Sabtu, 01 Oktober 2011

Biru Muda di Awal Cerita


#Postingan ini dibuat untuk :
  1. Pemenuhan tugas mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah materi Mayor Thought Relationship.
  2. Teh Cune. Orang  pertama yang mengajari gw untuk berani menulis :D
  3. Nila. Sahabat baru yang kamarnya bersedia gw acak-acak demi menyelesaikan tulisan ini. Terima kasih juga untuk kamarnya yang bersedia menampung gw untuk melarikan diri dari panasnya Kota Depok yang belakangan ini lebih panas beberapa derajat bagi gw.
  4. Maba Psikologi UI 2011. Untuk  kita yang tengah mengukir cerita dan menyatukan hati :)
 ***

Beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia dikenal dengan ciri khas keilmuan dan kehidupan sosial yang dimilikinya masing-masing. Ada Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan teknologinya, Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan pertaniannya, dan Univeristas Indonesia (UI) dengan kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Ciri khas tersebut pun melahirkan identitas-identitas yang berupa simbol-simbol yang amat lekat dengan perguruan tinggi negeri tersebut. Contohnya, ITB identik dengan lambang gajah dengan nama Ganesha, IPB identik dengan lambang bulir-bulir padi yang sejalan dengan julukan Indonesia sebagai negara agraris, dan UI yang identik dengan lambang pohon ilmu pengetahuan yang lebih akrab disebut Makara.
Bagi Universitas Indonesia sendiri, penggunaan lambang makara tidak hanya sebatas sebagai identitas perguruan tinggi secara umum. Perbedaan warna makara yang emblemnya dijahit di bagian kiri jaket almamater-yang biasa disebut Jaket Kuning (Jakun)- mahasiswanya pun melambangkan identitas masing-masing fakultas yang ada di univeritas yang sering mendapatkan julukan Kampus Kuning ini.
Perbedaan warna makara yang menunjukkan identitas masing-masing fakultas di kampus yang terletak di Depok dan Salemba ini dapat dilihat sebagai berikut  :
  1. Makara Hijau Tua untuk Fakultas Kedokteran (FK)
  2. Makara Hijau Tua-Putih untuk Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
  3. Makara Hitam-Biru Tua untuk Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
  4. Makara Biru Tua untuk Fakultas Teknik (FT)
  5. Makara Merah untuk Fakultas Hukum (FH)
  6. Makara Oranye untuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
  7. Makara Abu-abu untuk Fakultas Ekonomi (FE)
  8. Makara Putih untuk Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
  9. Makara Biru Muda untuk Fakultas Psikologi (FPsi)
  10. Makara Ungu untuk Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
  11. Makara Biru-Merah untuk Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom)
  12. Makara Biru Tua-Biru Muda-Biru Tua untuk Fakultas Keperawatam (FIK)
  13. Makara Hijau-Oranye-Biru untuk Program Vokasi
  14. Makara Cokelat untuk Program Pasca Sarjana
Jika mau diteliti lebih jauh, ada dua fakultas yang memiliki dua buah makara yang berwarna sama. Makara tersebut adalah makara berwarna biru yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu makara biru tua dan makara biru muda. Diantara sekian banyak warna makara yang terdapat di Universitas Indonesia, dua warna makara tersebut cukup menarik perhatian saya. Selain karena dulu saya sempat memiliki cita-cita untuk menjadi bagian dari makara biru tua-dan pada akhirnya warna makara yang saya kenakan di Jakun saya benar-benar makara biru tua, walapun sudah sedikit telah luntur (baca : makara biru muda)- cerita tentang kedua makara ini punya tempat tersendiri untuk saya.
Walaupun sama-sama berwarna biru, ada sebuah perbedaan mencolok yang dimilki oleh kedua makara biru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari kuantitas mahasiswa yang berada di dalamnya. Makara biru tua memiliki jumlah mahasiswa yang jauh lebih banyak dibandingkan mahasiswinya. Kenyataan tersebut berbanding terbalik dengan makara biru muda yang memiliki jumlah mahasiswi yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah mahasiswanya. Perbedaan kuantitas tersebut pun sedikit banyak memberikan pengaruh adanya perbedaan mencolok antar kehidupan sosial di kedua fakultas tersebut.
Konon, perbedaan tersebutlah yang dirasa menyebabkan kedua fakultas tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain. Banyak cerita yang menyebutkan bahwa kedua fakultas ini dari tahun ke tahun mampu menjalin hubungan yang baik. Bahkan, beberapa diantara hubungan tersebut dapat berlanjut menjadi hubungan yang lebih dari sebuah pertemanan. Awalnya saya meragukan hal tersebut karena mungkin hal tersebut bisa terjadi di fakultas lainnya, tidak hanya di kedua fakultas tersebut. Akan tetapi, hasil wawancara singkat yang saya lakukan kepada beberapa mahasiswa/i di kedua fakultas tersebut menunjukkan adanya indikasi kebenaran dari anggapan itu. Terlebih lagi ketika saya mencoba mengobservasi langsung-secara sederhana-di tempat kejadian perkara. Beberapa mahasiswa Fakultas Teknik mememiliki perhatian lebih kepada mahasiswi yang menggunakan Jakun dengan emblem biru muda di sebelah kiri ketika mahasiswi tersebut sedang berkunjung ke Fakultas Teknik. Begitu pula yang terjadi sebaliknya ketika ada beberapa mahasiswa Fakultas Teknik yang tengah berkunjung ke Fakultas Psikologi. Fenomena ini memang tidak terjadi secara mayoritas di kedua fakultas ini. Akan tetapi, kenyataan bahwa kedua fakultas ini mampu memiliki hubungan yang baik dan saling melengkapi, sedikit demi sedikit mampu mengikis anggapan akan kentalnya arogansi yang dimiliki tiap fakultas karena perbedaan kehidupan sosial akademis di masing-masing fakultas.
Mengapa saya begitu tertarik dengan fenomena yang terjadi antara kedua makara biru? Karena saya merupakan bagian dari salah satu makara biru tersebut. Saat ini, genap dua bulan saya tercatat menjadi mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kebutuhan akan pengetahuan tentang fakultas tempat saya menuntut ilmu, kurang lebih empat tahun ke depan, memaksa saya untuk memberikan perhatian lebih tentang kehidupan sosial akademis yang terjadi di fakultas biru muda ini.
Fakultas Psikologi merupakan fakultas terdepan di Universitas Indonesia. Terdepan dalam kalimat ini memiliki arti kata denotatif, yaitu fakultas dengan jarak paling depan terhitung dari gerbang utama Universitas Indonesia. Jika dibandingkan dengan fakultas lain, fakultas ini memiliki luas lahan yang tidak terlalu besar mengingat hanya ada satu jurusan di fakultas ini. Namun, luas lahan tersebut tidak serta merta membuat produktivitas fakultas ini berkurang. Letaknya yang berada di dekat peradaban (baca : stasiun UI dan gerbang utama UI), serta keberadaan alfamart dan berbagai jenis atm di salah satu sudut fakultas,  membuat fakultas ini sering dikunjungi oleh mahasiswa fakultas lain atau bahkan sivitas Univeristas Indonesia lainnya.
Fakultas ini terletak persis di sebrang stasiun UI dan hanya dipisahakan oleh beberapa meter lahan yang masih rimbun ditanami oleh pepohonan. Dibandingkan disebut dengan lahan, batas pemisah tersebut lebih tampak seperti hutan. Di tengah-tengah hutan kecil tersebut terdapat jalan setapak yang menghubungkan stasiun UI dan Fakultas Psikologi. Tidak direkomendasikan untuk melewati jalan setapak ini ketika hari sudah mulai gelap.
Sampai di halaman depan fakultas, terdapat dua tempat parkir utama. Tempat parkir motor dan tempat parkir mobil khusus dosen dan karyawan. Beranjak memasuki fakultas, kita akan menemukan beberapa gedung di dalamnya. Fakultas ini terdiri dari beberapa gedung. Gedung-gedung tersebut adalah Gedung A, Gedung B, Gedung C, Gedung D, dan Gedung H. Selain gedung-gedung tersebut, terdapat dua  buah kantin yang bernama Kanlam (Kantin Lama) dan Kancil (Kantin Cikologi).
Banyak mahasiswa baru (maba) yang mempertanyakan mengapa gedung-gedung di Fakultas Psikologi tampak seperti gedung-gedung lama, tidak seperti di beberapa fakultas lain yang tampak modern. Saya pun sempat mempertanyakan mengapa Fakultas Psikologi lebih tampak seperti kumpulan gedung-gedung tua. Terlepas dari pertanyaan itu, saya adalah salah seorang yang mengagumi tata letak dan tata ruang yang ada di Fakultas Psikologi. Gedung-gedung yang ada di fakultas psikologi ini memiliki lorong-lorong yang menjadi akses terhubungnya satu gedung dengan gedung lainnya. Gedung dan lorong-lorong tersebut saling terhubung dan membentuk lingkaran yang mengelilingi sebuah taman yang menjadi pusat kegiatan di Fakultas Psikologi ini.
Taman tersebut bernama Taman Akademos. Nama taman ini diadopsi dari sebuah taman yang didirikan oleh Plato, salah satu filsuf Yunani yang merupakan murid dari Soccrates, sebagai tempat belajar dan berkumpul bagi murid-muridnya.  Di dalam taman ini terdapat beberapa pohon besar dan kecil yang dikelilingi oleh bangku-bangku yang ditata apik. Bagian tinggi dan rendah taman ini dihubungkan oleh tangga berundak-undak di bagian pusat taman yang seolah menyerupai tempat duduk stadion. Tampak berusaha mengadopsi taman aslinya, taman ini dirancang sedemikian rupa sehingga siapapun yang berada di dalamnya akan merasa nyaman dan betah berlama-lama, entah untuk belajar, mengerjakan tugas kelompok, rapat, atau hanya sekadar duduk-duduk sambil bercengkrama bersama teman.
Beberapa minggu belakangan, banyak yang menyebut taman ini sebagai Taman Maba. Taman ini selalu tampak ramai dan terlihat menguning dari kejauhan karena disinggahi oleh maba Fakultas Psikologi yang tengah diwajibkan mengenakan Jakun selama masa Prosesi (Proses Penyesuaian Diri). Konon, dari tahun ke tahun Taman Akademos sengaja dibiarkan kosong oleh kakak-kakak senior demi memberikan ruang untuk maba berkumpul mengingat kami belum diizinkan untuk makan di kantin fakultas selama masa Prosesi.
Prosesi merupakan salah satu dari rangkaian KAMABA (Kegiatan Awal Mahasiswa Baru) Fakultas Psikologi 2011 yang merupakan gerbang pertama dimulainya kehidupan maba Fakultas Psikologi sebenarnya di fakultas biru muda ini. KAMABA terbagi menjadi dua kegiatan besar, PSAF dan Prosesi yang masing-masing break down menjadi beberapa kegiatan lainnya.
Bermula dari briefing PSAF, dilanjut dengan kegiatan PSAF selama dua hari, jeda libur  lebaran selama dua minggu, masuk ke Briefing Prosesi, menjalani masa Prosesi yang terdiri dari beberapa kegiatan : wawancara sivitas Fakultas Psikologi, mentoring, pelatihan Yellguys, mengambil  kelas pilihan, evaluasi mingguan, diselingi penampilan maba dalam acara Dapur (Tenda Purnama) –acara tahunan psikologi pasca wisuda- sampai pada akhirnya saat ini kami telah tiba di penghujung masa Prosesi.
Banyak cerita, banyak tawa, banyak emosi, banyak kelelahan, banyak kekaguman, banyak kekecewaan, dan banyak kesyukuran yang terbingkai apik selama rangkaian KAMABA berlangsung. Berawal saat briefing PSAF dimana kami diperlakukan berbeda dengan fakultas lain. Di depan gedung rektorat, kami diliputi bebrbagai bentuk ketegasan dan ketegangan. Begitu kontras ketika kami menyadari bahwa kami berada di tengah-tengah fakultas lain yang disambut dengan penuh kehangatan. Ketegasan itu pun terus berlanjut di masa Prosesi. Perbedaanya, ketegasan kali ini diselimuti kehangatan sebuah penerimaan anggota keluarga baru.
Di kesempatan yang lain, kejadian-kejadian yang menyenangkan maupun menjengkelkan, segala bentuk kelelahan yang dirasakan, dan berbagai materi yang pernah didapatkan, tak pernah berhenti diulang-ulang dan dibicarakan oleh maba baik dalam bentuk emosi menyenangkan dan menjengkelkan, baik dalam pembicaraan formal ataupun obrolan informal. Sampai pada akhirnya saya menyadari bahwa kami memang benar-benar diperlakukan berbeda dengan fakultas yang lain. Berbeda karena di sini kami diajarkan untuk memanusiakan manusia.
Masa Prosesi belum berakhir. Saya dan teman-teman angkatan 2011 pun memiliki tugas besar di penghujung masa Prosesi ini. Sebuah Class Project yang kami beri nama “Psylovesophy” (Psychology Love Social and Charity). Dua hari yang sederhana. Membagikan pesan cinta dari maba 2011 kepada sivitas Fakultas Psikologi dengan media sebuah lolipop dan dilaksanakannya ‘sekolah kehidupan’ untuk anak jalanan di sekitar Fakultas Psikologi dan Universitas Indonesia di Taman Akdemos. Akan tetapi, tidak benar-benar sederhana dalam proses pelaksanaanya ketika seluruh karakter, keinginan,  ilmu berorganisasi, ego, dan idealisme yang dibawa dari masing-masing SMA yang tersebar di seluruh Indonesia, dari 277 kepala, menjadi satu dibalik layarnya.
Salah satu perjuangan besar yang berhasil dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah proses penyusunan proposal. Proposal kegiatan ini berhasil melalui proses panjang yang akhirnya saat ini telah diterima oleh panitia KAMABA. Proses penyusunan proposal Class Project tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Proses pengumpulan ide kegiatan oleh masing-masing kelompok Prosesi.
  2. Terdapat miss komunikasi dengan panitia KAMABA. Dilakukan proses pengumpulan ide satu angkatan dengan detail acara dan pembuatan proposal dikembalikan kepada masing-masing kelompok.
  3. Terdapat miss komunikasi dengan panitia KAMABA, lagi.  Dilakukan proses pengumpulan ide satu angkatan dengan format satu proposal.
  4. Dibentuk kepanitiaan inti Class Project dan tim penyusun proposal angkatan
  5. Pengumpulan ide untuk detail acara dari seluruh angkatan 2011 melalui media lisan dan  jejaring social.
  6. Sosialisasi proposal yang akan masuk ke Sesi Comprehension.
  7. Di sesi Comprehension, pemahaman angkatan akan proposal kegiatan diuji dan dievaluasi.
  8. Berbagai evaluasi yang diterima tiap kelompok membawa proposal pada keputusan harus direvisi.
  9. Pengumpulan berbagai masukan dan evaluasi yang diterima angkatan pada Sesi Comprehension melalui lisan dan jejaring sosial.
  10. Proposal direvisi secara comprehensif oleh tim penyusun proposal.
  11. Proposal hasil revisi selesai dan diterima oleh panitia KAMABA.
Proses panjang penyusunan proposal tersebut belum ditambah dengan berbagai bentuk emosi yang bermain di dalamnya. Mulai dari perbedaan pandangan dan pendapat, berbagai ego yang saling berbenturan, pelajaran mau mengalah yang harus langsung dipraktikan tanpa ada review sebelumnya, sampai fisik tim penyusun proposal yang dipaksa untuk tidur tidak beraturan.
Sampai pada akhirnya proposal kegiatan ini berhasil diterima oleh panitia KAMABA dan kegiatan hari pertama-dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya- berhasil mengukir senyum di beberapa sivitas Fakultas Psikologi- berhasil menjadi angin segar tersendiri untuk kami untuk menjalani penghujung masa Prosesi ini dengan penyikapan yang lebih baik lagi.
Fakultas ini tidak besar, karenanya kami saling mengenal dan memperhatikan. Di sini kami belajar memahami, karenanya galau merupakan hal yang ditoleransi di fakultas ini. Di sini semua orang memiliki sensitifitas dan kepekaan yang tinggi, karenanya terkadang komunikasi verbal semakin tak berarti.
Apapun karena karena selanjutnya, setidaknya dua bulan pertama ada beberapa hal yang mulai saya mengerti. Salah satunya mengapa fakultas ini memiliki warna makara biru muda. Coba tengok birunya langit di pagi hari dan birunya laut lepas di sore hari. Anda akan menemukan jawaban dari pertanyaan itu, seperti jawaban yang telah saya berhasil dapatkan saat ini.

6 komentar:

Shanti mengatakan...

Tut, stau gw yg tepat "mengajari gw menulis" atau "mengajarkan menulis pada gw". Hehe..

ah i love you, tut :)

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@t'cune : waaaah, nuhun buat koreksinya teh :D

love u too pisan lah teh :*

Anonim mengatakan...

hey kak, saya salah 1 peminat menjadi bagian dari makara biru muda. Kalo boleh tau kakak masuk lewat jalur apa? Saya ingin sekali benar2 berada dalam bagian makara biru muda:)

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@muthi : haloo.. muthi kah nama panggilannya? salam kenal yaa :) terima kasih sudah berkunjung :D tuti masuk lewat jalur snmptn tulis muthi. waaah, semoga dimudahkan jalannya ya muthi :D semoga berjodoh dengan makara biru muda ;)

Burhani Mutiara Nublah mengatakan...

saya pengagum makara biru muda :3

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@Burhani : Terima kasih Burhani :)