Jumat, 30 November 2012

Ini yang Namanya Pemimpin

Dua minggu lalu, di malam apresiasi seni Pengajar Muda Indonesia Mengajar Angkatan 3, Pak Anies Baswedan diminta membaca sebuah puisi. Honestly, cara membaca puisinya biasa aja. Yang membuat merinding adalah, saat beliau membaca puisi, semua orang nge-freeze tanpa dikomando. Semua menghentikan kegiatan. Hanya telunjuk dan jempol menekan kamera untuk mengabadikan momen tersebut. Semua diam. Mendengar.

Malam ini, saat debat dan eksplorasi kandidat calon ketua BEM Fakultas Psikologi UI 2013, Kak Atha mengajukan pertanyaan pada sesi floor. Kak Atha adalah Ketua BEM Fakultas Psikologi UI 2011. Saat itu, kondisi Kanlam ramai dan berisik. Saat beliau mulai mengajukan pertanyaan, semua orang serempak mengecilkan volume suaranya tanpa dikomando. Sampai-sampai hanya suara Kak Atha yang mendominasi Kanlam saat itu. Semua diam. Mendengar.

Bentuknya berbeda. Tapi senada. Sama-sama tanpa dikomando, suaranya, sanggup membuat orang-orang di sekitarnya menghentikan kegiatannya untuk diam. Mendengar.

Nikmat Mana Lagi?

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman : 13)
Akhirnya cuma bisa ngulang-ngulang ayat ini dalam hati di minggu ini. Sebaik itu Allah sama gw. Sesayang itu Allah sama gw.

Minggu ini, tiap hari, tiap mata kuliah, ada tugas. Literally tiap mata kuliah ada tugas. Tugasnya gak tanggung-tanggung. Penelitian, makalah, essay, wawancara, dan semua-semuanya. Tugas yang membutuhkan intensitas membaca dan menulis yang tinggi serta kerangka berpikir yang logis. Minggu ini, sedang berlangsung rangkaian acara Suksesi. Debat dan Eksplorasi (Deboks) Kandidiat MPMI dan Ketua BEM Psikologi UI. Yang Empunya blog gak bisa diem di kostan doang sambil mantengin twitter yang mengabarkan kondisi Deboks. Bermalamlah dua hari di Kanlam Psikologi. Dengan penuh kesadaran ada banyak tugas yang menunggu untuk diselesaikan, tetap datang ke Deboks sambil nenteng-nenteng laptop ngerjain tugas.

Pelan-pelan badannya ngedrop. Flu berat. Batuk kering lebih dari seminggu gak beres-beres. Alhamdulilahnya, sakitnya minggu ini  gak ada apa-apa sama nikmat-Nya.

Salah satu tugas di minggu menggila ini adalah wawancara pegawai perusahaan untuk mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi. Baru punya niatan untuk ngehubungin Bule Idang, tantenya Ujhee yang menjadi General Manager di Perusahaan Telkomsel, gak sengaja bisa ketemu langsung di Gelar Pamit Madah Bahana.sebelum ke Thailand. Bule Idang berbaik hati memberikan nomor Om Indra, Head Communication of Corporation-nya Telkomsel yang dianggap mumpuni untuk menjawab pertanyaan kami seputar organizational communication

Sudah bersiap untuk menuju ke Gatot Subroto menemui Om Indra untuk wawancara, Om Indra mengabarkan bahwa kami tidak perlu ke Gatot Subroto. Wawancara bisa dilakukan di Perpustakaan Pusat UI karena beliau sedang ada kepentingan di Perpustakaan Pusat sebagai mahasiswa S3 Ilmu Komunikasi UI.
Om Indra : Anak UI khan harus saling bantu :)
Allahuakbar...

Harusnya, makalah dan presentasi hasil wawancara dikumpulkan dan dipresentasikan hari ini (yap, gw mengetik tulisan ini dini hari). Di kelas mata kuliah Psikologi Sosial, kordinator kelas PIO gw mengabarkan.bahwa hari ini kelas PIO ditiadakan. Makalah dan presentasi dikumpulkan minggu depan.

Allahuakbar...

Di tengah gumpalan tisu karena flu yang, Ya Allah... sembuhkanlah, gw sujud syukur di kursi. Allah Maha Baik. Allah Maha Besar.

Masih di Minggu yang menggila ini, Bule Idang ngajakin gw untuk mengelola bisnis online butik miliknya. Tante Endah mengajak gw untuk membantu mengelola lagi lembaga Psikologi (yang dulu menjadi tempat gw magang saat berjuang untuk lulus SNMPTN di tahun kedua) yang sekarang sudah melebarkan sayap sebagai pengelola outbond.

Allah... Allah... Terima kasih. Terima kasih banyak. Untuk kesadaran bahwa ada banyak orang yang tidak boleh dikecewakan. Untuk kesempatan bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Untuk bukti bahwa menjadi penting membangun hubungan baik dengan banyak orang.

Semoga rasa syukur ini mampu mengkristal dan menetap. Segila apapun minggunya. Secapek apapun kondisinya. Termasuk untuk tetap bersyukur untuk demam, flu, batuk, dan pusing minggu ini. Bersyukur untuk kesadaran bahwa sakit ini menunda banyak mimpi, padahal gw gak punya banyak waktu setelah ini.

Maka, entah nikmat-Mu mana lagi yang bisa hamba dustakan.

Kamis, 29 November 2012

Begin Again

Debat dan Eksplorasi Kandidat Ketua Bem Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
@ Kantin Lama, Fakultas Psikologi.

Kemarin-kemarin lagi pengen banget belajar tentang advokasi. Tentang definisinya. Tentang alur berpikir dan alur pelaksanaannya. Tentang birokrasinya. Dan tentang alur perjuangannya. Malam ini, langsung dikasih kesempatan buat belajar banyak (banget) tentang advokasi. Langsung diperlihatkan contoh kasusnya. Langsung dipaparkan penjelasan berdasarkan landasan hukumnya langsung dari ahlinya. Secepet itu loh Allah menjawab doa.

Harusnya, malam ini gw catat baik-baik penjelasan. Gw rekam baik-baik kronologis kejadian. Gw internalisasikan sebagai sebuah pemahaman. Tapi, salah fokus lah gw malam ini. Gw malah fokus sama orang yang duduk di sebelah gw. 

Dari jaman SMP, gw se-bersyukur itu ketemu sama Ujhee. Partner dengan paket lengkap. Bisa diajak belajar bareng, main bareng, organisasi bareng, kerja bareng, curhat bareng, dan tek tok tuker pikirannya enak banget. Gak saling men-iyakan untuk banyak persamaan. Gak langsung saling menentang perbedaan. Tapi tiap sudut pandang, jadi bahan pertimbangan yang signifikan. Mahal. Punya partner dengan paket lengkap kayak gini mahal banget. Biasanya emang orang-orang baik yang ada memang seseru itu hanya untuk belajar, hanya untuk main, hanya untuk berorganisasi, hanya untuk kerja, hanya untuk curhat, dan hanya untuk tek-tok tuker pikiran.

Kalau kata Kahitna Ujhee itu tak kan terganti, iya. 

Di minggu gila ini. Minggu capek ini. Minggu semua orang harus menyemangati diri sendiri untuk banyak hal. Orang di sebelah gw sekarang berubah wujud jadi partner lengkap gw yang lain. Bukan tentang menggantikan Ujhee. Tapi tentang menjadi selanjutnya. Tentang jadi partner yang mau berdarah-darah di tengah berbagai gesekan kepentingan. Tentang kesadaran bahwa ada banyak orang yang seharusnya tidak dikecewakan.

Kalau ada yang pengen gw peluk di minggu gila ini, gw pengen meluk orang di sebelah gw.

Dear Raisa Fatia Dewi, 
Semoga gak kapok untuk berdarah-darahnya ngerjain makalah bareng gw. Gak kapok untuk belajar Psibang sampe ketiduran bareng gw. Gak kapok untuk semua-semuanya yang bersinggungan sama gw. Termasuk untuk bareng-bareng menjadi early adulthood :)

#Now Playing : Begin Again - Taylor Swift
I've been spending the last 8 months
Thinking all over ever does
Is break and burn and end

Senin, 26 November 2012

Minggu, 25 November 2012

Keniscayaan

Ketika ketakutan akan rasa kehilangan sudah tak terhindarkan. Bahkan penjelasan bahwa sejatinya tidak pernah ada proses kepemilikan pun tak mampu memahamkan. Pada akhirnya, hanya sebuah keniscayaan yang mampu menjadi sandaran.

Tentang apa yang datang dari-Nya, akan kembali ke pelukan-Nya :)

Kekuatan Menyampaikan

Kak Anzil : Ini kepanitiaan terbaik yang pernah saya masuki.
Ketika kata terbaik menjadi bagian dari relativitas, seperti yang pernah gw bilang di sini, ada satu hal yang akan selalu menjadi kepastian buat gw. Jauh sebelum gw masuk ke dalam sebuah kepanitiaan atau organisasi, di dalamnya, akan selalu ada orang-orang yang jauh lebih dahulu mencintai kepanitiaan dan organisasi tersebut. Orang-orang yang telah lebih lama, rela mengalokasikan waktunya lebih banyak di sana, rela menguras emosinya lebih sering di sana, dan terlanjur meninggalkan hatinya di sana.

Pada akhirnya, gw hanya bisa mencintai totalitas untuk mengimbangi rasa cinta yang... bukan hal mudah untuk disejajari :)

Pengurus Inti PDKM 2012

Terima kasih banyak untuk (banyak) kesempatan belajar (lagi). Khususnya untuk lw, Rai. Terima kasih untuk mengajak gw masuk ke lingkaran ini dan mengingatkan gw kalau gw pernah (dan akan selalu bisa) berada di posisi mendampingi. Sebagai seorang kestari :)

Terima kasih PDKM 2012. Untuk menjadi kepanitiaan, yang sekali lagi membuktikan keajaiban dari kekuatan menyampaikan.

You all rock, guys! :D

30 Pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2

Lingkaran ini meluas lagi. Salah satu kesyukuran yang gak bisa dibeli, adalah melihat (lagi) indahnya berbeda. Tentang bagaimana jurusan masing-masing membentuk tiap-tiap dari kami. Tentang perbedaan sudut pandang dan penyikapan. Tentang perbedaan motivasi memberi dan tujuan. Tentang perbedaan pengelolaan diri dalam menghadapi pertentangan.

Terlepas dari indahnya semua perbedaan, menjadi penting untuk sama-sama sadar bahwa ini bukan sebuah pengorbanan. Tapi tentang bersyukur menjadi bagian dari orang-orang yang mau memiliki masalah (Anies Baswedan, 2012).

30 Pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2

1. Alfi Rahmadhatillah - Arsitektur 2010

2. Annisa Dwi Astuti - Psikologi 2011

3. Arga Tyas Asmoro - Filsafat 2009

4. Asih Kusuma Lestari - Sastra Indonesia 2009

5. Asri Hikmatunnisa - Psikologi 2011

6. Citrawanti Oktavia - Psikologi 2008

7. Debby Naztty Pratiwi - Ilmu Hukum 2011

8. Denny Tan - Ilmu Komunikasi 2011

9. Derry Fahrizal Ulum - Ilmu Kesejahteraan Sosial 2012

10. Erin Nuzulia Istiqomah - Sastra Indonesia 2010 

11. Firdha Nova Nur Hassanah - Psikologi 2011

12. Hery Prasetyo - Fisika 2011

13. Khezia Stevi Liana - Ilmu Perpustakaan 2011

14. Labiba Hanani - Akuntansi 2010

15. M. Hardani Dwi Putra - Manajemen Informasi dan Dokumentasi 2011

16. Marnida Julia Simbolon - Ilmu Komunikasi 2011

17. Masrida Fitriani - Sastra Arab 2010

18. Miftah Fadhli - Ilmu Hukum 2010

19. Muhamad Nuzul - Antropologi 2012

20. Mushab Abdu Asy Syahid - Arsitektur 2011

21. Muthmainnah - Ilmu Hukum 2011

22. Novia Triananda - Ilmu Komunikasi 2011

23. Nursuci Fatmawati - Kesehatan Masyarakat 2010

24. Obedrey Willys - Psikologi 2011

25. Qori Syahriana Akbari - Sastra Indonesia 2010

26. Rahma Fadilah Sopha - Ilmu Keperawatan 2010

27. Raisa Fatia Dewi - Psikologi 2011

28. Subahagia Rendy Warman - Sastra Rusia 2012

29. Tennie Marlim - Filsafat 2009

30. Uti Fitri Kurniawati - Ilmu Kesejahteraan Sosial 2011

Sabtu, 24 November 2012

Kesimpulannya

Pada akhirnya, apa-apa yang tak sempat diverbalkan dalam bentuk tulisan beberapa minggu ke belakang, membuat gw mengelak dari semua romantisme yang ada. Mendadak kehilangan ke-menye-menye-an yang biasa mengiringi. 
Orientasi Pasca Penugasan Pengajar Muda Angkatan 3 Indonesia Mengajar. Pelatihan pengajar Gerakan UI Mengajar Angkatan 2. Malam apresiasi seni Pengajar Muda Angkatan 3 Indonesia Mengajar. Mimbar Bebas Suksesi 2012. Grand Closing PDKM 2012. Seminar dan Pelantikan pengajar Gerakan UI Mengajar angkatan 2. 
Kesimpulannya, ya memang hanya apa-apa yang datangnya dari hati yang sanggup untuk menyentuh bongkahan hati lainnya.

Untuk teteh yang darinya pertama kali gw mendengar kalimat ini, selamat hari lahir :)
Semoga makin disayang, selalu, oleh Yang Maha Memiliki Hati.

Kamis, 22 November 2012

Kamu Harusnya Tahu

Count On Me - Bruno Mars

If you ever find yourself stuck in the middle of the sea,
I'll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark and you can't see,
I'll be the light to guide you

Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need


You can count on me like 1 2 3
I'll be there
And I know when I need it I can count on you like 4 3 2
And you'll be there
Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah

Wooooh, Wooooh
yeah Yeah

If you toss and you turn and you just can't fall asleep
I'll sing a song
beside you
And if you ever forget how much you really mean to me
Everyday I will
remind you


Ohh
Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need

You can count on me like 1 2 3
I'll be there
And I know when I need it I can count on you like 4 3 2
You'll be there
Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah

Wooooh, Wooooh
Yeah Yeah

You'll always have my shoulder when you cry
I'll never let go
Never say goodbye

You can count on me like 1 2 3
I'll be there
And I know when I need it I can count on you like 4 3 2
You'll be there
Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah

Wooooh, Wooooh
you can count on me cos' I can count on you



***

Jaga sholat, jaga makan, jaga kesehatan. Jaga juga senyum dan rasa syukurnya. Kapan-kapan, kalau tiba-tiba denger gw lagi nyanyi lagu ini, kamu harusnya tahu gw nyanyi lagu ini untuk siapa.

Allah sayang sama kamu, sama kayak Allah yang selalu sayang sama gw. Allah sayang sama kita. Selalu.

Rabu, 21 November 2012

"Mem-bintang-i" Pandeglang

Acy : Teteh, sekarang lagi sibuk apa sih?
Gw pikir-pikir, iya juga ya? Gw lagi sibuk apa? Kesibukan gw lagi gak bersinggungan ama Acy dan Murai seperti biasanya. Atau lebih sederhananya, emang lagi gak sibuk apa-apa.

Paling lagi sibuk bikin bintang. Dan sibuk ngerjain orang-orang di sekitar gw buat bikin bintang. Bintang-bintang yang bakal gw bawa ke Pandeglang.


Terima kasih untuk semua yang berbaik hati membantu untuk membuat bintang. Bintangnya sudah menembus angka lebih dari 100!

Seminggu kemarin lagi bersinggungan dengan Gerakan UI Mengajar dan Indonesia Mengajar. Dampaknya lagi seneng melamun. Lagi seneng corat-coret sendirian ditemani pulpen dan kertas. Urusan memberi itu memang seserius itu. Sama kayak urusan meletakkan hati. Memang selalu gak sesederhana itu.

Setuju kalau waktu sebulan mungkin memang tidak bisa membuat sebuah perubahan besar. Tapi membangun kesadaran kalau ternyata Pandeglang punya bintangnya sendiri, bukan harapan yang terlalu tinggi, bukan? :)

Minggu, 18 November 2012

"Berarti sepakat ya, kita harus rajin tadarusan lagi"
Mendengarnya, gw meleleh sejadi-jadinya.

Rabu, 14 November 2012

Jet Lag

Kepedulian yang datang tiba-tiba itu, ternyata bikin jet lag.
Ibu, anaknya sakit kepala

Senin, 12 November 2012

Gw Lebih Peduli dengan...

Muka gw merah. Kebakar. Udah kayak kepting rebus. Urat tangan kanan ketarik. Kebas. Telapak tangannya tebelnya udah kayak mau nyaingin kulit badak. Kaki bintik-bintik merah. Jejak pacet yang mencium kaki gw tanpa izin. Tangan kiri garis-garis merah. Lecet. Jejak duri yang mengajak berjabat tangan tanpa bilang-bilang. Nyeri memijat-mijat punggung. Jejak carrier yang minta digendong lagi setelah 4 bulan berlalu. Peduli? Tidak sama sekali.

Gw jauh lebih peduli dengan mereka yang bersemangat. Mereka yang tidak saling meninggalkan satu sama lain. Mereka yang selalu berdoa hening sebelum berkegiatan. Mereka yang selalu mengucapkan basmallah. Mereka yang gw temukan sedang sholat berjamaah di dalam tenda. Mereka yang meneriakan kata FeGiDoMiTuBim sebelum memulai perjalanan. Mereka yaang tahu, kapan mentornya sedang serius, kapan mentornya bisa diajak ketawa bareng.

Dear Febri, Dora, Miftah, Hegi.
Terima kasih untuk segala semangatnya tiga hari kemarin. Seneng (banget)  bisa jadi mentor kelompok kalian. Maaf  untuk penyampaian yang mungkin tidak memahamkan. Maaf gak bisa mendampingi kalian lagi di diklat 3 dan pelantikan. Mulai bulan depan, kita sama-sama berjuang ya? Di tempatnya masing-masing. Berharap besar bisa jalan lagi sama kalian nanti, dengan status sebagai anggota Gandewa.

Selamat istirahat :)

Rabu, 07 November 2012

Pelan-Pelan

Habis jatuh, ya diam dulu lah sebentar. Meredam kunang-kunang. Setelahnya, belajar duduk dulu lah pelan-pelan. Kalau udah gak pusing, pelan-pelan berdiri. Selangkah, dua langkah, mulai jalan pelan-pelan. Kalau pijakannya udah kuat, mulai jalan cepat. Dan hanya masalah waktu untuk memberanikan diri untuk kembali berlari.

Kalau habis jatuh langsung lari? Liat khan hasilnya? Langsung jatuh tersungkur lagi.

Senin, 05 November 2012

"Kapan-Kapan Ngajar ke Sini Lagi Ya, Kak?"

Jumat, 2 November 2012
SDN Pondok Cina 3, Depok.
Simulasi Mengajar GUIM Angkatan 2
Wanur : Kakak, roknya kok robek? Gw : Hah? Robek? Di mana? Tria : Itu di belakang kak? Gw : Astagfirullah.. Kayaknya ini kena paku pas duduk tadi deh. Gimana ya? Mmh, kalian ada yang punya peniti? Tria : Gak ada kak. Tapi di warung ada. Kita beliin aja yaa, Kak
Tanpa menunggu persetujuan dari gw, mereka berlari-lari kecil ke arah warung. Membelikan gw satu renteng peniti. Memberikannya kepada gw dan berbaik hati membuat border untuk mengelilingi gw yang sedang memasang peniti di bagian rok yang robek.

***

Teeeet.... Teeet....Teeet...
Gw : Kakak, masuk kelas dulu yaaa. Bintang-bintangnya dijaga ya, jangan sampai rusak.
Lintang : Habis ini kakak ngajar kelas kita khan?
Gw : Maaaf ya sayang. Kakak cuma ngajar kelas 5B aja, jadi gak ngajar kelas kalian.
Wanur : Yaaaaah, kakak. Kok curang sih cuma kelas 5B aja. 
Gw : Maaaf yaa, kakak dapet jadwalnya gitu.
Fahri : Kapan-kapan ngajar ke sini lagi ya, Kak.
Meletakan hati memang bukan cuma tentang datang dan pergi, Kawan. Tapi tentang kembali.

Semoga ada waktu kapan-kapan itu ya, Fahri :)

***
Anak- anak : Kak, saya kak! Saya mau jawab, Kak! (berebut mengacungkan tangan)
Gw : Iya, iya.. sekarang semua denger Kakak dulu ya. Semua tangannya di atas meja.
Anak -anak : (meletakkan tangan di atas meja)
Gw : Hitungan ke-3, siapa yang paling cepat angkat tangan, nanti kakak tunjuk dan boleh jawab ya. 1...2....3!
Anak-anak : Saya, Kak! Saya, Kak! Saya, Kak!
Gw :Mmh, Herri ayo jawab.
Anak-anak : Aaaah, Kakak maah. Saya juga mau jawab kak. (nada kesal sambil memukul meja)
***

Saat keluar kelas, entah perasaan macam apa ini namanya. Pernah naik halilintar di Dufan? Rasanya kayak pas lagi posisi dijatohin dari puncak tertingginya. Kalau pas naik halilintar jantungnya serasa ketinggalan di atas, ini jantungnya berasa ketinggalan di kelas. Di akhir simulasi ini pun, gw bahkan sudah tidak peduli bahwa ini adalah seleksi. Terima kasih panitia GUIM untuk kesempatannya sampai di tahap simulasi mengajar. Semoga memang ada kesempatan ke Pandeglang. Kalaupun tidak, sepertinya gw tahu setelah ini apa yang bisa gw lakukan.

***

Malam sebelumnya.
teteh SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT buat besooooooook
ditunggu bunyi highheels nya di Sobang, Pandeglang :D
-Rima
Pagi sebelumnya.
Assalamualaikum.
Selamat pagi teteh!

Selamat berjuang untuk menyampaikan yang perlu disampaikan, dari hati ke hati. 

Semoga diberikan lidah yang lancar menutur, cerebrum yang mampu berpikir dengan teratur, kemampuan untuk membaur, dan kesan yang tak jua luntur.

Pergunakan nikmat kesehatan dan kesempatan dengan baik ya, bu guru! :)

-Gugum
Se-terima-kasih itu gw sama kalian berdua untuk urusan ini. Terima kasih banyak :)

***

Terpapar sama semua rasa cinta ini, tersentuhnya udahan dulu, Tuth. Ada PR yang lebih penting setelah ini. Ada banyak rasa cinta yang harus dikelola dengan baik.

Dimulai!

Pesta demokrasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 2012... dimulai!

WANTED!


Nama : Cer-Cer
Status : Maskot Suksesi Cerah 2012

Akan berkeliaran di Fakultas Psikologi pada tanggal-tanggal berikut :
  • 1 November 2012 : Penutupan pendaftaran calon kandidat Ketua BEM, MPMI, dan MPMA
  • 2 November 2012 : Verifikasi berkas pendaftaran
  • 3 November 2012 : Pengumuman kandidiat yang lolos verifikasi dan sosialisasi tata tertib Suksesi 2012
  • 7 November 2012 :  Grand Opening Suksesi 2012
  • 21 November 2012 : Mimbar Bebas
  • 8-27 November 2012 : Masa Kampanye
  • 28-29 November 2012 : Debat dan Eksplorasi
  • 30 November - 2 Desember 2012 : Masa Tenang
  • 3-7 Desember 2012 : Pemungutan Suara
  • 12 Desember 2012 : Grand Closing Suksesi 2012

Sumber : PJ GO-GC Suksesi 2012

Dear Cer-Cer, mohon dikoreksi ya kalau ada yang salah dan kurang. Semangat mencerahkan pesta demokrasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 2012 ! :D

Like Stars On Earth

Hari Rabu kemarin, pagi-pagi mata gw panas dan bengkak. Capek nangis gw semaleman. Hey, Muhammad Ryan Junaldi! Lw harus bertanggung jawab atas bengkaknya mata gw! Pagi-paginya, Rj ngasih gw sebuah film. Judulnya (dalam bahasa india) Taare Zameen Par. Katanya film yang ada unsur Psikologinya. Gw disuruh nonton sama Rj. Dia pengen denger tanggepan gw sebagai anak Psikologi.

(gambar dari sini)

Film yang disutradarai oleh Aamir Khan ini adalah film India yang bercerita tentang anak dengan dyslexia. Ichsan diceritakan sebagai anak dengan kesulitan membaca dan menulis karena adanya gangguan di otak yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengenali dan memproses simbol-simbol tertentu. 

Selama nonton, nangis gw aduhai banget. Gw sering nangis kalau lagi nonton film, tapi gw jarang banget nangis sampe pake tisu. Biasanya nangisnya cuma sampe di sudut mata, berlinang sekali dua kali di pipi, terus gw hapus. Lah ini? Baru pertama kali loh gw nangis sambil ngabisin satu pak tisu di kamar kostan gw. Satu lagi yang makin bikin gw gak paham bisa sampai nangis se-aduhai itu, film yang gw tonton itu bahasa India dan tanpa subtitle apapun sebenarnya.

Gw belajar tentang psikologi perkembangan. Gw belajar tentang anak luar biasa yang salah satu di dalamnya adalah tentang anak dyslexia. Gw belajar tentang sibling relationship, tentang pola asuh orangtua, tentang labelling, tentang how to be an effective teacher, tentang friendship, tentang theory multiple intelligence, dan tentang apa-apa yang disampaikan dari hati, sampainya akan ke hati juga. 

Gw bisa nangis se-aduhai itu, gw rasa karena semua materi itu seolah dirangkum jadi satu dan dirubah dalam bentuk visual. Gw benar-benar ditunjukkan gimana sih rasa ingin tahunya anak kelas 3 SD, gimana anak dengan dyslexia melihat tulisan dan angka-angka yang ada di hadapannya, gimana tentang dukungan seorang saudara kandung kepada saudara lainnya, gimana dampak pola asuh orangtua authoritarian, gimana seorang guru menyentuh anak-anaknya dengan hati dan dampaknya ke anak-anaknya, gimana tentang seorang teman yang peduli dengan keterbatasan temannya, dan gimana setiap anak itu spesial, punya kecerdasannya masing-masing yang gak melulu hanya tentang kecerdasan verbal dan matematika. 

Gw nangis karena ternyata apa yang gw tahu tentang apa yang dianggap baik benar-benar divisualisasikan berdampak baik. Dan tentang apa yang dianggap tidak baik benar-benar divisualisasikan berdampak tidak baik.

Satu scene yang paling membuat gw mengambil tisu dengan intensitas yang tinggi adalah ketika Ichsan mengalami depresi. Ketidakmampuannya untuk membaca dan menulis membuatnya di-label sebagai anak yang malas, nakal, bodoh, bahkan gila oleh ayah, guru, dan teman-temannya. Dampaknya, ia hanya diam, melamun, dan berkutat dengan dirinya sendiri. Gw nangis karena gw tahu yang namanya diam, melamun, dan berkutat dengan diri sendiri karena dirundung masalah itu, se-capek itu. Se-menyakitkan itu. Membunuh kesempatan seseorang untuk bisa bergabung dengan dunia sekitarnya. Menghilangkan keceriaan dan produktifitas seseorang untuk berkarya. Apalagi, hal ini dialami oleh anak kelas 3 SD. Dan di film ini, gw makin ngerasa kalau labelling itu, ternyata memang bisa se-jahat itu.

Nangis gw makin kejer karena ditambah lagi, sehari sebelumnya, gw memang benar-benar diperlihatkan bahwa labelling, memang benar-benar bisa se-jahat itu.

***

Selasa, 30 Oktober 2012

Selamat pagi, Bogor.
Pagi ini, gw lagi di SD tempat Ibu menjadi kepala sekolah. Tepatnya, di sebelah SD gw dulu. Dikasih kesempatan untuk mengikuti seleksi simulasi mengajar GUIM angkatan 2, membuat gw meminta izin kepada Ibu buat praktik ngajar di sekolahnya buat persiapan simulasi hari Jumat besok. Mengingat gw segitu lamanya gak bersinggungan dengan urusan manajemen kelas.

Gw meminta izin mengajar kelas 5, mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi membaca puisi. Kebetulan, guru kelas 5 sedang tidak hadir. Gw yang hanya berencana mengajar 35 menit, bablas menjadi 90 menit. Praktik ngajar hari ini pun pada akhirnya bukan sekedar urusan persiapan simulasi, tapi berujung pada urusan meletakkan hati. Karena memutuskan untuk meletakkan hati, berurusan dengan waktu yang tak sebentar bukan? :)

Gw ke sekolah Ibu bersama Icha. Awalnya, gw mau praktik ngajar di kelas 5 dan Icha mau praktir ngajar di kelas 2. Sayangnya, Icha ngerasa belum siap. Akhirnya Icha memutuskan untuk mengobservasi saja di kelas.

Sebelum gw mulai mengajar, gw dan Icha duduk di belakang kelas untuk mengobservasi cara ibu mengajar. Ibu mengajar IPA, tentang bagimana cara tumbuhan mempertahankan diri. Dulu, Mas dan gw pernah diajar Ibu. Ibu memang sudah 32 tahun memutuskan untuk mengabdi sebagai seorang pendidik. Itu mengapa bentukan gw jadi kayak gini. Jadi orang yang seseneng itu kalau jadi sharer dan mentor. Sejak gw lahir, gw sudah hidup di lingkungan pendidikan.

Gw udah lama gak liat Ibu ngajar. Hari ini, saat gw perhatikan, cara mengajar Ibu memang tidak banyak berubah. Masih jadi guru yang se-tegas itu. Kalau kata Icha mah, yang se-galak itu :P Tapi, untuk gw yang sudah terpapar begitu banyak metode pembelajaran di kelas, baik dari dosen, buku, televisi, maupun internet, gw ngerasanya cara ngajar Ibu masih se-konvensional itu. Masih menyamakan cara mengajar  anak kelas 5 SD yang belajar di tahun 2012 dengan cara mengajar kepada gw sebagai anak SD yang belajar di tahun 2005 lalu.

Agak kaget ketika melihat cara penyikapan Ibu kepada seorang anak yang tidak bisa memperhatikan ibu di tengah pelajaran. Sebenernya, dari dulu cari Ibu menegur muridanya yang tidak fokus memang seperti itu.  Setegas itu. Itu yang selalu sukses membuat Ibu mendapatkan perhatian dari anak-anaknya dan memang terbukti anak-anak didikan ibu menjadi orang-orang sukses di masanya. Bedanya, sekarang gw tau istilah  yang disebut dengan labelling dan dampak dari labelling. Gw pun senggol-senggolan sikut dengan Icha saat menyaksikannya.
Ibu : Ayo Rafli, coba baca tulisan ibu di papan tulis.
Rafli : .... (diam)
Ibu : Ayo Rafli dibaca (dengan nada tegas)
Rafli : Gak tau ah, Bu. Gak kebaca.
Ibu : (nada tinggi) Kok  bisa gak kebaca? Ayo teman-teman yang lain bisa baca gak?
Teman-teman : Bisa, Bu. (bersama-sama membaca tulisan di papan tulis)
Ibu : Tuh, Rafli, temen-temen yang lain bisa baca. Kenapa coba kamu gak bisa baca tulisan Ibu? Soalnya kamu gak merhatiin Ibu. Soalnya kamu ngelamun terus di kelas. Kamu juga suka datang terlambat terus khan? Kamu ranking berapa?
Rafli : (menggelengkan kepala)
Ibu : Tuh khan, itu buktinya. Yang suka telat datangnya, ngelamun di kelas, wajar kalau gak dapat ranking. Kamu juga suka main game ya?
Teman-teman : Iya, Bu. Iya. Rafli suka main game. Suka telat juga.
Ibu : Kamu juga suka nyontek khan?
Teman-teman : Iya, Bu, iya. Rafli suka nyontek.
Ibu : Ya itu hasilnya.
Glek. Gw menelan ludah. Ibu, maaf. Kok gw ngeliatnya agak jahat ya? Ngasih feedback negatif buat anak  di depan teman-temannya. Di label pula.
Gw : Cha, nyokap gw kok kayak ngelabel ya?
Icha : Iya, Teh. Kasihan Raflinya.
Pelajaran ibu selesai. Saatnya gw yang mengajar. Ibu tidak memperkenalkan gw sebagai anaknya. Ibu memperkenalkan gw sebagai ibu guru baru yang berasal dari SD tetangga. SD mereka dan SD gw bukan SD favorit yang berada di tengah kota. SD kami SD kampung. Berada di sebuah desa dekat Kabupaten Bogor. Tetapi ketika mereka tahu bahwa ada anak dari SD mereka yang bisa masuk SMPN 1 Bogor dan SMAN 1 Bogor yang berada di tengah kota, dan menjadi mahasiswa Universitas Indonesia, mereka sontak bertepuk tangan. Matanya berbinar.
Ibu : Ada yang mau kayak Ibu guru Tuti?
Anak-anak : Mauuuu, Buuuu!
Ya. Mereka punya mimpi kawan. PR nya? Bagaimana mengelola mimpi mereka dengan baik.

Ibu pun menyerahkan kelas kepada gw dan menuju ke belakang kelas menemani Icha. Gw memulai kelas. Bismillahirahmanirrahim. Setelah ini, biar hati yang selanjutnya mengambil alih :)

Gw maju ke depan kelas. Membawa botol minum bening berisi bintang-bintangan dari kertas. Mata mereka tertuju pada botol minum yang gw bawa. Bertanya-tanya apa isinya. Sampai akhirnya ada yang memberanikan diri bertanya.
"Bu guru, itu apa?"
Ini senjata gw. Senjata yang gw pakai dari jaman dua tahun lalu untuk ngajar di kelas. Bintang-bintangan yang terbuat dari kertas. Diberikan untuk siapa saja yang berani menjawab pertanyaan, membantu membagikan tugas, dan berani maju ke depan. Kesepakatannya, yang berhasil mendapatkan banyak bintang, ia yang menjadi bintang kelas hari ini.
Gw : Setuju? :)
Anak-anak : Setuju, Buuuu!
Efek pemberian bintang ini pun, memang selalu sedahsyat itu. Padahal ini hanya sebuah bintang-bintangan dari kertas, Kawan. Mereka rebutan menjawab pertanyaan gw. Rebutan untuk membantu gw membagikan kertas. Rebutan untuk maju ke depan membacakan puisi.
Gw : Ayo semua tangan di atas meja. Hitungan ketiga baru angkat tangan yaa. 1... 2...3!
Anak-anak : Saya, Bu. Saya, Bu!
Gw : Ayo Adit maju ke depan :)
Anak-anak yang lain : (sambil memukul meja) Ah, Ibu. Saya khan lebih cepat, Bu. Saya juga pengen jawab, Bu.
Mereka butuh penghargaan atas usahanya, Kawan. Mereka se-semangat itu untuk belajar. PRnya? Bagaimana mengelola bentuk penghargaan yang diberikan dan menjaga semangat mereka dengan baik.

Semangat itu, antusiasme itu, dimiliki juga oleh Rafli. Segitu cepatnya ia berusaha mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan gw, segitu kerasnya ia memukul meja ketika acungan tangannya tidak gw tunjuk, dan segitu semangatnya ia ketika gw pilih untuk membagikan kertas puisi untuk teman-temannya.

Ketika ia sempat mengganggu pekerjaan temannya, gw hanya menghampirinya, jongkok dan mensejajarkan muka gw dan muka Rafli, mengelus kepalanya sambil berkata,
Gw : Ganteng, temen-temennya lagi ngerjain tugas, gak boleh diganggu. Coba mana punya Rafli? Belum selesai juga khan? Ayo kembali ke tempat duduk dan diselesaikan. Oke?
Rafli : *diam* *kembali ke bangkunya*
Tahukah kawan apa yang gw saksikan? Saat gw berkata ganteng, matanya berbinar. Seolah hanya kali itu ia mendapatkan sebutan ganteng. Mereka butuh diakui. Mereka butuh diberikan pengertian. Mengapa mereka boleh melakukan ini dan mengapa mereka tidak boleh melakukan itu. Tidak perlu ada nada tinggi untuk semua ini, bukan?

Di 30 menit terakhir, gw memberikan tugas kepada mereka. Mereka diminta untuk membuat puisi untuk salah seorang teman yang ada di kelasnya. Puisinya bisa berbentuk ucapan terima kasih ataupun cerita tentang temannya itu. Tahukah kawan? Salah seorang temannya membuat puisi untuk Rafli. Judulnya? Sahabatku Pahlawanku. Isi puisinya bercerita tentang ucapan terima kasih kepada Rafli. Rafli dianggap sebagai pahlawannya karena ia berani membelanya ketika ia susah dan selalu mengajaknya bermain ketika ia sendirian.

Anak yang sering telat? Melamun? Main game terus? Gak memerhatikan guru di kelas? Ternyata dia pahlawan bagi temannya, Kawan.

Puncak-puncaknya gw ngerasa labelling bisa se-jahat itu, saat penghitungan jumlah bintang terbanyak dimulai. Ada dua orang yang mendapat bintang dengan jumlah terbanyak, yaitu 8 bintang. Adit dan... Rafli. Iya, Rafli. Anak yang sering telat, melamun, main game terus, dan gak memerhatikan guru di kelas.

Setelah memutar otak bagimana menentukan pemenangnya, akhirnya gw mendapatkan ide. Adit dan Rafli harus membuat puisi di depan papan tulis dengan tema guru selama 10 menit. Atas kejujurannya, gw memilih Adit sebagai bintang kelas pertama. Rafli dengan berat hari gw tetapkan sebagai bintang kelas kedua karena teman-temannya membantu membisikan puisi yang seharusnya Rafli buat sendiri.

Setelahnya, Adit dan Rafli gw minta maju ke depan. Gw rangkul di kanan dan kiri gw.
Gw : Sekarang yang merasa punya bintang, angkat bintangnya ke atas.
Semuanya mengangkat bintangnya masing-masing. Semua anak memang gw kondisikan untuk memiliki minimal satu bintang.
Gw : Ada yang tahu sifat bintang sebagai benda langit apa aja?
Nahda : Terang benderang, Bu!
Gw : Iya benar, sayang. Ada lagi?
Melissa : Indah, Bu!
Gw : Iya, benar. Kalau dari cahayanya, cahayanya bintang punya siapa?
Anak-anak : Punya cahaya sendiri, Bu!
Gw : Benar sekali :) Nah, bintang yang kalian pegang masing-masing, itu sama kayak kalian. Warna bintangnya beda-beda. Sama kayak kalian yang punya hobi beda-beda, yang punya mata pelajaran kesukaan beda-beda, yang punya permainan kesukaan beda-beda. Kalian punya sinarnya sendiri-sendiri, kayak warna bintang yang kalian pegang dan kayak sinar bintang yang ada di langit. Jadi, kalau ada temennya yang jago matematika, jago IPA, jago olahraga, kalian gak usah takut. Karena kalian juga pasti jago di satu hal. Yang harus dilakukan adalah belajar dengan rajin, biar kalian tau kalian jago di mana. Jadi  apa yang harus dilakukan?
Anak-anak : Belajar dengan rajin, Buuu!
Gw : Belajar nya harus tetap semangat. Walaupun yang jadi bintang kelas hari ini cuma Adit dan Rafli, kalian juga tetap jadi bintang buat orangtua masing-masing. Bintang buat siapa?
Anak-anak : Orangtua, Buu!
Ibu gak tau hari ini kalian paham dengan kata-kata Ibu atau enggak. Tapi semoga suatu saat ini, kalian benar-benar bisa mengerti :)

Adit gw hadiahi botol minum dengan bintang-bintangan kertas di dalamnya. Rafli? Gw melepas kalung kesayangan gw. Kalung berbentuk bintang yang berbuat dari kayu. Semoga apapun label yang orang-orang berikan kepada kamu, kamu tetap mau ingat dan mau berjuang untuk menunjukkan bahwa kamu punya sinarmu sendiri. Semoga kamu benar-benar jadi pemain bola profesional ya, sayang :)

Gw mengucapkan salam. Merapikan buku dan bersiap-siap keluar kelas.
Fahri : Bu, habis ini ngajar IPS aja?
Anak-anak yang lain : Iya, Bu! Iya, Bu!
Gw : Maaf sayang, ibu hanya mengajar kalian Bahasa Indonesia dan hari ini aja. Sekarang ibu harus pulang.
Anak-anak : Yaaaah, Bu. Masa gak ngajar lagi?
Gw : Kalian belajar yang rajin dulu. Biar nanti bisa masuk UI. Nanti bisa ketemu ibu lagi di UI, ya?
Gw bergegas keluar kelas. Sampai tiba-tiba satu anak mengahmpiri gw. Mencium tangan gw. Disusul teman-teman lainnya. Berebutan mencium tangan gw. Mereka saling dorong meraih tangan gw. Gw usap kepala mereka satu per satu. Menghangat.

Rafli mencium tangan gw. Mencium tangan gw lebih lama dari yang lain. Gw pun memelankan usapan kepalanya, sambil berbisik :
Gw : Rafli, kalung kesayangan ibu diajaga ya :)
Rafli : Iya, Bu!
Sampai tiba-tiba ada yang berteriak dari belakang kelas,
Seorang anak : Ibuuu! Auliya nangis!
Gw : Auliya kenapa?
Auliya : *sambil mengusap mata* *tersenyum* Ibu, kapan-kapan ngajar di sini lagi ya, Bu.
Urusan meletakkan hati gak hanya tentang datang dan pergi, Kawan :')

Di ruang guru.
Gw : Bu, emang Rafli biasa ngelamun gitu, ya Bu di kelas?
Ibu : Dia mah emang nakal, Cha. Bangor.
Gw : Ya, tapi kan jangan disudutin di depan kelasnya juga, Bu. Kasihan. Nanti dia ngerasa dirinya emang gak bisa apa-apa.
Ibu : Harus diingetin Cha, Rafli tuh. Kebiasaan soalnya.
Gw : Khan ada cara lain, Bu selain di sudutin di depan teman-temannya. Buktinya, tadi Rafli salah satu yang dapet bintang paling banyak. Bintang kelas kedua setelah Adit.
Ibu : ....
Semoga kelak Ibu mau mengerti. Anaknya yang sedang belajar psikologi, belajar tentang komunikasi nonverbal. Anaknya bisa melihat binar mata yang berbeda di mata Rafli saat ia disudutkan dan saat ia dimengerti.

Bu, semoga ibu mau mengerti, labelling itu bisa se-jahat itu. Bisa meredupkan sinar mata banyak orang. Bisa merenggut binar mata banyak orang

***

Gw juga korban labelling. Beruntungnya, labelling yang positif. Dampaknya? Gw jadi suka bintang. Sejak jaman ini dan sejak dikasih ini. Itu mengapa gw suka lagu Gemintang-nya Andien,  Temani Aku-nya Sheila On 7, Bintang-nya Kahitna, Bintang-nya Air, Bintang-nya Sherina, dan Lihatlah Lebih Dekat-nya Sherina. Itu mengapa gw suka bikin bintang-bintangan dari kertas, kenapa gw dipanggil Kak Bintang oleh murid-murid gw tahun lalu, kenapa kalung gw berbentuk bintang, dan kenapa background twitter gw bergambar Patrick Star. 

Terima kasih banyak, Je buat filmnya. Filmnya membakar gw habis-habisan untuk habis-habisan di Simulasi Mengajar GUIM Angkatan 2. Dan ternyata, Taare Zameen Par itu dalam bahasa inggris artinya : 
Like Stars On Earth :)

Minggu, 04 November 2012

Tetiba dapet telpon dari Bandung. Tetiba pula pusing dan berkunang-kunang. Astagfirullahalazim.

Ya Allah, jagalah orang-orang yang namanya ada dalam daftar panjang orang-orang yang hamba sayang. Hanya Engkau sebaik-baiknya penjaga.

Ini yang Menjadi Alasan

Tiba-tiba video ini muncul lagi di home facebook gw.



Tuth, depannya yel-yel OSIS apa ya? Gua ketuker sama Yellguys nih (Yasmine, 2011)

Ini yang mejadi alasan, kenapa gw nangis saat penutupan PSAF tahun lalu. 
Se-mirip itu, kawan :)

Setiap Kalian Spesial, Kawan :)

Kemarin diklat (pendidikan dan pelatihan) kelas 2 untuk caang (calon anggota) Gandewa angkatan 6. Materinya tentang Navigasi Darat, Survival, dan PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat). Gw bertugas jadi mentor kelompok 4. Seperti biasa, selalu sesenang itu kalau lagi jadi mentor :)

Suasana diklat kelas 2 caang Gandewa angkatan 6 

Sebelum tiap-tiap kelompok mempraktikkan materi yang telah diberikan, kami semua mendengar penjelasan materi dari fasilitator. Fasilitator untuk materi navigasi darat adalah Kak Laila, Gandewa angkatan 3. Adapun fasilitator untuk materi survival dan PPGD adalah Kamal dan Bimo, Gandewa angkatan gw, angkatan 5.

Selama fasil memberikan materi, kami semua mendengarkan. Iya, kami. Termasuk mentor-mentornya. Saat materi Survival dan PPGD berlangsung, gw senyum-senyum mendengar penjelasan Kamal dan Bimo. Tetiba, mereka berdua mengingatkan gw dengan sebuah kalimat, "Every Child is Special".

Katanya, setiap anak itu spesial. Anak kecil khan bertumbuh ya? Setelah masa prenatal, lahir ke dunia, tumbuh degan pesat di tiga tahun pertama, masuk masa early childhood, melintasi middle childhood, menjajaki  masa adolescent, sampai akhirnya tiba di masa early adulthood. Masa gw sekarang ini. Logikanya, anak kecil yang bertumbuh sampai tiba di masa early adulthood, masih sama spesialnya khan ya dengan saat ia ketika kecil? Berarti, ya orang-orang  yang ada di hadapan gw, yang lagi jadi fasil di depan ini, ya masih se-spesial itu. Sama spesialnya dengan masa ketika mereka masih menjadi anak-anak :)

Namanya Kamal. Teman satu angkatan gw di Gandewa. Gw dan Tata yang memang lagi duduk bersebelahan, berdecak kagum dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh Kamal. Kamal segitu pahamnya dengan PPGD. Tentang bagimana melakukan tindakan pertama dalam menangani kecelakaan, yang bisa berakibat signifikan dalam proses penyelamatan nyawa seseorang. Kamal menjelaskan tentang mendeteksi orang yang tidak sadarkan diri dengan tiga cara, mendeteksi nafasnya, nadinya, dan pupil matanya. Kamal pun memaparkan macam-macam luka, patah tulang, keseleo, dan jenis pembalutan,  pembebatan, serta pembidaian. Juga mengajarkan jenis-jenis simpul yang digunakan untuk membuat tandu darurat.
Kamal : Yang harus diingat, pertolongan pertama itu tujuannya bukan untuk mengobati, tapi untuk meminimalkan dampak yang lebih serius dari kecelakaan yang terjadi. Kalau lukanya tidak ditangani dalam waktu cepat, seseorang yang kecelakaan memiliki kemungkinan cacat atau meninggal. Beberapa menit waktu penanganan yang lebih cepat, bisa menimbulkan dampak yang signifikan.
Materi yang sungguh ia kuasai benar ini pun, pernah langsung Kamal praktikkan untuk menolong neneknya yang sedang sakit. Saat itu, nenek kamal tak sadarkan diri. Kamal yang saat itu memang sedang berada di rumah, segera mendeteksi nafas, nadi, dan gerakan pupil neneknya. Kamal pun masih sempat memberikan pijat jantung beberapa kali untuk menstimulus jantung neneknya. Neneknya sempat berespon beberapa kali. Walaupun akhirnya, neneknya pun terdekteksi meninggal dunia.
Tata : Teh, kalau gw di posisi Kamal, kayaknya gw gak bisa melakukan apa-apa deh, teh buat nenek gw.
Sama, Ta. Kamal yang punya cita-cita jadi presenter Jejak Petualang ini (amin), sering cengar-cengir kalau lagi kumpul bersama kami, sering jadi korban bulan-bulanan kami dengan panggilan Kamalizonk dan Cantika (baca : Kamal Cantik, karena Kamal memegang standar kecantikan anak gunung di antara kami), tenyata pernah berjuang untuk menyelamatkan nyawa orang yang disayangi nya dengan kemampuan PPGD yang ia milikki. 

Ternyata, kamu se-spesial itu, ya Mal :)

Kamal di Mahameru

Namanya Bimo. Orang yang dulu amat sangat ngeselin di mata gw. Orang yang nampar gw banget untuk gak judge the book from the cover. Orang yang dulu gw sebelin karena menurut gw banyak omong dan penempatan dirinya yang gak oke, tapi se-respon-tanggap itu untuk langsung mendirikan tenda dengan kilatnya, dan se-empati itu untuk nyuruh kami segera berganti baju karena basah akibat badai hujan di tengah hutan. Sekarang, jadi partner mentor gw untuk kelompok 4
Bimo : Menurut gw, intinya dari survival, ya jangan sampai ketemu keadaan survival lah. Jadi bikin manajemen perjalannannya yang bener.
Dan dibalik label orang-orang yang bilang Bimo sekritis itu, sebawel itu, dan sesusah dihubungi itu *emang beneran kritis, bawel, dan susah dihubungi sih*, ada Bimo yang seempati itu dan sepeduli itu loh. Dan ada Bimo yang bisa menyampaikan materi dengan seenak itu :)

Let's be a good mentor, Bim! :D

Bimo di Gunung Semeru

Kalau setiap anak itu spesial, sepertinya gw masih jadi salah satu orang yang akan percaya satu hal. Percaya kalau anak itu masih akan tetap se-spesial itu, walau ia telah bertumbuh menjadi dewasa.

Jumat, 02 November 2012

Sekian

Kangen gw.
Tapi, bisa apa?

Hanya berdoa habis sholat.
Biar Dia yang selanjutnya menyampaikan rasa.

Kamis, 01 November 2012

Hari ini se-riweuh itu buat 35 menit di esok hari..
Karena memutuskan untuk meletakkan hati, selalu menjadi sesuatu yang tidak sederhana bukan?

Dengan menyebut nama-Mu, yang maha meluruskan niat.