Sabtu, 24 Desember 2011

(akhir dari) Berantakan, Sangat!

Pernah melakukan tindakan di luar kendali diri sendiri? Pernah merasa gemes dan riweuh tapi tak bisa disalurkan? Pernah merasa bingung tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan? Pernah ada dalam kondisi tidak bisa menguraikan apa yang ada di dalam kepala? Pernah merasa bersalah tapi tak melakukan kompensasi apapun untuk memperbaiki kesalahan? Pernah menyadari bahwa sikap telah menzalimi orang lain tapi tak ada usaha untuk mengubahnya? Pernah mau meledak dan tak bisa meredam? Pernah lelah? Pernah jengah? Pernah melakukan penyangkalan? Pernah jujur kepada seorang sahabat tentang penusukan yang terjadi dari belakang? Pernah merasa takut dengan hal yang diada-adakan? Pernah menjadi orang yang jujur tapi menyakitkan banyak orang?

Pasti pernah.

Tapi, pernah  tidak semua itu terjadi dalam satu waktu. Tumpang tindih. Tak berjeda. Datang silih berganti saling melengkapi?

Gw pernah.
Itu terjadi pada gw bulan ini.
Lebih tepatnya di akhir bulan ini, di penghujung 2011 yang membuat gw merasa.. berantakan, sangat!

Ditambah lagi, parahnya, gw gak punya jeda waktu untuk menulis.
Lebih tepatnya menulis di sini.
Tempat menumpahkan.

Pelampiasannya?
Gw cuma bisa menggambarkan kondisinya. Menggambarkan dalam arti kata yang sesungguhnya.


Tentang...
Dominasi yang dievaluasi. Big thanks for you, Kak Dina. Andai boleh, gw pengen banget meluk Kak Dina saat itu juga.
Gemes dan riweuh yang tak tersalurkan. Pada akhirnya? Saya siap undur diri, sementara waktu.
Berlari : mengejar dan menghindar.  Berbuah penyangkalan. Berakhir pada kenyataan bahwa segala yang terepresi itu menjadi sebuah hal yang bernama kompleks.
Pertahanan seorang survivor. Kalau kata Hanifah, "Reach the top, touch the bottom"
Menyerah untuk tidak menyandingkan sesuatu yang memang tidak seimbang. Ambil saja.
Dan perjuangan seorang fighter. Definisi sudah jelas.

Dampak dari itu semua?
Gw berubah.
Cerita yang tidak didengarkan secara saksama.
Perhatian yang diberikan sekenanya.
Self-centered yang menggila.
Tatapan mata yang hanya menyapu tanpa fokus.

Ah, tapi gw bingung harus minta maaf dalam bentuk seperti apa lagi.
Gw selalu dinilai positif.
Dan berulang kali hanya gw bisa amin-kan. 
Gw amin-kan dalam diam.

*Rabb, sebaik itu kah hamba?
Bahkan Engkau saja masih berbaik hati mengirimkan jeda menyenangkan di tengah segala ke-berantak-an itu.
Termasuk mengirimkan orang-orag baik di sekitar hamba.

Pada akhirnya, ke-berantak-kan itu pun diakhiri.
Setelah malam sebelumnya, puncak ke-berantak-kan, gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan, pagi harinya segala bentuk ke-berantak-kan itu ditutup. Penutupan yang menyenangkan :)

Pagi itu, gw masih berstatus penghuni gelap tetap di kostan Hana, di Kukusan Teknik.
Gw dibangunkan Hana untuk sholat subuh. Gw pun sholat, entah disengaja atau tidak, sholat subuh dengan waktu terpanjang dalam beberapa minggu terakhir. Panjang rukunya. Sujudnya, dan tentu saja, doanya.

Seperti biasa, gw meminta. Sambil bercerita di dalamnya. Bertanya. Mengeluh. Mohon ampun.
Satu hal yang berbeda, semua itu gw lakukan dalam diam.
Membiarkan gw untuk tidak terus mencari pembenaran tentang apa yang gw lakukan.
Membiarkan-Nya mendengar segala bentuk pembelaan dan penyangkalan gw tanpa suara.

Selesai shalat, memandang wajah Hana yang begitu kelelahan.
Wajah salah satu adik gw yang dibilang.. cantik mutlak sama orang-orang.
Adik gw yang.. hei, gw belajar banyak dari lw, Na.

Gw membuka pintu kamar Hana yang terletak di lantai 2.
Pintu dengan batas pagar yang menghadap sebuah sebatang pohon rambutan yang berdiri tegak.
Ah yaa, pohon dengan buah manisnya yang menemani gw saat gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan malam sebelumnya.

Ada yang tiba-tiba menerobos masuk dan menghantam muka gw.
Hangat.
Bukan sunrise.
Hanya linearina yang berebut mengisi ruang-ruang kosong dedauan yang ada pada pohon rambutan.

Semakin hangat.
Teringat jeda menyenangkan tadi malam.
Gw bukan pengguna aktif twitter.
Dan sekali-kali menggunakannya lagi, malam itu.
Saat-gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan.
Hanya mengetikkan, "Berantakan, Sangat! Rabb :'("

Hal yang wajar ketika banyak yang merespon melalui twitter pula.
Tapi ini? 
SMS lah yang mendadak datang tanpa ampun.

*Lagi-lagi, Rabb, apakah hamba sebaik itu?

Murai, Rj, Kautsar, Gugum, Tari, Dinda, Syaki, Raras, Clara.
Maaf untuk tidak merespon dan menjawab.
Honestly, karena malam itu gw tidak tahu apa yang harus gw jawab.
Terima kasih untuk telah bertanya dan mengerti :)

Satu kata tentang Depok bagi gw : gak santai!
Termasuk sinar mataharinya.
Baru beberapa menit yang lalu terasa hangat.
Beberapa saat setelahnya, dengan gak santainya sudah terasa menyilaukan.

Tapi itu kerennya.
Gak santai tapi menyadarkan banyak hal.
Ada yang harus diselesaikan.
Atau lebih tepatnya, ada yang harus diakhiri.
Ke-berantak-kan gw.

Satu lagi yang seru jadi mahasiswi Psikologi, ketika gw gak tau apa yang sedang gw pikirkan, rasakan, atau sederhanya, gw gak tau gw sedang kenapa, gw tinggal tanya kepada orang-orang di sekitar gw. Karena mereka tahu, mereka mengerti, dan mereka memperhatikan. Mereka tahu, mengerti, dan memperhatikan apa-apa yang mungkin terlalu sulit untuk diketahui, dimengerti, dan diperhatikan saat-gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan.
Raras : ...A Complex... Kerjaannya nulis to do list tapi gak semua dikerjain -_-...
Tari : ...semi-complex...
Kiki : ..."gak enakan", terlalu ngejaga perasaan orang lain...
Fauzi : ...kurang bisa bagi waktu...
Mpit : ...tomboy...
Sahda : ....jangan terlalu sibuk ya, teh, entar kecapean :)...
Acy : ...sulit untuk ditebak...strong but needy... kalau udah sayang sama orang, suka jadi complex... butuh banyak "me time"...
Kautsar : ...kalau lagi bete, serem tuth.. kalau sekalinya jutek, jutek banget...
Afina : ...Tuti tuh selalu nurturing, jadi ya gitu, yang di nurture bisa jadi kayak dependent gitu... kadang rasanya gak alami. Contoh ekstremnya tuh kayak protagonis di sinetron...
Hari : ...lu sadis... ceroboh... pelupa... topeng ... setuju banget sama Afina masalah berdikari...
Tahukan kawan?
Gw ngerasa bright banget ketika baca poin-poin di atas :D
Entah apa alasannya, tapi gw setuju dengan salah satu kutipan yang ada di buku Cacing dan Kotoran Kesayangannya karya Ajahn Brahm. Disitu ditulis bahwa kadangkala seseorang yang merasa dirinya bersalah memang butuh untuk dipersalahkan. Kalau tidak, ia akan merasa bersalah dua kali dari sebelumnya. 

Akhir kata?
Ke-berantak-kan bulan ini ditutup dengan kesimpulan :

Rabb, terima kasih :)

Karena ke-berantak-kan ini berujung pada berhasilnya gw membuat pemetaan kehidupan untuk semester selanjutnya dan keberanian gw untuk mengmabil keputusan tentang apa-apa yang harus dan tidak harus gw ambil untuk semester depan. Lebih umumnya, untuk hari-hari selanjutnya :)

Oia kawan, mau bukti tentang jeda menyenangkan yang Dia berikan untuk gw ditengah-tengah ke-berantak-kan ini?
Di tengah-tengah momen saat-gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan, daftar 100 mimpi gw memberikan kontribusi dalam mengukir senyum di wajah gw saat itu. 
Dari 100 mimpi, 12 diantaranya telah terceklis dalam kurun waktu 6 bulan.

Allah Maha Besar? Tentu saja :D

Libur telah tiba.
Pemetaan dan pengambilan keputusan pun mulai dilakukan.
#30harimenulis*
#Review Logpenil
#Baca-baca-baca
#Nomor 16
#Nomor 17
#Nomor 23 
#Nonton film 
#Benteng Batu Goes to UI
#Pelantikan Caang 5 Gandewa 
*Allah, untuk-Mu yang tahu bahwa diri ini kerap mencari pembenaran, izinkan hamba untuk tetap merasa benar bahwa Engkau selalu menyayangi hamba :)

2 komentar:

ACY mengatakan...

Baru baca post teteh yang ini :") Fix kalo ketemu, utang cerita! Haha

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@acy : hahaha, gak janji ya cy, soalnya alhamdulilah berantakan yang satu ini udah rapi lagi say, kalau retell ulang, jadi berantakan lagi takutnya, hohoho :P lw yang utang cerita! postingan2an lw minta di kepoin para! hahahaha :P