Pengurus Gandewa : Apa alasan kamu ikut Gandewa?Gw : Dulu saya pengennya masuk KAPA, Kak. Tapi berhubung masuknya ke Psikologi, jadi saya masuk Gandewa.
*
A'Fadlan : Emang Tuti kenapa pengen ikut Gandewa?Gw : Tuti pengen jalan-jalan, A'Fadlan :D
*
T'Tania : Waaah, lucu ih Tuti sekarang jadi anak alam juga :)Gw : Iya, Teh! Kan biar bisa naik gunung bareng Teh Tatan!
*
Bapak : Emang kenapa kamu mau ikut kegiatan kayak gitu?Gw : Pak, tugas Icha sehari-hari di kampus urusannya sama nulis, nulis, dan nulis yang menguras pikiran banget. Icha ikut pecinta alam biar antara kegiatan mikirnya seimbang dengan ketahanan fisiknya. Sekalian refreshing juga, Pak. Boleh ya? :D
*
Jadi? Alasan
sebenarnya gw ikut Gandewa?
Let me show you what the reason is :D
Dan
jurnal kali ini, gw dedikasikan untuk banyak pemilik blog yang
postingan tentang berkegiatan alamanya, membantu caang 5 Gandewa dalam
diklat Manajemen Perjalanan bulan lalu :)
***
Tentang
Gandewa
dan Pengalaman Pertama
Dalam
sejarah pewayangan, Gandewa merupakan nama sebuah pusaka andalan yang
berbentuk
busur panah. Busur panah pemberian Batara Indra ini dimiliki oleh
seorang guru
yang dikenal dengan sebutan Guru Durna. Kedahsyatan yang dimiliki pusaka
Gandewa adalah saat ditarik di medan perang, busur tersebut akan
mengeluarkan
anak panah dengan jumlah tak terbatas, bahkan mencapai ratusan ribu,
tergantung
dari siapa yang menggunakannya. Menjelang usia senja, Guru Durna
bermaksud
mewariskan Gandewa kepada anak laki-laki satu-satunya, Aswatama. Akan
tetapi,
karena berbagai pertimbangan yang salah satunya adalah Aswatama tidak
memilki
kemampuan yang baik dalam memanah, pada akhirnya Guru Durna memutuskan
untuk
memberikan pusaka Gandewa kepada murid kesayangannya, Arjuna.
Kedahsyatan
yang dimiliki pusaka Gandewa tersebut di kemudian hari menjadi inspirasi
sebagai nama diri untuk Kelompok Penggiat Alam Fakultas Psikologi UI.
Harapannya,
setelah menjalani pendidikan dan pelatihan untuk menjadi anggota
Gandewa, setiap
anggota Gandewa memiliki kemampuan seperti pusaka Gandewa dalam sejarah
pewayangan, mampu dilepas dan melesat secara mandiri, khususnya dalam
berkegiatan alam.
Lambang Gandewa
Fakultas Psikologi UI
Kelompok
Penggiat Alam Fakultas Psikologi UI, yang selanjutnya disebut Gandewa, berawal dari niat untuk memfasilitasi
mahasiswa/i Fakultas Psikologi yang memiliki kesenangan dalam
berkegiatan alam.
Hal ini pulalah yang menjadi dasar Gandewa berkegiatan dengan asas FUN. Walaupun berasaskan kegiatan yang
menyenangkan, bukan berarti setiap kegiatan Gandewa hanya senang-senang
belaka.
Hal tersebut dibuktikan dengan asas FUN
itu sendiri merupakan akronim dari Full
of responsibility, Utilize self with
appropriate skill, and Not selfish.
Gandewa yang dalam
struktur organisasi
dikategorikan dalam Kelompok Peminatan (KP) Fakultas Psikologi ini,
termasuk
organisasi yang terbilang baru. Gandewa baru berdiri tahun 2006 dan saat
ini
sedang dalam proses pendidikan dan pelatihan calon anggota angkatan
kelima.
Gandewa dengan umur yang masih hijau inilah yang akhirnya menjawab
pertanyaan
mengapa kegiatan Gandewa masih bersifat mountaineering, tidak seperti MAPALA UI
dan KAPA FTUI yang sudah memiliki beberapa divisi seperti olahraga arus
deras
(arung jeram), caving, selusur
pantai, rock climbing, dan
paralayang.
Tidak
jauh berbeda dengan Klub Penggiat alam lainnya, untuk dapat menjadi
anggota
resmi Gandewa, calon anggota (caang) diwajibkan
mengikuti pendidikan dan pelatihan sebelumnya sebagai salah satu syarat
untuk
dapat mengikuti pelantikan. Pendidikan dan pelatihan tersebut lazim
dikenal
dengan sebutan diklat. Diklat Gandewa terdiri dari dua jenis, yaitu
Diklat
Kelas dan Diklat Lapangan. Adapun materi diklat dibagi menjadi tiga : 1)
Manajemen Perjalanan, 2) Navigasi Darat, 3) Jungle
Survival dan PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat). Keikutsertaan
calon
anggota dalam ketiga diklat ini menjadi prasyarat dalam keikutsertaannya
pada
pelantikan yang akan dilaksanakan bulan Januari 2012. Sebagai salah satu
caang
5 Gandewa yang tengah mengikuti diklat, pada jurnal kali ini saya akan
memaparkan salah satu diklat yang telah saya ikuti, yaitu diklat pertama
dengan
materi Manajemen Perjalanan.
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, Diklat Manajemen Perjalanan yang telah
saya
ikuti pun dibagi menjadi dua, yaitu Diklat Kelas dan Diklat Lapangan.
Pada
Diklat Kelas, kami diberikan pemahaman bahwa kegiatan Gandewa, yang
dapat
dikategorikan sebagai petualangan alam bebas, adalah kegiatan dengan
risiko
tinggi (high risk activity). Untuk
menghindari kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan, diperlukan sebuah manajemen perjalanan yang yang
tertata
dengan baik agar kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan lancar.
Menurut
Booklet Pendidikan dan Pelatihan Gandewa, Manajemen Perjalanan, yang
selanjutnya disebut MP, adalah aktifitas yang dilakukan oleh sekelompok
orang
dalam suatu sistem kerjasama dengan pertolongan sumber daya yang ada dan
memanfaatkan seluruh fasilitas yang dimiliki guna mencapai tujuan yang
hendak
diperoleh secara efektif dan efisien. Materi Manajemen Perjalanan ini
merupakan
dasar dari semua materi yang ada. Hal ini disebabkan karena materi ini
akan
terus diaplikasikan, oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun selama
berkegiatan
alam dilaksanakan. Manajemen Perjalanan tidak bersifat kaku, dalam
artian
disusun berdasarkan kebutuhan individu dan kelompok yang akan melakukan
kegiatan. Akan tetapi, secara garis besar, materi diklat kelas
menjelaskan
bahwa Manajemen Perjalanan dibagi
menjadi 3 fase :
1.
Pra
Kegiatan
2.
Pelaksanaan
Kegiatan
3.
Pasca
Kegiatan
Pemaparan
tentang Diklat Manajemen Perjalanan ini cukup panjang jika harus
dirangkum
dalam satu jurnal. Oleh karenanya, jurnal kali ini bersifat bersambung.
Jurnal
7 akan secara khusus memaparkan tentang prakegiatan Diklat MP caang 5
Gandewa yang diselenggarakan di Gunung Kencana,
Puncak, Bogor, Jawa Barat. Adapun fase pelaksanaan kegiatan dan pasca
kegiatan
akan dipaparkan di beberapa jurnal selanjutnya.
Pra
Kegiatan
1. Selasa,
1 November 2011-Konsolidasi Kelompok 1
Setelah di
dalam
diklat kelas MP kami dilatih untuk membuat MP sederhana dengan tujuan
Gunung
Gede, kami langsung diberi tugas untuk membuat MP kami sendiri untuk
diklat
lapangan dengan tujuan ke Gunung Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Kelompok
saya, kelompok 3, terdiri dari empat
orang caang, yaitu Pradina Paramitha (Ditha), Permata Dewi Adanti
(Danti),
Absharina Izzaty (Izzat), Annisa Dwi Astuti (saya sendiri), dan seorang
mentor
pembimbing bernama Kak Madina. Dalam konsolidasi kelompok pertama,
kelompok 3
melakukan pembagian tugas dan penyusunan MP dalam bentuk power
point yang akan dipresentasikan kepada pengurus Gandewa.
Seperti
yang
telah saya katakan sebelumnya, setiap MP yang dibuat untuk berkegiatan
alam
tidak bersifat baku karena tergantung kebutuhan kelompok masing-masing.
Berikut
ini adalah pembagian tugas yang dilakukan oleh kelompok 3 untuk diklat
lapangan
MP :
a) Manager
(Time Keeper, Basecamp Manager, dan Kesekretariatan/Perizinan) : Ditha
b) Trasi
(Transportasi dan Dokumentasi) : Izzat
c) Dekap
Air (Medis, Perlengkapan, dan Manajer Air) : Danti
d) Balog
(Bendahara dan Logistik) : Tuti
2. Rabu,
2 November 2011- Pukul 09.00-13.00 WIB- Konsolidasi satu
angkatan
Pada
awalnya,
panitia diklat menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membuat MP
masing-masing (dan berbeda antar satu kelompok dan lainnya) dengan
ketentuan
hari Jumat, tanggal 5 November 2011, pukul 17.00 WIB seluruh kelompok
sudah
berada di Lahan Cadangan (di kaki Gunung Kencana). Setelah menimbang
bahwa
biaya transportasi bisa lebih murah jika kami berangkat bersama-sama,
akhirnya
seluruh caang memutuskan untuk membuat MP dengan transportasi disamakan
satu
angkatan. Adapun kosolidasi angkatan diselenggarakan untuk memutuskan
rute apa
yang akan kami gunakan bersama-sama untuk sampai ke Gunung Kencana.
Setelah
melakukan konsolidasi, kami berhasil membuat dua perencanaan rute untuk
menuju
ke Gunung Kencana :
a) Rencana
A :
√ Kumpul di
Stasiun UI dan Briefing (pukul 07.30 WIB)
√ Menuju Stasiun
Bogor menggunakan Kereta Ekonomi (pukul 08.30 WIB dengan harga Rp
2.000/orang)
√ Tiba di Stasiun
Bogor (pukul 09.30 WIB)
√ Naik angkot
nomor 02 sampai di Sukasari (pukul 10.00 WIB dengan harga Rp
2.000/orang)
√ Naik angkot
Cisarua (pukul 10.00 WIB) dengan harga Rp 10.000/orang)
√ Istirahat sholat
Jumat di Masjid At’Taawun, Puncak (pukul 12.00-13.00 WIB)
√ Tiba di LC
Gunung Kencana (pukul 17.00 WIB)
b)
Rencana
B
√ Kumpul di
Stasiun UI dan Briefing (pukul 09.00 WIB)
√ Menuju Stasiun
Bogor menggunakan Kereta Commuter Line (pukul 10.00 WIB
dengan
harga Rp 7.000/orang)
√ Tiba di Stasiun
Bogor (pukul 11.00 WIB)
√ Naik angkot
nomor 02 sampai di Sukasari (pukul 11.45 WIB dengan harga Rp
2.000/orang)
√ Istirahat Sholat
Jumat dan makan siang di Masjid PDAM, Bogor (pukul 11.40-13.00 WIB)
√ Naik angkot
Cisarua (pukul 13.00 WIB dengan harga Rp 10.000/orang)
√ Tiba di pintu
masuk Taman Wisata Telaga Warna (pukul 15.00 WIB)
√ Tiba di LC
Gunung Kencana (pukul 17.00 WIB)
Setelah
mempertimbangkan kemungkinan
tidak terkejarnya waktu Sholat Jumat pada rencana A, akhirnya
diputuskanlah
kami menggunakan Plan B untuk rute keberangkatan kami.
3.
Rabu,
2 November 2011- Pukul 13.00-15.00 -Peminjaman Perlengkapan
Dari
kurang
lebih enam belas caang yang mengikuti Diklat Lapangan MP, kurang dari
lima
orang caang yang merupakan anggota klub pecinta alam di SMA
masing-masing.
Selebihnya, caang 5 Gandewa adalah pemula dalam berkegiatan alam,
termasuk
saya. Secara tidak langsung hal tersebut berdampak pada keterbatasan
perlengkapan yang dimiliki oleh caang 5 Gandewa untuk melaksanakan
diklat
lapangan. Tidak banyaknya perlengkapan yang dapat dipinjamkan oleh
pengurus
Gandewa pun pada akhirnya membuat kami
harus meminjaman beberapa perlengkapan yang tidak dapat dibeli dalam
waktu
singkat -karena keterbatasan dana-, seperti tenda, carrier,
nesting, kompor parafin/hi-cook, matras, sleeping
bag,
dan beberapa perlengkapan lainnya.
Kegiatan
pinjam
meminjam perlengkapan ini sejatinya lumrah dilakukan antar kelompok
penggiat/pecinta alam. Lebih jauh lagi, kegiatan ini merupakan salah
satu
bentuk silaturahmi antar klub penggiat/pecinta alam yang satu dengan
yang
lainnya. Beberapa klub penggiat/pecinta alam yang tidak jarang membantu
Gandewa
dalam memenuhi perlengkapan yang diperlukan, khusunya diklat kali ini,
adalah
KAPA FTUI, Humus FEUI, Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila,
ISIP,
Universitas Trisakti, Universitas Binus, dan Universitas Pancasila.
4. Rabu,
2 November 2011- Pukul 15.00-16.00 WIB- Konsolidasi kelompok 2
Konsolidasi
kelompok
2 ini memiliki agenda untuk mengevaluasi sejauh mana persiapan untuk
diklat lapangan telah dilaksanakan dan sejauh mana setiap anggota
kelompok
telah melaksanakan kewajibannya masing-masing.
5.
Rabu ,
2 November 2011- Pukul 16.00-18.00 WIB- Presentasi Manajemen Perjalanan
Presentasi
ini
dilakukan oleh setiap kelompok Diklat MP dihadapan panitia diklat dan
pengurus
Gandewa. Selain untuk mengevaluasi sejauh mana MP yang telah kami susun,
presentasi ini pun dimaksudkan untuk memastikan tidak ada hal-hal yang
terlupakan oleh kami mengingat ini kegiatan pertama kami sebagai caang.
Saat
presentasi,
sempat terjadi perdebatan tentang pintu masuk telaga warna yang dimaksud
untuk
menuju LC walaupun pada akhirnya berhasil diluruskan karena hanya
terjadi salah
paham tentang patokan arah yang diberikan. Setelah dievaluasi, secara
garis
besar di setiap kelompok hampir melupakan satu hal yang cukup krusial,
yaitu
perlengkapan untuk mengantisipasi hujan mengingat bulan ini sudah
memasuki
musim penghujan. Akan tetapi, secara
umum manajemen perjalanan yang kami susun dianggap sudah cukup baik.
6. Kamis,
3 November 2011- Pukul 06.30-08.30 WIB- Latihan Fisik
Idealnya,
ketika
akan melakukan pendakian, latihan fisik dilaksanakan maksimal satu
minggu
sebelum keberangkatan. Mengingat Diklat MP ini bertajuk fun
cooking, belajar memasak di alam, latihan fisik pun tetap
dilakukan walaupun keberangkatan akan dilaksanakan keesokan harinya.
Latihan
fisik
Gandewa berbentuk jogging nonstop dan
beberapa latihan ketahanan diri seperti push-up
serta sit up. Walaupun pada
kenyataannya gunung tidak didaki dengan jogging dan berlari, laithan
fisik ini
dimaksudkan untuk membentuk ketahanan tubuh
selama pendakian berlangsung.
Jogging
rutin
yang biasa dilakukan oleh Gandewa memiliki tiga jalur :
1) Jalur
perkenalan : Setengah lingkar dalam UI (F.Psikologi-FISIP-FIB-Kuburan
Bikun-Rotunda- Balairung-MUI-F.Hukum-F.Psikologi)
2) Jalur
lingkar dalam UI : Jalur Bis Kuning
3) Jalur
lingkar luar UI
Pengurus dan Caang 5
Gandewa pasca latihan fisik
Selama
jogging,
hal yang ditekankan bukanlah kecepatan berlari, melainkan ritme dan
konsistensi
untuk tidak berhenti atau berjalan sampai kembali ke tempat awal. Hal
ini
dimaksudkan karena ketika seseorang memutuskan untuk berhenti atau
berjalan di
tengah-tengah jogging, hal tersebut akan membuat seseorang lebih cepat
lelah
dan kesulitan untuk memulai jogging kembali. Hal tersebut pun terjadi
pada
saya. Pada latihan fisik pertama dengan jalur perkenalan, mulai dari
Rotunda
saya lebih banyak berjalan. Hal tersebut pun berdampak pada nafas saya
yang
mudah terengah-engah dengan tingkat kelelahan tinggi untuk memulai
jogging
kembali sampai di Fakultas Psikologi.
Pada
latihan
fisik kedua, saya mencoba melakukan tips yang diberikan oleh pengurus
Gandewa
selama melakukan jogging. Beberapa tips tersebut diantaranya : tidak
berlari
dengan kecepatan tinggi di awal, menggoyangkan tangan di samping dada
bukan di
depan dada, tidak menjejakkan telapak kaki secara keseluruhan dalam
waktu
bersamaan, dan bernyanyi dalam hati untuk membuat ritme. Tips-tips
tersebut
pada akhirnya sukses membuat saya tidak berhenti sama sekali saat
latihan fisik
kedua dengan jalur perkenalan dan latihan fisik ketiga dengan jalur
lingkar
dalam UI.
Hasil dari
latihan fisik ini pun dapat dirasakan secara langsung oleh caang saat
mengikuti
Diklat MP. Caang yang jarang mengikuti latihan fisik mengaku lebih cepat
lelah
dibandingkan caang yang konsisten melakukan latihan rutin.
7. Kamis,
3 November 2011- Pukul 19.00-22.00 WIB-Packing
Salah satu
materi yang didapatkan saat Diklat Kelas MP adalah materi tentang Packing. Menurut Booklet Pendidikan dan
Pelatihan Gandewa, prinsip dasar yang mutlak dilakukan dalam packing
adalah
beban terberat harus jatuh ke pundak. Sebisa mungkin barang yang berat
dikondisikan diletakkan pada bagian teratas dengan jarak terdekat dengan
punggung. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan pendakian kedua kaki
kita
harus dalam keadaan bebas bergerak. Jika salah melakukan packing dan
beban
terberat jatuh pada pinggul, akibatnya kaki tidak dapat bebas bergerak
dan kita
menjadi cepat lelah karena beban backpack
menekan pinggul belakang.
Selain
prinsip
dasar mutlak tersebut, ada beberapa prinsip pengepakan barang lainnya :
1)
letakkan barang ringan di bagian bawah dan barang berat di bagian atas,
2)
barang-barang yang diperlukan paling akhir ditaruh di bagian bawah dan
barang-barang yang sering dikeluar-masukkan ditaruh di bagian atas, 3)
jangan
biarkan ada ruang kosong dalam ransel, dan 4) membagi berat beban secara
seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak.
Gandewa
selalu
mengkondisikan anggotanya yang akan melakukan perjalanan untuk melakukan
packing dan menyelesaikannya maksimal H-1 keberangkatan. Hal ini
dimaksudkan
agar keesokan harinya, saat akan melakukan perjalanan, setiap anggota
hanya
memikirkan kondisi fisiknya tanpa perlu lagi memikirkan barang bawaan
karena
sudah tertata rapi di dalam carrier.
Akan tetapi, agaknya kebiasaan ini belum dipahami dengan baik oleh saya
dan
teman-teman caang 5. Banyak kendala yang dihadapi pada proses packing pertama kami. Seluruh barang
(baik pribadi maupun kelompok) yang seharusnya sudah terkumpul untuk di-packing, karena berbagai alasan, belum
bisa dimasukkan ke dalam carrier.
Keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kesigapan caang 5 dalam proses
packing
membuat packing baru selesai pukul 22.00 WIB. Hal tersebut sangat
disayangkan
mengingat packing sebenarnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
Lamanya
proses packing pun dengan terpaksa harus menyita waktu istirahat kami
yang akan
melakukan perjalanan esok hari. Belum lagi kami harus menerima
konsekuensi
bahwa proses packing yang sebenarnya belum selesai itu harus dilanjutkan
esok
hari dengan memajukan waktu kedatangan kami ke Fakultas Psikologi esok
harinya.
Packing perdana caang 5 yang dapat dikatakan jauh dari baik ini di
kemudian
hari menjadi evaluasi besar untuk pelaksanaan packing di diklat
selanjutnya.
Demikianlah
prakegiatan
Diklat Lapangan MP caang 5 Gandewa Fakultas Psikologi UI. Keesokan
harinya, tanggal 4 November 2011, kami melakukan perjalanan menuju
Gunung
Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang akan saya paparkan di jurnal
selanjutnya
6 komentar:
Tuti aaaaaww apa kabar? hahaha.
Gila gila jadi anak alam nih? Ini bagian dari Mapala UI? Ato gimana?
Gua pas PD di Gunung Kencana loh... hahaha :D
ko gue malah jadi inget Pandawa ya? hha :P
"CAANG" Artinya Apa Tut?
@acie : edaaaaaaaaaaaaaan, acieeeeeee! kangen parah-parah-parah sama lw cie! how's life there sist? Hahaha, iya nih ci, jadi anak alam gw sekarang. Gandewa tuh PA nya psiko cie, jadi anak psiko doang yang boleh ikut. kalau mapala kan tingkat universitas :) demi demi demi lw di gunung kencana juga? ah, cie. gw kangen. one day naik gunung bareng nyok? :D
@anonim : mas anonim! saya rindu kedatangan anda, hahaha :P thanks for back, again, mas :D hahaha, iya mas, emang mirip. wong namanya sama-sama dari cerita pewayangan :)
@mas ade : caang artinya calon anggota mas :)
Hahahay, life's getting rough and tough, yet seemed calm and easy, Tut hahaha.
Oooh khusus yang psikonya? Gilee cakep dah, semangat ya Tut ke depannya, baru-baru ini ngaktif lagi di blog jadi langsung blogwalk di elu haha.
Iya nih, kangen juga Tut, kapan dong kita ramean maen lagi? Heahaha
@acie : hahaha, apapun itu, gw selalu suka bagaimana cara lw bersikap cie.
iya-iya cie, gw juga suka ngintip2 blog lw walaupun tanpa meninggalkan jejak, hehehe :P selalu suka gaya bahasa dan pemilihan diksinya, dan tentu saja, gambarnya :D
kemaren dimash udah ngehubungin mine cie biar liburan ini kita bisa kumpul, kita tunggu saja kabar dari mine yaa :D
btw, lw gak tertarik ikut kmpa cie?
Posting Komentar