asumsi bisa membunuh silaturahmi.
  • Defensif bukan apa. Tetap jadi positif ya. Agar gw punya sudut pandang baru. Makin obyektif, makin tahu.
  • Benci untuk bermain-main untuk urusan hati. Bukan objek bercandaan untuk saat ini.

Di meja seberang gw di Kantek ada yang main gitar. Tepat saat azan Ashar berkumandang dari Mustek, gitar berhenti. Dan berbunyi lagi di kalimat terakhir suara azan.

Di depan halte FT, ketemu Teh Mute dalam keadaan berjilbab. Terakhir, fotonya di Agenda UI 2013 masih menunjukkan rambut pirangnya yang keriting. Gw peluk dengan senyum yang mengembang sejadi-jadinya. Semoga istiqomah, Teh :)

Diingetin sama Ghiland,
"Baru sadar kalau apa yang gw cari, sudah gw punya, Teh."
Gak pernah ada aturan tertulis. Tapi merasa punya kewajiban untuk selalu memastikan kalau kalian, adik-adik gw yang berada di lingkaran terdekat dengan gw, selalu dalam keadaan baik-baik saja.

Jumat, 19 April 2013

Pasukan Burung Kertas

Tiarap!
Serbuan dari pasukan burung kertas!


Bawa selusin paket semangat untuk seorang sahabat.
Di semester penghabisan yang (masih) menjadi tempat untuk melesat.

Bonne Nuit, Monsieur.
Semoga lelahmu selalu menjadi manfaat :)

Senin, 15 April 2013

Andai

Andai bisa, gw sungguh ingin tidak perlu peduli.

.

.

Sayangnya, memang hanya bisa berandai-andai.

Jumat, 12 April 2013

Sam-Pah

Lagi kesel gw ceritanya. Sama orang-orang ini,

Ditho-Dimash-Aufa-Ujhee.

Karena :

  • Gw pamit gak bisa pulang di Closing SMANSA DAY tahun ini untuk pertama kalinya. Dibilangnya : kebiasaan. Sumpah. Pengen gw jitakin satu-satu ini orang-orang. Ini pertama kalinya lah. Dibilangnya kebiasaan.
  • Kemarin, gw iseng main ke SMANSA. Gak ngajak-ngajak sih emang. Terusannya pada protes karena gak diajak. Tapi pas gw tanya, emang kalau gw ngajak pada bisa? Enggak -____-"
Bener deh. Gw kesel sama kelakuan orang-orang ini.

Sam-pah nya adalah, tetep aja gw gak bisa marah sama orang-orang ini ketika akhirnya kontak-kontak-an lagi. Mendadak lupa kesel waktu ketemu Dimash di Kutek. Gak inget sama sekali buat marah sama Aufa waktu dia ngabarin kalau buku "Negeri di Ujung Tanduk" sudah terbit

Sam-pah banget ya kelakuan gw? Kesel sama orang-orang yang mau gimana juga gw gak tau kapan bisa kesel sama orang-orang ini.

Maaf untuk gak bisa pulang tahun ini. Ketemuan ya kita? Sesegera mungkin saat kita sama-sama bisa :)

Asertif Itu...

Kayak Obed di Bikun pagi ini. Obed yang mau turun di depan Psikologi, bersiap di depan pintu belakang Bikun. Sayangnya, pintu belakang Bikun tidak terbuka. Setelah menunggu agak lama dan yakin pintu belakang memang tidak terbuka, Obed bergegas melangkah ke pintu depan. Bersamaan dengan Bikun yang kembali digas. Sambil melangkah dari pintu belakang, Obed berteriak rendah, "Sebentar, Pak!" berharap pak supir mendengar walaupun dengan jarak sejauh itu.

Tiba di pintu depan Bikun, entah pak supir yang menyadari atau Obed yang menyampaikan lebih dulu, terdengar suara Obed menjelaskan ramah, "Iya, Pak. Pintu belakangnya tidak terbuka". Di detik selanjutnya, Bikun sempurna berhenti dan Obed pun turun sembari mengucapkan terima kasih.

Asertif itu, ya kayak Obed tadi pagi. Berani berteriak rendah ketika pintu belakang Bikun tidak terbuka walaupun Bikun sudah kembali digas. Bukan rendah volumenya. Tapi rendahnya suara orang yang menghargai lawan bicaranya. Respect. Tidak seperti orang agresif yang mungkin teriakannya akan mencak-mencak dan menganggu banyak orang. Tidak juga seperti orang yang submissive yang mungkin pasrah aja, diam, memilih mengikuti jalannya Bikun, baru turun di halte UI, sambil mikir "Nanti juga tinggal lanjut jalan sebentar doang ke Psiko".

Asertif itu, ya kayak Obed tadi pagi. Berani menjelaskan bahwa tadi pintu belakang Bikun tidak terbuka. Deskripsi. Bukan Evaluasi. Berdampak pada bapak sopir yang akhirnya menyadari bahwa ada tombol yang lupa ditekan. Membuat Pak Sopir memutuskan untuk berhenti dan menyilakan Obed turun. Tidak seperti orang agresif yang mungkin mengevaluasi pak sopir dengan nada tinggi, "Harusnya khan pintu belakang terbuka, Pak!" dengan muka masam. Tidak juga seperti orang submissive yang mungkin bergumam dalam hati, "Yaudah lah ya, mungkin bapaknya lupa", dan memtuskan diam, tidak menyampaikan apa yang terjadi.

Asertif itu, kayak Obed tadi pagi. Berani menyampaikan apa yang dianggap benar, dengan cara yang bisa diterima orang lain :)

Rabu, 10 April 2013

Dikirimin ini sama Kautsar.


Iya, Sar. Kata katanya bagus :)

Bintang (Lagi dan Lagi)

Siapa yang ulang tahun, siapa yang ngerasa dikasih kado. Selamat ulang tahun Gumi-chan. Terima kasih sudah memperkenalkan gw kepada google sky map.

Ibu, terima kasih untuk hp-nya. Untuk membuat anaknya tau, saat ia menengadahkan kepala, apa nama bintang yang ada di hadapannya :)

Selasa, 09 April 2013

Ditunggu

Teruntuk kamu, yang kemarin bermata sembap.

Kamu mau tahu, kalau kita sejatinya sama. Kita sama-sama harus mengharu biru untuk sebuah keputusan tidak memilih.  Karena rasa sayang dengan kadar yang begitu tinggi untuk apa-apa yang pada akhirnya tidak kita pilih, membiaskan batas antara diinginkan dan dibutuhkan.

Sampai pada akhirnya gw bisa mengikhlaskan, karena gw menyadari satu hal. Gw merekam baik-baik kesadaran ini di kepala. Gw saat ini ditunggu. Gw selalu ditunggu. Untuk bisa mencurahkan rasa sayang  terhadap apa-apa yang telah gw pilih, dengan kadar yang sama dengan apa-apa yang pada akhirnya tidak gw pilih

Kita sama-sama tahu khan? Terkadang menunggu, apalagi terlalu lama itu, cukup menyebalkan. Kita sama-sama tahu khan? Rasa sayang itu dilahirkan, bukan dibuat-buat seenaknya untuk melengkapi ucapan penutup sms di penghujung malam. Akhirnya, gw cuma bisa berjuang mati-matian bersisian dengan waktu, agar tidak perlu ada yang menunggu terlalu lama. 

Iya. Gw selalu ditunggu. Kamu juga ditunggu.

Meng-ada-kan

Berhasil meng-ada-kan hati, akhirnya :)
Segala puji hanya milik-Mu, Yang Maha Membolak-Balikan Hati


Menenangkan

Akhirnya, tiba juga di titik ini.

Gw lelah.

Entah memang harus dipaksa sampai di titik ini dahulu sampai akhirnya benar-benar bisa berhenti,  atau... entahlah.Tapi lelah ini... menenangkan.

Menenangkan karena akhirnya sudah tidak punya energi untuk senyum-senyum sendiri. Sudah tidak memiliki kekuatan untuk sebuah emosi yang meledak-ledak. Sudah terlalu malas untuk terenyuh haru dengan sebuah romantisme. Sudah tidak punya kemampuan untuk mengada-adakan kemungkinan yang tidak ada. Sudah benar-benar paham dengan jebakan ilusi ekspektasi.

Yang lebih penting,

Lelah ini akar dari kematian sensitivitas untuk menyadari perubahan pola tingkah laku yang kadang gagal dipersepsi dengan benar.

Lelah ini menenangkan.

Dan di tengah lelah ini, menemukan kebahagian kecil. Kebahagian sederhana. Kepercayaan untuk jadi bagian suka-duka romantisme tiga randa celebes :)

Kebahagian kecil. Kebahagiaan sederhana. Tapi tidak sementara

.

.


*Allah, izinkan hamba menangis, sekali lagi,malam ini, semoga menjadi terakhir, untuk urusan ini. 

Senin, 08 April 2013

Bintang (Lagi)

Jadi ceritanya gw lagi agak norak. Gw lagi cinta banget sama wallpaper hp gw. Wallpaper hp gw   adalah hamparan lapangan hijau yang luas (baca : yaa luasnya sebesar layar hp aja sih sebenernya -___-") dengan beberapa kincir angin yang berputar di dalamnya. Wallpaper gw terkoneksi dengan GPS dan internet yang dapat menginformasikan cuaca di tempat gw berada.

Jadi, contohnya, kemarin gw berada di Bogor. Bogor sedang hujan. Seperti biasa, hujannya awet. Tak berpetir. Di lapangan hijau yang luas dengan kincir angin di hp gw, cuacanya persis, sangat, dengan apa yang terjadi. Lapangannya hujan. Dari pagi sampai sore dilanda hujan. Dan awannya tidak berpetir.

Pernah di lain kesempatan, di Depok. Depok sedang dilanda hujan. Gak santai. Tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi. Skalinya datang dengan petir yang menyambar-nyambar. Begitu juga dengan lapangan hijau dengan kincir di hp gw. Hujannya deres. Banget. Datangd an pergi bersamaan dengan hujan sebenarnya. Dan kilatnya sama persis dengan kilat yang menyambar-nyambar di langit.

Terus terus, gw se-cinta itu kalau cuaca lagi cerah. Apalagi malam.

Kalau langit berawan dan gak ada bintang, lapangan hijau dan kincir di hp gw juga langitnya tertutup awan. Bintangnya redup banget karena kehalangan awan. Tapi kalau lagi cerah, kayak hari ini. Ketika bintang-bintang di langit lagi cerah banget dan segitu kentaranya, begitu juga langit yang ada di lapangan hijau dengan kincir di hp gw. Bintangnya cerah banget. Bintangnya jelas banget. Sama jelasnya dengan langit Depok malam ini.

Ibu, terima kasih untuk hp-nya. Untuk membuat anaknya tau, kapan harus keluar kamar untuk melihat bintang :)

Kalau persamaan gak usah dicari, udah banyak. Yang penting menyelaraskan perbedaan (Mushab, 2013)

Jumat, 05 April 2013

(Satu Lagi Tempat) Pulang (yang Tidak Berubah)

"Hari terus berganti, banyak yang telah terjadi..."
Hari ini. Pulang. Ke SMANSA. Setelah kurang lebih 4 bulan.
Tersenyum. Banyak yang berubah banyak.

Ngidam pem-pek. Memutuskan ke Gang Selot. Bertemu dengan Putih dan Azkiya. Kawan satu alamamater SMP dan satu almamater universitas. Mahasiswi FKM UI 2010. Membicarakan perubahan. Salah satunya gedung SMP kami yang banyak berubah.

SMPN 1 Bogor (saat ini)

Membicarakan banyak perubahan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Gw menelan ludah.

Jaga hamba dalam lingkaran perubahan yang menyenangkan, Rabb.

Berpisah dengan Putih dan Azkiya. Gw melangkah masuk. Menunggu Nisop yang juga ke SMANSA untuk mengisi mentoring. Bercengkrama dengan buku Psikologi Kepribadian. Lucu rasanya. Belajar materi kuliah di sekolah. 

Bertemu Hanif. Terlibat percakapan singkat. Sukses untuk kehidupan kelas 3 nya, Nif! Amin ya, Nif. Ketemu di Balairung tahun ini.

Sekilas melihat Kepala Sekolah baru. Menyenangkan :)

Nisop datang. Kami bergegas masuk. Menuju kantin. Sungguh. Saya lapar (lagi). Belakangan intensitas makan tidak bisa dibendung. Disambut hangat oleh bunda-bunda penjaga kantin. Menemani Nisop makan, sambil menyapa kembali buku Keprib bersama segelas nutri sari dingin dan kentang goreng.

Teman belajar siang ini :)

Bunda : Tuti, kamu bukannya Manajemen ya?
Terima kasih masih mengingat cita-cita itu, Bunda :)

Bergegas ke Musholla. Ada renovasi di mushola laki-laki. Gorden baru. Karpet baru. Kamar mandi baru. 

Bertemu Regia. Berbicara lagi tentang perubahan. Tentang sistem Ujian Nasional yang menggunakan barcode, dengan soal ujian dan lembar jawaban yang menjadi satu, dengan 20 tipe soal yang berbeda. Sukses H-10 UN nya, Gi. Dan untuk pengumuman-pengumuman selanjutnya ya. Berharap besar bisa makan nasi goreng yang enak di gerbang Kutek bareng gw ya, Gi, sebelum berangkat kuliah :)

Lalu, ke tujuan utama. Ketemu anak-anak ini.

Bersama OSIS Electra :)

Ada yang berbeda dengan kepulangan kali ini. Biasanya gw yang bawel cerita ini-itu. Gw yang cerewet bilang ini-itu. Tapi tadi? Gw lebih banyak mendengar cerita-cerita mereka, kabar mereka, berantemnya mereka, dan kekonyolan di antara mereka. Berkali-kali gw senyum dan ketawa. Bahkan sampai mukul-mukul ubin saking konyolnya. Dan itu... Menyenangkan. Sangat.

Terima kasih ya, Galura, Ausie, Ninis, Nuy, dan Nabila (? aku lupa nama panggilan mu neng, maap :P), dan Mae-Umar yang ikut walaupun cuma sebentar.


Terima kasih untuk jadi (satu lagi) tempat ketawa-ketiwi sore ini. Jadi (satu lagi) tempat pulang yang tidak berubah di tengah begitu banyak perubahan :)
"Tempat kutuju, segala angan dan harapan, tempat kupadu cita-cita dan impian, tempat kupacu setiap langkah yang berarti, tetap menyatu dalam hasrat dan tujuan ku selalu..."

Gemilang

Lagi. Suka. Banget. Sama. Lagu. Ini. Sangat.



Esse : Iya, Teh. Aku dikasih tau Icha. Teteh kalau sedang suka sama lagu, lagunya diputar terus dua minggu lebih.

Rabu, 03 April 2013

Time Flies

Gw sering mengkembar-kembarkan diri dengan dua orang ini.

 With Rj & Nita

Yang satu karena sindrom 26 Februari, yang satu karena physically.

Bulan Oktober, yang satu sudah diwisuda. Yang satu lagi, merencanakan bulan Februari memakai toga.

Time flies.

Have a great last year, twins :)

Mood Booster

Mood booster siang-siang adalah,
A Ano : We're still gonna FIGHT and WIN wherever we are and will be, Ti!
Puji syukur padamu Tuhan
Atas segala lindungan
Sinar dan cahaya-Mu
Slalu terangi jalanku

Kami siswa SMA 1
Tak kan redup berpijar
Demi cita bangsa ku
Jayalah SMA 1!

Selamat ulang tahun, Kotak Sabun :)

Doa

Kak Shally, Pengajar Indonesia Mengajar Angkatan II, dikuatkan oleh Kak Ayu, Pengajar Indonesia Mengajar Angkatan I, lewat doa ini.
"Tuhanku,
Berikanlah aku kekuatan untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah,
Berikanlah aku kesabaran untuk menerima hal-hal yang belum dapat kuubah,
Dan berikanlah aku kebijaksanaan untuk dapat membedakan keduanya"
Terimakasih Kak Shally, untuk selanjutnya, doanya berhasil menguatkan saya.
Iya Kak, ribuan ikhtiar masih bisa dilakukan.

***

Dear A Rezano Prayudi Putra,
Selamat untuk Pengajar Muda Angkatan VI nya a :')
Selamat mengabdi. Salam FIGHT-WIN untuk setahun masa pengabdian. Juga untuk anak-anak di manapun A Ano ditempatkan.

Dan, Terima kasih juga untuk doanya yang mengingatkan.
A Ano : Walaikumussalam.. iya tuti. alhamdulilah wa syukurillah... gak nyangka juga bisa kepilih seleksinya cukup ketat sebab ribuan lulusan S1 yang daftar. Hatur nuhunnya^^ I wish you all the best for your life both in the world and here after, aamiin...
Mengingatkan saya bahwa saya telah terlalu jauh mengambil jarak dengan kehidupan hereafter...

***

Dear OSIS Electra,
Masih ingat definisi pengaruh yang pernah gw sampaikan?
Daftar definisinya bertambah satu yaa :)

Sampai jumpa di Closing SMANSA DAY 2013.

Limitasi

Belajar Psikologi Kognitif itu belajar dua hal besar. Tentang luar biasa sistem pengolahan informasi di otak manusia dan limitasinya. Yang nulis blog sekarang lagi kepikiran sama limitasinya. 

Tentang otak yang emang punya limitasi untuk membagi atensi di lebih dari satu task dalam waktu bersamaan. Limitasinya bahkan bukan hanya di task yang skalanya besar, tapi di task yang skalanya hitungan detik.

Itu mengapa salut banget sama orang-orang yang bisa multitasking. Mmhh...bukan-bukan. Bahasanya bukan bisa multitasking. Tapi orang-orang yang bisa dealing with that limitation.

Terus baru nyadar. Bahwa Allah bahkan udah ngasih solusi untuk limitasi ini, dari jauh-jauh hari.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Al Insyirah : 7)
Terus gak berhenti terkagum-kagum dengan solusi yang satu ini.Tentang fokus dan satu-satu. Solusi yang bahkan sudah ada, jauh sebelum gw belajar Psikologi Kognitif.

Allahuakbar...

#1 - Antusiasme

Kamis, 14 Januari 2013
Kantor Kecamatan Sobang.

Pagi itu hujan. Gerimis lebih tepatnya. Tiga bus dan satu minibus berwarna biru bersusah payah untuk parkir di depan kantor kecamatan Sobang. Susah karena jalan yang tidak terlalu lebar. Hanya sepelemparan batu antara sisi satu dengan sisi lainnya. Susah karena jalan ini bukan aspal yang tak bergeming dihantam tetesan hujan. Jalan ini tanah. Menjerembabkan banyak langkah yang tak biasa menjejak.

Di salah satu bus yang sedang bersusah payah memposisikan tubuh besarnya, gw duduk bersandar di kursi. Menyangga kepala pada salah satu jendela kaca. Mengerjap ngerjapkan mata. Mengumpulkan nyawa. Mengusir jauh jauh dingin akibat perpaduan AC dan hujan yang membungkus. Menggerak gerakan badan sekenanya. Kembali bersandar sambil menghitung hitung posisi di mana gw berada sekarang.

Di sebelah kanan dan kiri gw terdapat dua buah bangunan. Satu persamaannya. Sama sama memiliki tiang bendera. Tapi bangunan sebelah kanan bertuliskan SD Negeri 1 Sobang, bangunan yang kanan bertuliskan kantor Kecamatan Sobang.

Iya. Kita telah sampai. Di titik di mana setelah ini, masing masing dari kita akan berjuang di tempat masing masing.

Kawan, mari gw ajak untuk membayangkan di mana letak kecamatan Sobang.

Kecamatan ini masih berada di pulau yang konon menjadi pulau paling padat di Indonesia, Pulau Jawa. Tau provinsi yang paling baru terbentuk di pulau ini? Yap. Kecamatan ini berada di Provinsi Banten. Provinsi di sebelah barat Provinsi Jawa Barat. Layaknya provinsi yang banyak terdiri dari kota dan kabupaten, begitu juga dengan Banten. Salah satu kabupaten yang ada di Banten adalah Kabupaten Pandeglang. Kalau kita pernah belajar bahwa kabupaten/kota terdiri dari kecamatan-kecamatan, Sobang salah satu kecamatan yang ada di kabupaten pandeglang. Dan di sinilah kami berada sekarang.

Tapi kehidupan tidak hanya berhenti sampai di Kecamatan Sobang kawan. Tiap kecamatan bisa terdiri dari desa-desa. Dan, di Desa Cipeuti, salah satu desa yang berada di Kecamatan Sobang, gw bersama 14 orang lainnya berjuang untuk menghidupi kehidupan.

Sungguh kawan, di desa itu ada kehidupan. Sayangnya, dalam kehidupan yang sederhana itu, tidak banyak yang tau bawa mereka memiliki kehidupan yang lebih besar dibandingkan hanya besarnya jarak antara Cipeuti-Sobang. Sama seperti di kemudian hari, gw mengetahui bahwa anak anak gw tidak mengetahui bahwa dirinya tinggal di Provinsi Banten, di Pulau Jawa, yang menjadi bagian dari gugusan pulau di Indonesia.

Posisi gw masih sama. Duduk  bersandar di kursi. Menyangga kepala pada salah satu jendela kaca.  Hujan menderas. Satu dua warna warni bermunculan di tengah hantaman hujan. Bukan. Bukan pelangi. Warna warna ini tidak melengkung membentuk setengah lingkaran. Warna warna ini bergerak beriringan bak semut yang sedang berjalan.

Itu warna payung, warna seragam, dan warna sepatu boots anak-anak SD yang beriringan menuju sekolah. Bangunan di bagian kiri posisi gw. Payungnya sungguh besar kawan. Jangan bayangkan payung mereka adalah payung payung lipat macam kita yang bisa masuk ke dalam tas. Di sini tidak tren payung macam itu. Sepatu? Aah, di sini juga tidak tren sepatu crocs. Sepatu crocs yang menjadi primadona di musim hujan karena gampang dicuci kalau kotor masih kalah pamor dengan sepatu boots di sini. Aah, di sini boots lebih menjanjikan kawan. Selain mudah dicuci, bonus tidak akan kena kotor sampai betis. Satu dua dari mereka begitu repot sekali. Satu tangan memegang payung, tangan lainnya menjinjing sepatu yang dibungkus plastik. Sepatu non boots yang akan mereka kenakan sesampainya di sekolah.

Gw memperbaiki posisi duduk. Sambutan ini sungguh menyenangkan. Di kemudian hari, pemandangan ini akan begitu familiar buat gw. Tentang budaya tidak peduli. Tidak peduli hujan menderas dalam intensitas yang besar. Tidak peduli harus membawa dua sepatu. Tidak peduli dengan medan yang tidak benar-benar bersahabat untuk menjejak. Yang penting, kaki ini harus menjejak ke sekolah. Dan di kemudian hari, gw mengetahui. Ini tentang kekuatan habituasi.

Gw nyengir. Halo Tuti. Malukah kau untuk banyak menggunakan jatah bolos kuliah hanya karena alasan-alasan... badannya lagi ngedrop?

Satu satu iring-iringan warna warni itu memasuki gerbang sekolah. Payung-payung yang mengembang itu seketika menutup. Berganti dengan jejeran payung besar yang menggantung di jendela dan pintu kelas. Berbanding terbalik dengan ada yang antusiasme yang ada di dalam bis-bis berwarna biru yang terparkir di depannya.

Antusisme ini mengembang. Sempurna meluap. Segala kebahagiaan, keriangan, kecemasan, dan kekhawatiran mendobrak masuk. Mendesak tak tertahankan. Bahkan luapan air hujan yang membanjiri kantor kecamatan di malam harinya, tidak benar-benar sanggup membendung antusiasme ini.
Warga : Iya neng. Ini teh baru pertama kali banjir sampai kayak gini di sini. Kebetulan pas mahasiswa lagi dateng.

dan luapan antusiasme ini, dimulai...

Selasa, 02 April 2013

:)

Kapan terakhir kali kau senyum-senyum (sendiri) macam ini, Tut?
Entahlah. Saya lupa.