Minggu, 10 November 2013

2013

Kurang lebih dua bulan lagi tahun 2013 berakhir. Akan meninggalkan tahun yang sukses membuat gw pernah ada di dalam situasi senang-sesenang-senangnya atau sedih-sesedih-sedihnya. Mental nya naik turunnya ekstrem banget. Kalau lagi dalam keadaan yang sangat baik bisa melakukan sesuatu yang menurut gw sendiri aja gak percaya gw bisa ngelakuin itu. Begitu juga sebaliknya ketika mentalnya berantakan kayak kapal pecah. Sepertinya tahun ini jadi tahun paling banyak gw bolak balik dokter karena alasan sakit. Faktanya, gw tahu bahwa gw bukan orang penyakitan. Kurang keren apa Gandewa pernah menempa gw jadi mahasiswa yang sehat? Malu juga sama OSIS yang pernah ngajarin gw fight kalau sakit dikit aja ngehalangin gw untuk win. Tapi sedih banget menyadari bahwa banyak sakit fisik gw yang diakibatkan karena mentalnya jatuh bangun berkali kali. Selama ini apa apa yang gw lakukan selalu mengedepankan mental. Sekalinya mentalnya berantakan? Blass. Prang. Duar. 

Walaupun harus gw akui, sepanjang tahun ini, membuat gw jauh-jauh-jauh lebih kuat dari sebelumnya. 

2013. Mulai dari Keluarga, Semester 5, GUIM, BEM, K2N, sampai Kamaba. Tiap perpanjangan dari semua hal itu semua punya ceritanya masing-masing. Punya senang dan sedihnya masing-masing. Belum ditambah urusan pribadi. Mulai dari pertemanan, persahabatan, sampai urusan hati.

Untuk poin yang terakhir,  ingat percakapan dengan beberapa teman perempuan beberapa hari yang lalu. Tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan masing-masing dari kami untuk move on. 
A : Aku move on nya cuma sepuluh hari, Teteh. Terus langsung jadian lagi. Hahaha
Anak-anak : Wooo parah banget... parah banget... hahaha...
B : Aku mah putus gak mikirin masa move on nya Mba Tuti. Gak mikirin  Jadian mah jadian aja.
C : Aku move on nya beberapa bulan habis putus.. Dan belum jadian lagi.
Gw : Kayaknya emang gw yang paling epic ya ceritanya.. Gimana gak epic coba. Jadian juga enggak, tapi move on nya bertahun tahun, hahaha
Anak-anak pun pecah tawanya. Prihatin. Konyol lw, Tut. Yah. Setidaknya, lw sudah berada di titik bisa menertawakan urusan ini.

2013 juga ada yang berbeda. Tentang kebiasaan menulis. Sepanjang tahun ini kebanjiran cerita yang gw sangat tahu betul itu bukan untuk konsumsi umum. Takut kelepasan, sekarang gw punya buku yang isinya curhatan gw tentang cerita cerita pribadi orang. Tentang rangkuman, analisis, penyikapan, dan refleksi gw tentang cerita tersebut. Dan tentu saja, tentang sejauh apa keterlibatan gw dalam cerita tersebut. Well, percayalah. teman mendengarkan butuh tempat tumpah juga kok.

Selain buku cerita orang, gw juga jadi punya diary sendiri juga. Balik lagi ke jaman SMP. Tentang kesadaran bahwa hari ini memang bukan untuk diri sendiri, tapi bukan serta merta semuanya harus dibagi. Belakangan banyak isu besar yang berkutat di kepala gw. Menimbulkan penat. Salah satunya, isu privasi.

Sepanjang tahun ini, membuat gw jauh-jauh-jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Banyak dipercaya, banyak bertemu manusia, banyak menemukan fakta, memaksa gw untuk memahami bahwa begitu banyak yang belum gw ketahui. Lebih tepatnya, begitu banyak yang tidak gw mengerti. Aneh. Semakin naik ke semester yang lebih tinggi, gw makin tidak mengerti dengan manusia. Gw paham bahwa ada kecenderungan pola yang sama yang mendasari tingkah laku manusia. Yang tidak gw sangka, ternyata pola pola yang sama itu bisa muncul di situasi yang gak pernah gw bayangkan sebelumnya. Situasi itu memodifikasi tingkah laku yang muncul menjadi begitu tak terprediksi dan tak terbayangkan sebelumnya.  

Apa cara belajar gw yang salah?  Gw memilih berada di fakta sepertinya cara belajar gw yang salah. Sebulan yang lalu, setelah selama ini buku Psikologi Perkembangan yang gw gunakan adalah pinjaman, gw memutuskan untuk membeli. Gw harus belajar lagi. Setidaknya, pemahaman dasar tentang tugas pekembangan manusia, harus bisa gw genggam.

Banyak dipercaya, banyak bertemu manusia, banyak menemukan fakta, memaksa gw untuk lebih kuat menerima bahwa banyak nilai yang selama ini gw pegang dengan telak terbantahkan.

Tentang semua orang baik. Sekalinya jahat, caranya saja yang berbeda. Caranya hanya tidak bisa kita terima.
Woii, orang berengsek itu ternyata ada, Tuth! Ada. Tiap orang, selalu punya sisi gelapnya masing-masing.  Lw juga begitu bukan, Tuth?

Tentang pemahaman bahwa kita tidak pernah bisa menyenangkan semua orang.
Pemahaman ini sudah dimiliki dari jaman dahulu kala. Praktek versi kenyataannya baru dirasakan sekarang. Poin utamanya, selalu bisa memaksakan untuk menyentuh banyak orang. Tapi mutlak yang dirasa gak bisa, ketika gak pake hati nyentuhnya. Ketika lw hanya menggugurkan kewajiban. Oia, gw anak Psikologi. Gw terbiasa dengan mengoperasionalisasikan sebuah konsep. Untuk konsep pake hati ini, sampai sekarang gw gak tahu operasionalisasinya apaan. Peduli amat. Yang gw tahu, gw bisa ngukur diri gw sendiri, kapan gw hati, dan kapan gw memaksakan diri. 

Tentang jangan pernah mengecewakan orang lain.
Entah sudah berapa kali di sepanjang tahun ini. Dan gak sanggup membayar apapun untuk menebus kekecewaan ini. Well, jadi inget pernyataan seorang Teteh tentang mengecewakan.
Standar kamu terlalu tinggi untuk urusan kecewa, Tuth.
Gw tumbuh besar dengan standar yang tinggi ini, Teh. Dan gw gak mau mengubahnya. Cuma bisa belajar untuk mempertimbangkan lebih matang tentang banyak celah kekecewaan yang bisa dihindari.

Dan tentang tentang fakta lainnya.

Fakta fakta itu bikin gw lebih kuat. Iya. Nilai yang dengan kuat gw pegang selama ini, telak banget harus hancur. Serpihannya harus gw rangkai ulang. Segera. Dan itu makan tenaga. Atau gw gak akan tahu siapa yang harus gw percaya selain Tuhan.

Dua bulan terakhir ini gw berdoa dalam dalam. Gw gak minta 2013 berakhir spektakuler. Cuma minta berjalan dengan lancar. Berdoa semoga gw dan orang-orang yang gw sayang, bisa melepas 2013 dalam keadaan baik-baik saja. Dalam keadaan sehat. Buat gw itu lebih dari cukup. Karena yang gw tahu, dua hal tersebut pun punya harga mahal saat ini.

0 komentar: