Jumat, 27 Desember 2013

Memilih untuk Tidak Berhenti

25 December
Nisop's house, Bogor

26 December
Quality time with Linea Alfa Arina. Sop Buah Pak Ewok, Bogor.

27 December
Grand Prix Marching Band, Istora Senayan, Jakarta.

28 December
Quality time with Clara Sovia Lestari & Dyah Raras, Bogor.

29 Desember
Terminal Hujan, Bogor.

2 January
Prepare for winter trip with the team, Bogor.

3 January
Origami time with Fasilkom's friend, Depok. He said that origami is just about computer science, woow.

4 January
Origami time, with GUIM 3. Depok.

5 January
Terminal Hujan, Bogor.

6-8 January
JAKARTA (Jalan-Jalan Akhir Tahun) BEM, Kepulauan Seribu.

13- 17 January
Telkomsel Mengajar Training, Jakarta.

18-23 January
Backpacking, Osaka-Tokyo, Jepang.

Cuma mau meluk Bapak dan Ibu. Yang selalu ngedoain anak perempuannya sehat. Yang selalu membiarkan anak perempuannya gak pernah berhenti menjejak dan melangkah.

Selasa, 24 Desember 2013

Jangan Bandel!

Setelah banyak tekanan yang tak jauh berbeda, sepertinya level ketangguhan kita naik satu tingkat. Bahwa urusan menderaskan air mata, hanya untuk ibu dan bapak. Hanya untuk keluarga. Yang lain, cukuplah berkaca-kaca saja.

Begitu juga urusan rasa bersalah.
"Buat gue, lo bukan temen biasa, Tuth. Lo lebih dari teman biasa"
Buat gw, mendefinisikan hubungan ini tak penting lagi. Gw pernah bilang bukan? Gw sayang lw, dengan gabungan definisi rasa sayang yang pernah gw sampaikan ke banyak orang. Titik. Definisi itu masih berlaku sampai detik di mana gw menuliskan tulisan ini. Apalagi? Peduli amat dengan kata orang. Tentang teman, teman dekat, sahabat, ataupun pacar. Pemaknaan ini, gw yang yang punya. Kita yang punya.

Yang harus kita lakukan sekarang :
Just don't let your feet stop - Haruki Murakami
Just don't let your feet stop.

Lw tau? Apa yang selalu menyenangkan di tiap momen pertemuan kita? Adalah ketika kita sama-sama sombong tentang apa-apa yang telah kita lakukan. Sama-sama mengukur sudah di belahan bumi mana kita menjejak. Juga ketika sama-sama mengingatkan untuk siapa semua yang kita lakukan ditujukan.

Selamat melanjutkan langkah :)

Desember dan Januari ini, akan menjadi bulan yang luar biasa bukan untuk kita?

Maaf untuk kemungkinan tidak hadir saat sidang dan wisuda. Toh lw tahu benar khan? Terlepas dari sidang dan wisuda, gw selalu ada. Kapanpun. Tidak hanya di acara-acara seremonial.

Ayo lunasi janji tahun depan!
Untuk punya lebih banyak waktu di rumah. Untuk jadi orang nomor satu yang menjadi tempat bersandar keluarga.

Juga janji kita untuk kita, untuk bisa lebih jahat kepada masing-masing, setelah ini.

Jangan khawatirkan gw ya? Gw pun akan melakukan hal yang sama.  Gw akan selalu mengingat pesan lw, untuk tidak mendramatisir perasaan. Tidak akan tergantung. Dan akan jauh lebih tangguh.

Yang perlu kita khawatirkan, apakah kita cukup tangguh, untuk menceklis bucket list pencapaian kita tahun depan. Dan tahun-tahun selanjutnya.

Terakhir, pesan gw untuk tidak perlu membaca blog gw lagi, itu serius, Kawan. Karena kalau gw rindu, gw akan lari ke sini. Membaca tulisan itu menyebalkan bukan buat lw? Jadi, jangan bandel!

Minggu, 15 Desember 2013

Pemaknaan Ini, Kita yang Punya

Teruntuk dua adik kesayangan gw, apa kabar?

Ya. Semenjak kalian melibatkan gw dalam obrolan beberapa malam yang lalu, gw merasa punya dua adik lagi yang harus gw jaga. Iya kalian. Si putri yang cantik jelita. Si pangeran yang tampan rupawan.

Terima kasih ya. Untuk percaya. Untuk bercerita. Senyum-senyum sendiri saat mendengar salah satu jawaban kalian mengapa gw diajak untuk berdiskusi.

Senyum-senyum karena kejadian ini berulang bukan?  Dipercaya jadi orang ketiga lagi. Untuk memediasi lagi. Setelah sebelumnya untuk banyak hubungan mulai dari pendekatan, jadian, putus, move on, salah tempat, sampai kalian. Ya, cerita kalian berbeda. Tidak gw masukan dalam kategori mana-mana.

Kalau kemarin kalian yang bercerita, sekarang boleh gw yang bercerita?

Belakangan gw bertubi-tubi mendengar kabar sedih dan senang. Tentang banyak hubungan.Tentang banyak ikatan dan kemungkinan. Beruntung ya gw? Gw beruntung dipercaya oleh banyak orang. Dipercaya mendengar banyak cerita. Termasuk dari kalian. Karena sejatinya, sungguh, gw yang banyak belajar.

Gw sering bertanya-tanya sendiri. Kenapa ya gw dipercaya? Padahal gw sedang tidak dalam ikatan. Tidak sedang berpasangan. Atau kalau dalam bahasa kita sehari hari, sedang tidak jadian. Yang secara logis orang yang berada dalam hubungan mungkin lebih paham tentang urusan ini. Ah, kapan sih terkahir kali gw jadian? Saat kelas 6 SD sampai 7 SMP. Putus dengan kalimat dari mantan gw, “Kamu terlalu baik buat aku”. Hahaha. Geli sendiri lah ingetnya. 7 SMP bro.

Tapi akhirnya gw mencoba menerima fakta. Bahwa mungkin untuk mengerti urusan ini tidak melulu harus pernah mengalami. Tidak perlu sedang berada dalam ikatan. Nyatanya, urusan jatuh di tempat yang salah dan memendam, sukses untuk mendewasakan gw untuk banyak hal. Mendewasakan untuk banyak hubungan.

Mari kita sebut urusan ini dengan jatuh... cinta? Ah, geli gw, haha. Istilah jatuh hati lebih bisa gw terima. Gw pernah beberapa kali di jatuh hati di tempat yang salah. Iya. Salah. Karena gw pernah jatuh hati dengan sahabat gw sendiri. Di lain kesempatan, gw pernah jatuh hati di orang yang sudah jadian. Dampaknya? Gw jadi ahli dengan urusan memendam. Untuk tidak pernah menyampaikan. Untuk menganggumi dalam diam.

Urusan jatuh di tempat yang salah dan memendam ini terjadi berkali-kali. Lukanya berkali-kali. Lelahnya bertubi-tubi. Tapi sungguh mendewasakan. Membentuk pemahaman yang menyenangkan.

Bahwa orang-orang yang sempat sukses menjatuhkan hati gw, saat ini tetap menjadi sahabat-sahabat terbaik gw. Tetap menjadi partner kerja terbaik gw. Tetap menjadi tempat bertukar pikiran yang paling menyenangkan. Silaturahmi itu tetap terjalin dengan baik. Dengan begitu menyenangkan. Mungkin lebih baik dibandingkan apabila harapan-harapan yang sempat berseliweran benar menjadi kenyataan.

Pemahaman lain yang datang pun sungguh membuka mata gw. Bahwa mungkin energi gw saat ini terlalu besar untuk diberikan kepada satu orang. Terlalu besar untuk diberikan secara parsial. Mungkin saat ini benar adanya bahwa energi gw lebih baik disalurkan ke banyak orang. Untuk menulis, untuk mengajar, untuk mendengar banyak cerita, termasuk untuk kalian bukan? Mungkin energinya memang lebih baik untuk banyak orang dulu. Untuk jadi banyak manfaat dulu..

Tapi poinnya  bukan pemahaman ini yang ingin gw sampaikan. Tapi untuk tiba di pemahaman itu, gw harus jatuh bangun dulu.

Tanpa harus menghitung kisah kasih jaman 6 SD-7 SMP selama 1 tahun 5 bulan (yang isinya adalah belajar buat lomba), gw gak pernah ngerasain yang namanya pacaran. Gw gak pernah tau rasanya jadian. Rasanya kangen sama pacar. Rasanya malam mingguan. Rasanya cemburu sama pacar. Rasanya sebel karena gak dihubungi karena sama-sama sibuk. Rasanya makan pagi, siang, malam bareng pacar.

Tapi gw tahu rasanya memendam. Rasanya harus nyomblangin teman gw sendiri dengan orang yang-padanya-gw-jatuh-hati. Rasanya menekan perasaan bahwa ada harapan yang salah kepada sahabat gw sendiri. Rasanya dicurhatin sama pacar dari orang-yang-membuat-gw-jatuh-hati.

Dear Pangeran dan Putri, saya tau rasanya itu semua. 
Saya pernah merasakan lelahnya mengelola semua perasaan itu.

Mau gw tahu sebuah rahasia kecil? Salah satu hal yang paling berat yang pernah gw alami dalam urusan ini adalah... mengelola tekanan dari orang-orang di sekeliling gw. Bahkan dari orang terdekat gw.

Bahwa kita gak bisa menutup mata, kita, ada di zaman yang sangsi apabila melihat laki-laki dan perempuan dekat tapi tidak ada apa-apa. Lebih lazim kalau melihat laki-laki dan perempuan dekat dengan status sebagai sepasang kekasih.

Untuk gw yang lebih banyak memiliki sahabat laki-laki dibandingkan perempuan, urusan ini gak pernah mudah. Memberikan pemahaman kepada orang lain bahwa gw tidak ada apa-apa dengan sahabat gw sendiri seperti meniup lilin ulang tahun khusus yang kalau apinya mati akan menyala lagi. Sia-sia.

Di satu waktu, pernah sesedih itu saat orang terdekat bilang bahwa gw jangan mem-friend-zone-kan diri. Sedih ketika apakah ketika gw merasa dekat dan nyaman dengan sahabat gw sendiri adalah sesuatu yang salah? Ketika kami memang sangat dekat tapi tidak menjadi sepasang kekasih adalah hal yang salah? Ketika kami punya alasan masing-masing untuk tidak jadian adalah hal yang salah? Bahkan ketika kami saling menjadi manfaat tanpa menjadi sepasang kekasih adalah hal yang salah?

Gw pun gak bohong bahwa persepsi itu pernah mendorong gw untuk mempertanyakan hubungan gw dengan seorang sahabat. Mempertanyakan mengapa kita tidak bisa lebih sebagai seorang sahabat. Iya. Lingkungan membentuk persepsi. Membuat pengaruh. Kadang membutakan fakta bahwa hidup kita, kita sendiri yang memaknai.

Sampai akhirnya, dari segala sedih, gw paling sedih ketika gw menyadari bahwa gw pun termakan oleh banyak persepsi. Pemahaman bahwa persahabatan ini gw yang rasakan bukan orang lain, datang terlambat. Kita paham konsep empati kan? Tentang memposisikan diri. Tapi orang lain, tidak pernah benar-benar tau rasanya berada di posisi kita. Tentang tidak pernah berada di dalam hubungan ini.

Dari sini, satu per satu pemaknaan terbentuk. Tentang beruntungnya pernah memendam dan salah tempat. Urusan ini mendewasakan. Tentang energi untuk universal dibandingkan parsial. Urusan ini mendorong gw untuk jadi manfaat. Tentang bersahabat tanpa banyak harap. Urusan ini melapangkan.

Dear Putri dan Pangeran,
Percayalah bahwa penyikapan dari banyak orang, akan mendewasakan. Semoga bisa menyikapinya dengan bijak. Tapi yang lebih penting dari semua urusan : Pemaknaan ini, kita yang punya.

Mungkin bukan sebagai sepasang kekasih. Bukan dalam status jadian. Seperti yang dipertanyakan banyak orang. Tentu saja. Ketika kata serius itu menjadi andalan, kita pun tidak pernah tahu urusan masa depan. Bahkan matahari terbit esok hari atau tidak, masih jadi rahasia Tuhan.

Tapi jika benar esok hari kita masih berkesempatan untuk membuka mata, bersyukurlah. Ketika banyak orang merasa sendirian, esok hari, masing-masing dari kalian punya masing-masing untuk bersisian. Untuk terus belajar dan mengenal, untuk menjadi baik bersama.

Pemaknaan ini, kita yang punya, My Prince and Princess.

Sabtu, 14 Desember 2013

Masih Ada

Ketika mulai terbiasa untuk mengelola lelah sendirian, kalimat paling adem adalah lw tau bahwa lw tetap punya tempat untuk tumpah.
Tut, atuh kalau mau cerita kalau lagi butuh teman mah hubungi aja aneeee santaaai, jangan didiemin sendirian.
Ini adem banget. Makasih ya. Untuk mengirim tepat di saat semua lelah memuncak. Di saat padahal gw berhasil membendungnya sendirian.

Untuk mu pun begitu. Kita tak jauh berbeda khan?
Kabarin kalau ada apa-apa. Kalau lw butuh, gw ada kok.

Senin, 25 November 2013

Tugas Perkembangan

Ceritanya belakangan mau menolak menjalankan tugas perkembangan usia dewasa muda. Tentang intimacy vs isolation. Tapi gak bisa. Akhirnya tumpah juga.
Jujur gw banyak belajar loh sejak denger cerita-cerita perasan lu ke dia
Belajar perasaan cewe ternyata kayak gitu

Kayak gitu gimana?
Gitu deh
Hahaha

Belajar kalau cewek udah sayang sama orang, bisa segininya ya? Hahaha
Nah
Gw kaya diliatin secara langsung gitu
Jadi bisa gw proyeksiin buat diri gw pribadi ngehadapin cewe ke depannya

Perlakukan cewek dengan benar ya, sesuai dengan lw menganggap dia istimewa atau tidak. Jangan ambigu.
Siap!
Senyum-senyum menyadari ternyata ada urusan insight dibalik ceracauan ini.
Semoga baik baik terus pikiran dan hati lu ya, apapun yang terjadi antara lu sama dia.
Ini manis banget loh doanya. Makasih ya.

Minggu, 24 November 2013

Takkan Redup Berpijar

Semester ini gw ngambil mata kuliah kuliah Psikologi Pendidikan dan Karir. Minggu lalu, salah satu tugasnya adalah learning from others. Kami diminta untuk mewawancarai seseorang dengan karir yang sesuai dengan rencana karir kami. Wawancara ini dimaksudkan untuk memberi gambaran yang lebih jelas apa hal-hal yang dibutuhkan dan dilakukan di karir yang kami pilih. Salah satu rencana karir gw adalah menjadi penulis. Nama Chntya Febrina pun melintas cepat di kepala gw saat gw mendapatkan tugas ini.

Chntya Febrina Maharani, atau yang akrab disapa Chyn, adalah teman satu angkatan gw di SMA. Saat ini, Chntya sedang menyelesaikan tingkat akhirnya di jurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI angkatan 2010. Kenapa Chntya? Gw jarang ketemu Chntya selama di UI. Sekali-kalinya gw dipertemukan dengan Chntya di BKUI 13. Sekalinya kemarin ketemu lagi bersama anak anak RGTT (Rakit Bambu Gos To Toga), Chntya datang dengan dua karyanya yang sudah duduk manis di lemari Toko Buku Gramedia. Dua buah novelnya berhasil masuk industri penulisan Indonesia. Novel berjudul Stasiun dan Bumi.

Ribut lah gw nanya nanya ke Chntya. Sejak kapan Chntya suka nulis. Kapan nulisnya. Kok tiba-tiba. Dan pertanyaan-pertanyaan gak terima lainnya karena yang judulnya pengen nulis buku adalah gw tapi Chntya duluan yang udah punya buku, haha.

Sejalan dengan tugas yang gw dapatkan, akhirnya gw meminta Chntya untuk menjadi narasumber gw di tugas ini. Chntya cerita banyak. Gw pun dapat banyak fakta. Tentang Chntya yang menulis sejak jaman SD. Memutuskan serius untuk menulis dari SMA (yang gw gak terima karena gw gak tahu, haha :p). Dan berhasil pelan-pelan menjejak mimpinya di penguhujung periode mahasiswanya. 

Tentang fakta bahwa gak pernah benar-benar ada resep untuk menulis. Semua orang bisa menulis. Yang membedakan penulis dengan orang lain adalah niatnya, Tuth. Sekali lagi membuat gw percaya dengan kekuatan niat. Chntya, berhasil menyelesaikan bukunya yang kedua, Bumi, hanya dalam waktu 3 bulan.

Bumi adalah salah satu novel Chntya yang sudah gw baca. Bertajuk persahabatan yang sukses menampar gw pelan-pelan. Insight utamanya adalah ketika lw mengaku-aku orang lain sebagai sahabat lw, memperlihatkan kedekatan itu dengan foto bersama dan mengunggahnya di media sosial, padahal faktanya, lw gak pernah benar-benar tahu siapa orang yang lw aku-akau sebagai sahabat lw itu. Lw gak pernah benar-benar tahu masalah apa yang sedang orang-yang-lw-aku-sebagai-sahabat-lw itu hadapi.

Gw gak terlalu suka sama novel semacam teenlit. Awalnya gw mengira bukunya Chyn semcam teenlit. Ternyata bukan. Bukan sama sekali. Novelnya pake riset. Bahkan mengangkat isu besar seperti LGBT.
Gw : Chyn, gimana pendapat Chntya tentang penulis hebat yang hidupnya gak pernah lurus-lurus aja?
Chntya menjawab dengan jawaban yang gak pernah gw sangka. Dengan cerita yang membenarkan penghiburan diri gw yang hebat. Tentang masa-masa berat yang pernah Chntya alami, berpengaruh besar terhadap tulisannya.
Chntya : Kita hanya sanggup menceritakan kejadian di tulisan kita dengan emosi yang otentik ketika kita pernah melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri, Tuth. Itu mengapa mungkin penulis hebat ditakdirkan punya jalan hidup yang gak lurus-lurus aja.

Gw, Chntya, Gedung H Fakultas Psikologi UI

***

Berminggu-minggu setelahnya, bersama PI-BPH BEM Psikologi UI gw rapat penentuan anak magang yang merupakan rangkaian terakhir di PDKM (Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa). Penentuan ini didasarkan pada penialaian kuantitatif dan kualitatif. Penilaian kuantitatifnya dipaparkan di depan dengan menggunakan proyektor untuk dilihat bersama.

Sore itu gw lagi super suntuk. Urusan LPJ Keuangan di dua bulan terakhir ini sungguh menguras tenaga. Ketika mata gw gak sengaja melihat daftar penilaian kuantitatif di depan layar, tiba-tiba gw tersenyum melihat nama yang ada di urutan pertama. Nama tersebut memiliki nilai tertinggi dengan kepala nilai yang berbeda sendiri dengan kepala nilai di bawahnya. Gw refleks melihat Murai. Melempar senyum. Sama-sama tahu apa yang ada di kepala tanpa harus berkata-kata. Suntuknya hilang dalam sekejap. 

Sekian detik kemudian, gw gak sengaja beradu tatap dengan Abang. Abang tersenyum penuh penghargaan.
Abang : Tuth, standar nilai anak SMANSA segini ya?
Gw mengangguk. Anak SMANSA kalau udah memutuskan melakukan sesuatu pake hati, urusannya memang jadi begini, Bang.

Selamat untuk peserta terbaik PDKM dear,
Denvi Giovanita

Denvi, Gw, Pusat Studi Jepang FIB,  Grand Closing PDKM 2013

Di rangkaian Grand Closing PDKM juga terdapat talkshow mengenai kepemimpinan transformational. Menghadirkan pembicara yang salah satunya adalah alumni Psikologi, namanya Kak Anggun. Beliau pernah menjabat menjadi pengurus inti BEM Psikologi UI dan salah satu penggagas komunitas Terminal Hujan. Terminal Hujan?

Gw yang lagi berkutat dengan urusan LPJ keuangan, tiba-tiba disenggol Abang di sebelah.
Abang : Tut, alumni SMAN 1 juga?
Hah? Persis saat Abang menyenggol gw, gw menatap layar yang berisi CV Kak Anggun. Persis di bagian Senior High School tertulis : SMAN 1 Bogor.

Kak Anggun bercerita tentang Terminal Hujan. Komunitas yang bergerak di bidang pengajaran yang diperuntukkan bagi anak-anak di daerah Terminal Baranangsiang. Mendengarkan proses pembentukannya, apa yang dilakukan di komunitas tersebut, dan kondisinya saat ini. 

Kondisi Terminal Hujan saat ini dikatakan kritis. Terminal Hujan sedang menghadapi tantangan besar karena orang-orang yang membangun Terminal Hujan dari dalam sedang menghadapi tugas perkembangannya masing-masing. Tuntutan dan godaan untuk bekerja di tempat yang lebih baik secara finansial, untuk segera menikah, berkeluarga, menjadi sebuah tantangan besar yang bersinggungan dengan komitmen membangun Terminal Hujan ini.

Selesai talkshow, gw menghampiri Teh Anggun. Berkenalan. Perkenalan singkat tentang sama-sama mashsiswa SMANSA-Psikologi, dengan gw yang tumbuh di OSIS dan Teh Anggun di MPK, dan sama-sama pernah menjadi pengurus inti BEM Psikologi, membuat gw refleks memanggilnya dengan Teteh yang kemudian dilanjutkan dengan percakapan bahasa Sunda yang super menyenangkan untuk menjadi pertemuan kali pertama.

Bertukar kabar tentang kondisi masing-masing, tentang SMANSA, tentang Psikologi, dan tentang Terminal Hujan, hingga berujung untuk saling mengabari lagi di lain kesempatan.
Gw : Teh, kapan-kapan Tuti boleh ngajar di Terminal Hujan?
Keinginan gw disambut hangat dan antusisas oleh Teh Anggun. Pertemuan pun ditutup dengan berjanji saling mengabari. Teh Anggun memeluk gw. Hangat. Seperti ketemu kakak lagi setelah sekian lama tidak bertemu.

***

Kemarin, di tengah Psikologi Seminar yang merupakan program kerja pamungkas Biro Danus, gw menyempatkan diri mampir di pelantikan Pengajar Gerakan UI Mengajar (GUIM) angkatan 3. Tadinya gak merencanakan untuk hadir karena harus mendampingi Danus. Tapi melihat seminar berjalan lancar dan sekalian gw menjemput Devinsa sang PO Seminar yang sedang dilantik juga sebagai salah satu pengajar, gw menyempatkan mampir.

Gw hadir saat seminar nyaris berakhir. Seminar dilanjutkan dengan perkenalan 36 pengajar GUIM 3 dan persembahan dari pengajar. 

Tuhan, saya rindu. Entah GUIM nya, entah mengajarnya, entah anak-anaknya. Tapi saya rindu. 

Sampai akhirnya tiba di persembahan 36 pengajar. Para pengajar membacakan puisi dan menyanyikan sebuah lagu. Sambil bernyanyi mereka membawa sebuah bunga. Di tengah tengah lagu, bunga yang dibawanya diberikan kepada orang yang dianggap istimewa untuk mereka sebagai ucapan terima kasih.

Tiba-tiba seorang pengajar menghampiri gw sambil menyodorkan bunga mawar putih.
Uceng : Teh, ini buat teteh. Terima kasih ya, Teh.
Emang dasarnya anaknya cengeng dan gak pernah dikasih bunga selama 21 tahun hidup, sekalinya dikasih bunga mau nangis lah. Hahaha.
Ese : Teteh itu bunga dari siapa?
Dari Uceng. Salah satu adik gw yang suka ceceritaan sama gw dari SMA. Kaget banget dia ngasih bunga ke gw. Sampai gw tahu alasannya setelah Uceng menjawab pertanyaan gw.
Uceng : Karena jawaban teteh setahun yang lalu, gw dapat berdiri di sana.
Terima kasih untuk bunganya, Ceng. Boleh minta satu hal? Ngajarnya pake hati, ya :)


Gw, Uceng, Pelantikan Pengajar GUIM angkatan 3
***
Obed : Teh, anak SMANSA itu pada lu apain sih?
Mungkin yang paling bertanggung jawab adalah hymne SMA kami, Bed. Mungkin liriknya yang harus disalahkan untuk semua urusan ini.

Kamis, 21 November 2013

Saya Iri, Pak

Tetiba siang ini dapet SMS. Undangan dari Technique Informal School (TIS) untuk menjadi pembicara di acara pelantikan pengajar muda FTUI. TIS ini merupakan salah satu lembaga di FTUI yang bergerak di bidang sosial. Fokus pada bidang pengajaran dan memfasilitasi sekolah gratis untuk anak-anak tidak mampu di kampung Lio, Depok (1)

Kalau BEM UI punya Rumbel BEM UI, Fakultas Psikologi punya Children of Heaven, Fakultas Hukum punya Rumah Belajar Matalangi, TIS ini punya Fakultas Teknik.

Poin gw bukan tentang undangannya, tapi tentang penggunaan istilah pengajar mudanya. Istilah ini pertama kali gw kenal dari Gerakan Indonesia Mengajar. Dari penggaggasnya saat memberikan sambutan di Pelantikan Pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2, Pak Anies Baswedan, gw mendapat pemahaman tentang konsep gerakan. Bahwa Indonesia Mengajar bukan sebuah organisasi, LSM, atau perusahaan. Indonesia Mengajar, yang selanjutnya disebut dengan istilah IM, merupakan sebah movement yang mendorong untuk terjadinya gerakan-gerakan serupa. Memasuki angkatan ke-7, konsep gerakan itu benar-benar terjadi dalam jumlah besar.

UI Mengajar, ITB Mengajar, IPB Mengajar, Undip Mengajar, bahkan sampai program dari perusahan seluluer yang baru akan gw ikuti, diberi nama Telkomsel Mengajar. Konsepnya mungkin berbeda, tapi semangatnya sama. Mengajar untuk anak-anak Indonesia. Bahkan berdampak pada penggunaan istilah di dalamnya yang mulai membumi, salah satunya, pengajar muda.

Walaupun gw belum benar-benar tahu siapa yang duluan menggunakan istilah ini. Karena TIS dibentuk sejak 2005, (2) sedangkan Indonesia Mengajar dimulai di 2009 (3)

Hal yang mau gw underline, bold, dan italic adalah Gerakan Indonesia Mengajar sungguh mendorong terbentuknya gerakan gerakan yang serupa. Menginspirasi terbentuknya begitu banyak gerakan dengan banyak niat baik dan ketulusan lainnya. Kalau satu gerakan, sebut saja, ribuan manfaat dan pahala dituai di dalamnya, apa kabar kalau seluruh gerakan itu digabungkan?

Gw ngefans berat sama karya Pak Anies Baswedan. Tentang Gerakan Indonesia Mengajar. Konsep Kelas  Inspirasi dan Indonesia Menyala yang bersisian bersamanya. Dilanjutkan dengan Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang membentuk momentumnya.
Pak Anies, Bapak tau apa yang saya pikirkan tentang, Bapak? 
Entah berapa banyak pahala yang mungkin mengalir sampai ke Bapak untuk urusan menginspirasi ini. Urusan menularkan semangat yang karenanya banyak anak Indonesia dibuat bisa membaca, menulis, dan berhitung. Yang karenanya membuat banyak anak Indonesia merasa dirinya berharga. Saya iri, Pak. Sungguh.

Bersama Pak Anies Baswedan dan Ibu,
Malam Apresiasi Seni Pengajar Muda Angkatan 3


***

Sumber ceceritaanya dapet dari :

Menjadi Baik Bersama

Lagi suka konsep,
Menjadi baik bersama.
Terus kata bersama-nya tidak disempitkan dalam makna selalu bersisian di tempat yang sama. Di variabel waktu yang sama, berjuang di tempat masing-masing, dengan cara masing-masing, seru juga ternyata. Biar nanti sekalinya ketemu banyak cerita.

Kalaupun akhirnya tidak bertemu, akan sama-sama senang karena tahu masing-masing dari tiap-tiapnya  selalu berjuang untuk menjadi baik, dengan atau tanpa satu sama lain.

Edelweis Kita Masing-Masing

Saat gw menuliskan  postingan ini, gw baru pulang dari eksplorasi cakaBEM UI 2014 di Psikologi. Seru. Psikologi sekali lah pertanyaan dan tantangannya. Beberapa pertanyaan dan tantangan yang gw suka adalah dari Bang Akhyar, Anas, dan Binar. Bang Akhyar menantang tiap cawakaBEM, dengan uang sepuluh ribu di masing-masing orang, mereka diminta pergi ke Alfamart membeli snack untuk cakaBEM masing-masing tanpa ada komunikasi sebelumnya. Selama cawakaBEM pergi, cakaBEM nya diminta untuk menuliskan kira-kira apa yang akan dibeli wakil mereka. Menjadi seru karena sebelumnya masing-masing dari mereka memperkenalkan bahwa mereka adalah pasangan yang begitu mengenal satu sama lain, sudah begitu tau pribadi orang yang mewakilkan dan diwakili, dan harusnya, menjadi sinkron dengan kecocokan jawaban cakaBEM dan apa yang dibeli cawakaBEM nya ketika pernyataan itu memang benar adanya.

Sayangnya, hanya satu pasang kandidat yang tulisan cakaBEMnya dan apa yang dibeli cawakaBEM nya cocok. Yaaa, mungkin gak benar-benar merepresentasikan konsep kedekatan. Tapi bisa kelihatan lah ya, bagaimana perbedaan anak Psikologi (dalam hal ini Bang Akhyar) mendefinisikan kedekatan. Kata Bang Akhyar, kelihatan lah indikatornya.

Ada juga Anas dan Binar. Ngajak main asosiasi bebas. Menjadi seru karena walaupun cuma main, yaaa, anak Psikologi jadi punya analisis di kepala masing-masing atas jawaban dan kecepatan jawaban tiap-tiap kandidat. Ditambah kosakata yang dipilih aduhai banget lah Nas, Bin, haha.

Jujur saja, tantangan-tantangan macam tadi membuat gw lebih ngasih atensi kepada kandidat selama eksplorasi. Gw lebih menikmati mengobservasi komunikasi nonverbal dan gestur tubuh dibandingkan konten jawaban para kandidat.  Dua hal itu jauh lebih jujur kawan, Sungguh.

Sampai detik di mana gw menuliskan baris ini, eksplorasi pun masih berlangsung di Psikologi.

Dua tahun sebelumnya, eksplorasi calon ketua lembaga-lembaga kampus (UI dan Psikologi) menjadi agenda wajib yang sengaja gw sempatkan untuk datangi. Alasannya sederhana : gw cuma pengen tahu siapa yang mimpin gw. Khusus untuk Fakultas Psikologi, dua tahun berturut-turut gw mengikuti Deboks (re: di Psikologi disebut sebagai Debat dan Eksplorasi) hingga selesai. Hingga pagi. Bukan sebagai tim sukses salah satu kandidat, tapi sebagai sivitas yang pengen tau ntar dipimpin sama orang kayak apa.

Sampai datang tahun ini, Deboks CakaBEM dan CakaMPM Psikologi UI 2014, dimana yang akan dieksplorasi adalah orang-orang terdekat gw, untuk pertama kalinya gw gak bisa ikut Deboks sampai berpagi-pagi. Jangankan berpagi-pagi, datang pun tidak bisa sama sekali. Pelatihan Telkomsel Mengajar selama seminggu akhir bulan ini, membuat gw untuk pertama kalinya harus absen dari euphoria Suksesi Psikologi (re : Pemira di Psikologi UI namanya Suksesi).

Iya. Mereka salah satu orang-orang terdekat gw. Yang pernah menjejak puncak Mahameru bersama. Yang pernah untuk pertama kalinya mengenal bunga Edelweis bersama.

Kautsar, Gw, Mahameru, 2012

Hari, Gw, Tegal Alun, Papandayan, 2012

Sar, Ri, kita sedang melakukan pendakian bersama lagi, bukan? Pendakian di tempat masing-masing. Dengan cara masing-masing. Tentang lw yang bangun MPM dan Psikologi, Ri. Tentang lw yang bangun BEM dan Psikologi, Sar. Tentang gw yang bangun mimpi untuk pendidikan dan anak-anak lewat Psikologi. Lelahnya ini semua semacam naik ke puncak Mahameru bukan? Lelahnya semacam naik ke Tegal Alun sampai nemu Edelweis bukan? Mungkin lebih. Bahkan ketika kita tahu berapa meter lagi kita akan sampai puncak Mahameru dan Papandayan, kita gak pernah benar-benar tahu puncak dari semua urusan ini. 

Hari, Kautsar, Gw, Death Forest, Papandayan, 2012

Maaf untuk tidak bisa bersisian di salah satu puncak-puncak pendakian minggu depan. Di saat seharusnya ada yang bisa gw lakukan lebih untuk kawan satu pendakian. Walaupun di tempat yang berbeda, semangat kita masih satu frekuensi khan? Untuk menemukan indahnya Edelweis, di puncak kita masing-masing :)


Selamat mendaki, Kawan.

***

Entah tahun depan akan berwujud seperti apa. Kepikiran, Ri, Sar? ;)


Selasa, 19 November 2013

Telkomsel Mengajar

Pergantian ketua lembaga terjadi di berbagai tataran. Dekan, ketua lembaga tingkat UI, tingkat fakultas, sampai tingkat himpunan/departemen. Pemira UI sudah bergulir beberapa minggu. Begitu juga dengan suksesi di Fakultas Psikologi. Pun yang terjadi di fakultas-fakultas lain. 

Menariknya, bersamaan dengan urusan pergantian kepemimpinan ini, sebuah pertanyaan kerap kali dilontarkan kepada banyak pihak. Kepada banyak orang yang menjadikan keorganisasian/kepanitiaan menjadi tempat tumbuh dan berkembang. Termasuk gw.
Tut, tahun depan mau ngapain?
Setelah sengaja atau tidak sengaja merasakan tiap sendi kehidupan kampus, senang rasanya akhirnya bisa menemukan apa-apa yang sebenernya ingin gw lakukan. Apa-apa yang bisa gw pastikan itu datang dari dalam hati. Tanpa kepentingan. Dan segala susah yang akan dipertemukan di tengah jalan, akan tidak gw pedulikan. 

Untuk pertanyaan-pertanyaan yang serupa, sekarang dengan tegas gw jawab bahwa : tahun depan gw mau ngajar. Tahun depan gw mau nulis.

Tanpa tahu sebelumnya  gw akan ngajar di mana. Tanpa tahu gw akan membuat karya tulis seperti apa. 

Gw kangen banget sama ngajar. Ketemu anak-anak dengan ribuan karakteristik dan keunikan. Menyenangkan rasanya bisa menularkan pemahaman bahwa tiap anak punya kecerdasannya masing-masing. Mengajak tiap orang membangun pemahaman bahwa tiap anak berhak untuk membentuk pengetahuannya masing-masing tanpa labelling. Juga membuat tiap anak merasa dirinya berharga. Membuat anak merasa ia dikelilingi orang-orang yang juga patut untuk dihargai karena dia seorang manusia.

Kepikiran untuk jadi pengajar CoH, Rumbel BEM UI, rutin pulang ke Desa Tugu Utara buat belajar sama anak-anaknya, ngunjungin anak-anak gw di Sobang, daftar pengajar bimbel di tempat dulu gw pernah magang di Bogor, sampai minta izin ke Ibu untuk membuat ekstrakurikuler di sekolah tempat ibu mengajar. Mau bikin ekstrakurikuler mendongeng rencananya. Mendongeng pake origami, sambil ngajak anak jalan-jalan ke tempat-tempat indah yang pernah gw kunjungi lewat cerita dongengnya (re : gunung, laut, pantai, tempat bersejarah, dll)

Gw kangen banget sama nulis. Ya, nulis dalam konteks di luar kegiatan akademis. Kalau kegiatan akademis menjadi hitungan, ya tiap hari juga gw nulis kayaknya, haha. Minimal blog lah. Kapan terakhir kali ada manfaat yang bisa gw kasih lewat tulisan blog gw? Gw lupa. Yang jelas, gw udah lama gak nulis. Load di semester ini membuat gw kepayahan untuk presisten menulis di blog. Dan gw rindu menulis. Rindu bertemu banyak orang tanpa harus bertatap muka langsung.

Kepikiran untuk menjadikan urusan menulis ini serius. Ya, gak cuma refleksi cerita pribadi yang insightnya mungkin bisa dibagi. Kalau boleh mengutip kata Chntya, tentang membentuk sebuah karya yang bisa jadi manfaat untuk pertumbuhan sastra di Indonesia. Iya, Chntya. Teman satu angkatan gw di SMA yang sekarang berkuliah di FKM 2010. Tamparan besar sih akhirnya ketemu lagi sama orang ini. Udah lama gak ketemu, sekalinya ketemu, 2 novelnya udah ngisi lemari Gramedia. Bikin buku kok gak ngajak-ngajak, Cyn? Hahaha

Mungkin mimpinya gak sebesar Chntya, tentang menulis untuk Indonesia. Tapi kepingin banget nantinya anak gw punya buku bacaan yang bagus. Buku bacaan yang berkualitas. Yaa, siapa tau bisa dimulai dari buku bacaan buatan ibunya khan ;)

Iya. Tahun depan gw mau ngajar. tahun depan gw mau nulis. Tapi belum tau akan ngajar di mana. Belum tau akan nulis apa.

Di saat mau-maunya itu masih abstrak, Tuhan menjawab doa, Kawan. Selalu, dengan cara terbaiknya dan tak pernah diduga duga.


Gw lolos sebagai Pengajar Telkomsel Mengajar, sebuah program yang merupakan kerjasama antara Telkomsel, Microsoft, dan Universitas Siswa Bangsa Internasional. Bersama 25 pengajar terpilih dari seluruh Indonesia, gw akan ditugaskan untuk datang ke SD-SMP di Indonesia untuk memperkenalkan pendidikan berbasis teknologi. Selama kunjungan ke SD-SMP di Indonesia, yang akan berlangsung bulan Januari-Juli 2014, kami dwajibkan untuk menulis laporan hasil dari kunjungan-kunjungan tersebut. Laporan ini akan dipresentasikan di National Future Educator Conference pada bulan Oktober tahun 2014.

Iya, tahun depan gw mau mengajar. Tahun depan gw mau menulis.

Allah menjawab di mana gw bisa mengajar. Allah menjawab apa yang bisa gw tulis :)

***
Berbulan bulan lalu, pernah bergumam dalam hati pengen punya temen dari seluruh Indonesia. Dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Seru kali ya? Karena tiap universitas akan menunjukkan cetakannya masing-masing. Tiap universitas akan membawa valuenya masing-masing. Dan buat gw, cara terbaik mengkonstruk pemahaman tentang individual differences, mengenal orang-orang yang berbeda.

Lalu beberapa hari yang lalu, menelan ludah sendiri saat menerima surat pernyataan kelulusan bersama dengan database pengajar yang lolos di program Telkomsel Mengajar.

Bahkan Allah menjawab sebuah gumaman, Kawan.

Universitas Negeri Medan, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Pajajaran, Universitas Hasanudin, Universitas Diopnegoro, Institut Teknologi Bandung, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Airlangga, Universitas Mulawarman, dan Universitas Pattimura,  menjadi asal universitas dari 24 pengajar lainnya.

Jumat, 15 November 2013

Sendu

Takor. Sore. Hujan.

Gw duduk berhadap-hadapan dengan seorang teman. Gestur kami berbeda. Gw memalingkan muka. Menatap hujan yang pelan-pelan berhenti. Ujung atap satu satu meneteskan sisa sisa air di ujung pipa. Menyentuh ujung rumput. Membuatnya basah di saat langit mulai kering.

Teman gw tertunduk menatap piringnya yang nyaris kosong. Masih ada nasi di atasnya. Sesuap barangkali. Tangannya bergetar. Mengambil jeda. Dilepaskannya pegangan sendoknya. Menahan nafas.

Gestur kami berbeda. Tapi ada yang sama sama kami rasakan. Ada yang sama-sama menggantung di ujung mata. Sampai akhirnya sama-sama tumpah. Kami sama-sama menangis. Menangisi kekecewaan yang sama. 

Kecewa itu sesak. 

Sedetik kemudian kami saling melempar senyum. Menguatkan. Percaya bahwa kami sama-sama orang yang kuat. Sama-sama perempuan yang kuat. Menangis hanya untuk tumpah. Bukan untuk membunuh kekecewaan. Tak perlu lah sedu sedan. Tak perlu berpelukan dan saling berpegangan. Cara terbaik untuk membunuh kekecewaan, untuk gak pernah jadi sumber kecewa yang sama.

Sore ini begitu sendu. Bukan karena hujan. Tapi karena melihat perempuan kuat, sesak menahan tangis, karena kekecewaan yang pelan-pelan mengakar.

Minggu, 10 November 2013

Cetakan Pembinaan

Kalau yang gue liat ya, gue tuh cetakan pembinaan teknik. Kalau lu, cetakan pembinaan OSIS SMA, Tuth.
Pernyataan seorang teman yang mengurai banyak pertanyaan. Yang belakangan gw ambil sebagai sebuah kesimpulan. Atas banyak fakta yang bertahun tahun sulit gw rangkai di kepala.

Kemarin gw pulang. Datang ke rangkaian pembinaan yang sama. Yang pernah gw rasakan.

Bertemu mereka yang sedang dibina.

Yel OSIS bersama OSIS Manuver

Bertemu mereka yang pernah dibina dan membina.

OSIS Lintas Generasi
 (Cakram + Phinisi + Zeppelin + Windmill)

OSIS Windmill

Pada akhirnya, menemukan sebuah kesimpulan dari perbincangan dengan seorang Teteh. Bahwa cetakan pembinaan ini, tiap tahunnya, tidak benar-benar menghasilkan generasi yang lebih baik dari sebelumnya. Toh kecenderungan tiap generasi selalu memandang generasi di bawahnya tidak lebih baik bukan?

Pada akhirnya, cetakan pembinaan ini memang membentuk orang-orangnya menjadi yang lebih baik, tapi dari teman-temannya sendiri, di generasinya masing-masing.

***

Penutupan perkenalan OSIS Windmill.
Susah susahnya kalian selama satu tahun kepengurusan, sedih sedihnya kalian selama menjabat, tolong tanggung jawab dengan kata fight-win yang selama ini selalu kalian elu-elukan. Apapun yang terjadi, percayalah bahwa yang kalian alami sepanjang tahun ini bukan dunia yang sebenarnya. Di sini, dunia terlalu indah dari kenyataannya. Dunia yang sebenarnya adalah dunia yang sekarang kami rasakan. Ketika kami masuk ke lingkungan perkuliahan. Ketika kami masuk ke dunia kerja. Susah susahnya di setahun kepengurusan kalian tidak ada apa-apanya. Tapi kami, yang sekarang ada di dunia yang sebenarnya, kami  bisa bertahan menggunakan standar semangat yang pernah kami punya dari sini, kami menggunakan standar pantang menyerah yang kami pelajari dari sini, kami menggunakan kata fight yang selalu kami elu elukan di sini. Dan selama  kalian berada di sini, pasang standar semangat kalian yang tinggi, pasang standar semangat yang tinggi, dan pasang standar fight yang tinggi. Karena standar itu lah yang akan kalian gunakan, saat kalian ada di posisi kami...
Di ujung kalimat gw merasa badan gw menghangat. Suara gw bergetar. Dan mata gw mati matian menahan ada yang tumpah.

Selamat datang OSIS Manuver. Selamat datang di Keluarga besar OSIS SMAN 1 Bogor.

Embedded image permalink
OSIS Manuver SMAN 1 Bogor 2013/2014 
Ketua Umum : M. Alwi Widiastomo (Alwi)
Ketua 1 : Galih Dwiyan P. (Galih)
Ketua 2 : Adam Putra C. (Adam)
Sekretaris Umum : Amalia F. (Amel)
Sekretaris 1 : Sylvi Noor A. (Ipi)
Sekretaris 2 : Jihad Alif (Jihad)
Bendahara Umum : Henny Zidny (Henny)
Wakil Bendahara : Akbar Maulana (Nana)
Kabid 1 : Jazmi Noor H. (Jazmi)
Kabid 2 : Ratu Annisa (Icha)
Kabid 3 : Rambu Muhammad ( Rambu)
Kabid 4 : Maharani R (Maha)
Kabid 5 : Ervanda Nugrata (Agat)
Kabid 6 : Marsa Dhiya (Acca)
Kabid 7 : Dhafin Maulidyan (Dhafin)
Kabid 8 : Agami Zulaiho (Agami)
Kabid 9 : Arizky Fathurramdhan (Ubi)
Kabid 10 : Hanna Nurul C. (Hanna)
Titip SMANSA ya :)

Embedded image permalink 
Lambang SMAN 1 Bogor di Kampanye Akbar

***

Foto foto selama pulang gw upload di Facebook. Waktu ke Bogor, kakak ipar gw bilang.
Cha, si Mas nanyain. Itu foto di facebook yang berdua sama laki-laki, itu siapa?
Hah? Sekian detik gw tersenyum. Paham yang dimaksud siapa.

Bersama A'Fadlan :)

Ternyata kakak laki-laki nya agak curiga kalau adik perempuannya mungkin sedang dekat dengan laki-laki, hehe :p

Mas, kalau mas nanya langsung Icha bakal jawab kok. Orang ini, namanya A'Fadlan. Fadlan Mauli Gozali. Salah satu oarng yang paling bertanggung jawab dalam proses pembinaan Icha di OSIS.

Selebrasi Hari Pahlawan

10 November. Hari Pahlawan. Lalu tadi membaca salah satu tweet seorang kawan.
Tiap orang yang kamu temui di jalan, sedang memperjuangkan sesuatu.
Tentu saja gw setuju.  Template doa yang gw kirim untuk orang yang berulang tahun gak jauh beda dengan pernyataan itu.
Semoga dimudahkan untuk apa apa yang sedang diperjuangkan.
Selebrasi hari pahlawan ini pun dimulai banyak orang sejak dini hari. Dengan caranya masing-masing tentunya. Termasuk gw.

Selebrasi ini dimulai dengan kembali menulis di sini. Ya. Blog ini telah menjadi pahlawan buat gw untuk banyak hal. Termasuk fakta bahwa gw belajar genuine saat menulis di blog ini. Belajar menulis bukan untuk menyenangkan orang lain.

Selebrasi pun masih dilanjutkan dengan berjuang untuk menyelesaikan program yang gw buat sendiri. 1 minggu untuk 1 buku, 1 tulisan, dan 1 bentuk origami baru. Di postingan lain akan gw ceritakan untuk apa program ini diadakan. Doakan ini bisa berjalan. Bukan hanya sekadar niatan.

Ditemani dengan notes, pulpen, peta dunia, dan majalah bobo di hadapan saat ini. Sepanjang dini hari ini masih jadi waktu berjuang buat gw. 

Selamat hari, Pahlawan! Kita punya cara berjuangnya masing-masing toh? Baik di hadapan banyak orang, maupun dalam diam.

2013

Kurang lebih dua bulan lagi tahun 2013 berakhir. Akan meninggalkan tahun yang sukses membuat gw pernah ada di dalam situasi senang-sesenang-senangnya atau sedih-sesedih-sedihnya. Mental nya naik turunnya ekstrem banget. Kalau lagi dalam keadaan yang sangat baik bisa melakukan sesuatu yang menurut gw sendiri aja gak percaya gw bisa ngelakuin itu. Begitu juga sebaliknya ketika mentalnya berantakan kayak kapal pecah. Sepertinya tahun ini jadi tahun paling banyak gw bolak balik dokter karena alasan sakit. Faktanya, gw tahu bahwa gw bukan orang penyakitan. Kurang keren apa Gandewa pernah menempa gw jadi mahasiswa yang sehat? Malu juga sama OSIS yang pernah ngajarin gw fight kalau sakit dikit aja ngehalangin gw untuk win. Tapi sedih banget menyadari bahwa banyak sakit fisik gw yang diakibatkan karena mentalnya jatuh bangun berkali kali. Selama ini apa apa yang gw lakukan selalu mengedepankan mental. Sekalinya mentalnya berantakan? Blass. Prang. Duar. 

Walaupun harus gw akui, sepanjang tahun ini, membuat gw jauh-jauh-jauh lebih kuat dari sebelumnya. 

2013. Mulai dari Keluarga, Semester 5, GUIM, BEM, K2N, sampai Kamaba. Tiap perpanjangan dari semua hal itu semua punya ceritanya masing-masing. Punya senang dan sedihnya masing-masing. Belum ditambah urusan pribadi. Mulai dari pertemanan, persahabatan, sampai urusan hati.

Untuk poin yang terakhir,  ingat percakapan dengan beberapa teman perempuan beberapa hari yang lalu. Tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan masing-masing dari kami untuk move on. 
A : Aku move on nya cuma sepuluh hari, Teteh. Terus langsung jadian lagi. Hahaha
Anak-anak : Wooo parah banget... parah banget... hahaha...
B : Aku mah putus gak mikirin masa move on nya Mba Tuti. Gak mikirin  Jadian mah jadian aja.
C : Aku move on nya beberapa bulan habis putus.. Dan belum jadian lagi.
Gw : Kayaknya emang gw yang paling epic ya ceritanya.. Gimana gak epic coba. Jadian juga enggak, tapi move on nya bertahun tahun, hahaha
Anak-anak pun pecah tawanya. Prihatin. Konyol lw, Tut. Yah. Setidaknya, lw sudah berada di titik bisa menertawakan urusan ini.

2013 juga ada yang berbeda. Tentang kebiasaan menulis. Sepanjang tahun ini kebanjiran cerita yang gw sangat tahu betul itu bukan untuk konsumsi umum. Takut kelepasan, sekarang gw punya buku yang isinya curhatan gw tentang cerita cerita pribadi orang. Tentang rangkuman, analisis, penyikapan, dan refleksi gw tentang cerita tersebut. Dan tentu saja, tentang sejauh apa keterlibatan gw dalam cerita tersebut. Well, percayalah. teman mendengarkan butuh tempat tumpah juga kok.

Selain buku cerita orang, gw juga jadi punya diary sendiri juga. Balik lagi ke jaman SMP. Tentang kesadaran bahwa hari ini memang bukan untuk diri sendiri, tapi bukan serta merta semuanya harus dibagi. Belakangan banyak isu besar yang berkutat di kepala gw. Menimbulkan penat. Salah satunya, isu privasi.

Sepanjang tahun ini, membuat gw jauh-jauh-jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Banyak dipercaya, banyak bertemu manusia, banyak menemukan fakta, memaksa gw untuk memahami bahwa begitu banyak yang belum gw ketahui. Lebih tepatnya, begitu banyak yang tidak gw mengerti. Aneh. Semakin naik ke semester yang lebih tinggi, gw makin tidak mengerti dengan manusia. Gw paham bahwa ada kecenderungan pola yang sama yang mendasari tingkah laku manusia. Yang tidak gw sangka, ternyata pola pola yang sama itu bisa muncul di situasi yang gak pernah gw bayangkan sebelumnya. Situasi itu memodifikasi tingkah laku yang muncul menjadi begitu tak terprediksi dan tak terbayangkan sebelumnya.  

Apa cara belajar gw yang salah?  Gw memilih berada di fakta sepertinya cara belajar gw yang salah. Sebulan yang lalu, setelah selama ini buku Psikologi Perkembangan yang gw gunakan adalah pinjaman, gw memutuskan untuk membeli. Gw harus belajar lagi. Setidaknya, pemahaman dasar tentang tugas pekembangan manusia, harus bisa gw genggam.

Banyak dipercaya, banyak bertemu manusia, banyak menemukan fakta, memaksa gw untuk lebih kuat menerima bahwa banyak nilai yang selama ini gw pegang dengan telak terbantahkan.

Tentang semua orang baik. Sekalinya jahat, caranya saja yang berbeda. Caranya hanya tidak bisa kita terima.
Woii, orang berengsek itu ternyata ada, Tuth! Ada. Tiap orang, selalu punya sisi gelapnya masing-masing.  Lw juga begitu bukan, Tuth?

Tentang pemahaman bahwa kita tidak pernah bisa menyenangkan semua orang.
Pemahaman ini sudah dimiliki dari jaman dahulu kala. Praktek versi kenyataannya baru dirasakan sekarang. Poin utamanya, selalu bisa memaksakan untuk menyentuh banyak orang. Tapi mutlak yang dirasa gak bisa, ketika gak pake hati nyentuhnya. Ketika lw hanya menggugurkan kewajiban. Oia, gw anak Psikologi. Gw terbiasa dengan mengoperasionalisasikan sebuah konsep. Untuk konsep pake hati ini, sampai sekarang gw gak tahu operasionalisasinya apaan. Peduli amat. Yang gw tahu, gw bisa ngukur diri gw sendiri, kapan gw hati, dan kapan gw memaksakan diri. 

Tentang jangan pernah mengecewakan orang lain.
Entah sudah berapa kali di sepanjang tahun ini. Dan gak sanggup membayar apapun untuk menebus kekecewaan ini. Well, jadi inget pernyataan seorang Teteh tentang mengecewakan.
Standar kamu terlalu tinggi untuk urusan kecewa, Tuth.
Gw tumbuh besar dengan standar yang tinggi ini, Teh. Dan gw gak mau mengubahnya. Cuma bisa belajar untuk mempertimbangkan lebih matang tentang banyak celah kekecewaan yang bisa dihindari.

Dan tentang tentang fakta lainnya.

Fakta fakta itu bikin gw lebih kuat. Iya. Nilai yang dengan kuat gw pegang selama ini, telak banget harus hancur. Serpihannya harus gw rangkai ulang. Segera. Dan itu makan tenaga. Atau gw gak akan tahu siapa yang harus gw percaya selain Tuhan.

Dua bulan terakhir ini gw berdoa dalam dalam. Gw gak minta 2013 berakhir spektakuler. Cuma minta berjalan dengan lancar. Berdoa semoga gw dan orang-orang yang gw sayang, bisa melepas 2013 dalam keadaan baik-baik saja. Dalam keadaan sehat. Buat gw itu lebih dari cukup. Karena yang gw tahu, dua hal tersebut pun punya harga mahal saat ini.

Selasa, 05 November 2013

Surat yang Tak Pernah Sampai

Akhirnya, ada satu pemahaman yang sekarang coba gw bangun. 

Bahwa bukan hanya gw yang mencoba berdamai dengan diri sendiri. Bukan hanya gw yang mencoba mengikhlaskan masa lalu. Bukan hanya gw yang coba membunuh rasa bersalah. Bukan hanya gw yang mati-matian menatap lurus ke depan tanpa perlu melihat ke belakang. Tapi lw juga. Lw juga sedang berjuang untuk semua itu. Kita sama sama berjuang untuk hal itu.

Hanya saja, kuatnya kita ditunjukkan dengan cara masing-masing. Di tempat masing-masing.

Kamis, 31 Oktober 2013

Minggu, 27 Oktober 2013

Selalu Benar

Selamat pagi Ibu, 

Bu, anak perempuannya sungguh sudah besar. Ia sedang menyayangi seseorang. Iya, Bu. Seseorang. Biasanya anaknya menyayangi banyak orang khan, Bu? Ini satu orang, Bu. Anaknya mulai menyayangi secara partikular. Menyayangi seorang laki-laki. Seorang teman.

Bu, ia orang baik. Kalaupun dia berengsek, setelah sholat anaknya selalu berdoa dalam dalam agar ia selalu menjadi orang baik. Begitu juga yang mendoakannya. Berharap dalam dalam selalu bisa jadi perempuan baik. Janji Allah selalu benar khan, Bu? Kalau laki-laki baik, hanya untuk perempuan baik.  

Semoga anak perempuannya bisa mengelola perasaannya dengan baik, Bu. Karena ada tembok yang tidak bisa diruntuhkan anatara yang disayang dan menyayang. Ada jarak yang terlalu menyiksa jika dipaksa untuk didekatkan. Berdampak hanya akan ada urusan memendam. Dalam diam.

Ibu, untuk kali ini anak perempuannya tidak bisa mendefinisikan rasa sayang. Tolong bantu anak perempuannya, Bu. Apa rasa sayang termasuk definisi dari terus memberi walau telah remuk redam? Iya, Bu. Anaknya masih awam. Tidak tahu menahu urusan menyayangi dan sebaik baiknya memberi.

Bu, salah tidak kalau anak perempuannya menutup banyak pintu dan banyak kesempatan di luar sana? Anak perempuannya sedang belajar, Bu. Untuk memberi hati di tempat yang tepat.  Untuk membagi tulus ditempat yang dirasa istimewa.

Anak perempuannya lebih memilih untuk menyibukkan diri menjadi baik dibandingkan membuka pintu, Bu. Memantaskan diri dengan yang disayang. Kalaupun ternyata anak perempuannya tidak cukup baik untuk yang disayang, berharap di kemudian hari dipertemukan dengan orang baik lainnya. Yang sama sama merasa cukup satu sama lain. Tanpa pengahrapan menjadi orang lain. Atau menjadi bayang bayang orang lain.

Bu, sungguh ia orang baik. Kalaupun  tidak, hanya satu hal yang membuat anak perempuannya menganggap ia berengsek. Ia berengsek, Bu. Karena apa-apa yang ia lakukan kepada anak perempuannya, menutup mata bahwa masih banyak orang baik di luar sana.

Bu, anaknya berangkat dulu, ya. Untuk menyibukkan diri menjadi orang baik. Memantaskan diri. 

Rabu, 23 Oktober 2013

Masih Punya Tuhan. Juga teman.

Nova : Teteh mukanya kenapa bengep gitu? Teteh habis nangis ya?

Gw : (tersenyum) (merangkul Nova) Nov, pernah denger gak? Kalau penulis hebat semacam Soe Hok Gie, JK. Rowling, Pramoedya Ananta Toer, Dewi Lestari, hidupnya gak pernah biasa. Hidupnya  gak pernah lurus lurus aja. Jadi, doain gw bisa jadi penulis yang hebat ya :)

Penghiburan diri yang hebat.

Cukup satu pemahaman kamu saja yang runtuh. Tentang fakta bahwa gak semua orang baik. Tentang tiap orang punya sisi gelapnya masing-masing. Dunia itu seimbang bukan?

Iya. Cukup pemahaman kamu saja yang runtuh. Jangan biarkan dirimu runtuh, lagi.

Jangan merasa bumi mendadak jatuh dan jadi yang paling terpuruk ah. 
Kamu masih punya Tuhan. Juga teman.

Minggu, 26 Mei 2013

Hari Ini (Masih) Bukan Hanya untuk Diri Sendiri

Gw gak bisa berhenti nulis. Apapun bentuk emosinya. Tapi belakangan mulai sadar. Gw udah gede. Udah 21 tahun. Harus mulai belajar membedakan mana privasi dan mana yang bisa dibagi. Makin ke sini makin banyak warna. Makin banyak yang percaya dan terpapar cerita. Makin banyak rahasia yang harus dijaga. Makin tahu diri untuk memilah banyak cerita. Makin merasa bertanggung jawab untuk mempertahankan beberapa keceriaan di luar sana.

Masih butuh tempat tumpah. Bedanya, mulai belajar mana yang harus dijaga sendiri, mana yang bisa dibagi.

Jadi, terima kasih untuk yang pernah bersinggungan dengan Cerita Hari Ini (2). Terima kasih banyak. 

annisadwiastuti.blogspot.com 
nya pindah ke


Dan tentu saja, untuk banyak kebaikan dan keceriaan,  hari ini (masih) bukan hanya untuk diri sendiri :)

*Satu bulan setelah postingan ini dibuat, alamat blog ini akan ditutup. Terima kasih untuk 6 tahun yang luar biasa. Terima kasih banyak :)

Senin, 29 April 2013

Sepertinya hari ini melewatkan satu mata kuliah dan pembahasan menarik di dalamnya.

Positive Psychology.

Terima Kasih Ya, Kalian :)

Yang satu bela-belain bolos satu mata kuliah buat nemenin gw di kostan. Nemenin nyari dan makan sate dan sop kambing. Setelahnya mengusulkan untuk merombak besar-besaran kamar gw. Membantu gw melucuti tulisan-tulisan yang berserakan di dinding kamar. Nyengir gw saat melepaskannya satu persatu dari dinding. Kenapa tidak dari dulu? Baru menyadari bahwa selama ini terlalu keras dengan diri sendiri.

Yang satu bawel banget nyuruh gw makan hati sapi, minum multivitamin, sampai nyuruh ke PKM. Thanks loh, Ren. Tapi sayangnya gw menghindari PKM. Gw gak bisa minum obat, haha -___-"
Icha : Teteh gak pernah sendiri kok.
Itu kalimat yang sering gw ucapkan ke significant others gw. Untuk memastikan kalau mereka punya gw kalau ada apa apa. Kalimat yang berani gw ucapkan untuk mereka, karena gw selalu terpapar dengan kebenaran kalimat itu. Seperti hari ini.

Terima kasih ya, Kalian :)


Icha & Rendy

Kamis, 25 April 2013

Selamat Memaknai

Selamat ulang tahun, Clara Sovia Lestari.

Tar, payah ya gw? Postingan ini dibuat lewat sehari dari tanggal yang seharusnya. No sms. No kado. No surprise. Ah iya, gw sok sibuk banget sampai ngucapinnya hanya via twitter. Gak sempet buat beliin apapun. Gak sempet membuat handmade apapun. Mau ngasih surprise? Failed nya malah tingkat internasional. Rencana surprisenya malah di chat ke whatsappmu. Kadang gw kasihan dan  prihatin sama orang-orang terdekat gw, karena gw gak pernah bener jadi PO surprise party buat orang.

Kita sekarang satu lingkaran. Tapi lucu ya? Kita gak benar-benar punya banyak waktu bareng kayak dulu lagi. Toh kita tetap bersisian khan Tar? Tetep jadi yang saling menyemangati satu sama lain. Di jalur masing-masing.

Tar, dulu gw pernah ditanya sama temen gw, gw tuh sayang sama banyak orang, terus siapa yang paling gw sayang? Jawabannya, lihat saja siapa nama paling banyak yang pernah gw tulis di blog gw. Barusan, gw nge-search nama "Tari" di blog gw. Hasilnya? Makasih ya Tar, untuk jadi salah satu yang sering mewarnai hari-hari gw di Bumi Makara. Menjadi salah satu yang sering mewarnai Cerita Hari Ini (2).

Makasih untuk membuat banyak belajar mengelola kepercayaan, walaupun Tari mungkin gak ngerasa ngasih apa-apa ke gw.  Mau gw beritahu sesuatu Tar? Makasih untuk memanggil gw dengan sebutan Teteh bukan karena gw 2010, tapi karena menganggap gw seorang saudara. Menganggap gw sebagai seorang kakak.

Maaf untuk banyak kesempatan di mana kakak yang satu ini tidak membenarkan sudut pandangnmu. Tidak mendukung setiap keputusanmu. Mengajakmu melihat sesuatu dari sudut yang baru.

20 tahun ya, Tar? Selamat memaknainya, dengan definisi terbaik yang Tari punya :)

With Birthday Girl :)

Selasa, 23 April 2013

Yang Terlewatkan

Terakhir kali sejak gw menuliskan postingan di sini, sebenarnya banyak kejadian. Banyak yang terlewatkan untuk ditulis. Sepakat dengan seorang kawan. Kalau orang nulis, keliatan, mana yang mikir dan mana yang niat. Gw pikir-pikir, gw tipikal yang nulis dengan niat. Bukan dengan mikir. Dan kejadian-kejadian belakangan, membuat gw lebih banyak mikir dan kehilangan niat untuk nulis. Wong anaknya memang terbiasa nulis pake emosi toh di sini? Pake niat. Bukan pake mikir. 

Lagi banyak banget ngobrol sama banyak orang kemarin. Obrolan yang bikin mikir. Obrolan yang (sebenarnya) menaik-turunkan banyak emosi. Tapi anaknya lagi malas meledak-ledak. Sedang belajar mengelaborasi banyak hal sebelum meledak. Akhirnya, emosinya jadi datar-datar aja. Berdampak pada hilangnya niat untuk nulis. 

Hari ini, seharian di Kantek.

Rabid sama Kestari yang punya agenda rabid dari kantin-ke-kantin. Dibuat ngangguk-ngangguk takzim sama Kestari. Ketemu Ola yang lagi nugas di Mustek. Ngobrol sama Ola. Gak sengaja omongan gw bikin nangis anak orang. Maksa untuk bisa ketemu Ghilandy. Berhasil ngobrol sama Ghilandy. Dibuat nahan nafas berkali-kali dan narik nafas panjang berulang-ulang.

Kalau ada banyak kalimat yang tak sempat diuraikan dan terlewat untuk dituliskan, gw ingat kalimat-kalimat ini. Dari mereka yang mengutarakan. Dari gw yang mengambil kesimpulan.
  • Muka capek kami, bukan alasan untuk jadi gak enak minta tolong sama kami. Karena kami memang gak boleh lelah. Karena kami memang gak lelah.
  • Gw tau dari kejadian ini gw belajar. Tapi sampai saat ini gw gak nemu apa yang gw pelajari.
  • Karena kepemimpinan bukan cuma urusan di dalam organisasi dan kepanitiaan, tapi juga dalam keseharian.
  • Setiap orang meninggalkan jejaknya masing-masing di hati orang lain. Kayak analogi kotak kaca museum. Ketika satu kotak kaca kosong, dia gak akan bisa digantikan dan diisi oleh orang baru yang datang. Karena orang yang baru datang, akan membangun kotak kacanya sendiri, bukan menggantikan.
  • Gw gak pernah minta dibalikin, dalam bentuk apapun.
  • Jangan main api sama orang yang lagi megang bensin.
  • Jangan pernah menjudge apa yang tidak (atau belum) diketahui. Komunikasikan. Prasangka dan asumsi bisa membunuh silaturahmi.
  • Defensif bukan apa. Tetap jadi positif ya. Agar gw punya sudut pandang baru. Makin obyektif, makin tahu.
  • Benci untuk bermain-main untuk urusan hati. Bukan objek bercandaan untuk saat ini.

Di meja seberang gw di Kantek ada yang main gitar. Tepat saat azan Ashar berkumandang dari Mustek, gitar berhenti. Dan berbunyi lagi di kalimat terakhir suara azan.

Di depan halte FT, ketemu Teh Mute dalam keadaan berjilbab. Terakhir, fotonya di Agenda UI 2013 masih menunjukkan rambut pirangnya yang keriting. Gw peluk dengan senyum yang mengembang sejadi-jadinya. Semoga istiqomah, Teh :)

Diingetin sama Ghiland,
"Baru sadar kalau apa yang gw cari, sudah gw punya, Teh."
Gak pernah ada aturan tertulis. Tapi merasa punya kewajiban untuk selalu memastikan kalau kalian, adik-adik gw yang berada di lingkaran terdekat dengan gw, selalu dalam keadaan baik-baik saja.