15 Mei 2010
Kalau bukan karena Ifan yang bela-belain bikin surat buat orangtua gw dan minta tolong gw buat ngisi acara, mungkin gw gak akan datang malam ini.
...I'll do everything for Little Zeppelin..
Heu. Ternyata kalimat ini bisa membahayakan juga ya :P
Ifan : Tuth, lw ngisi acara renungan buat farewell ya? Pliiiissss, Tuth?
Gw : Hah? Renungan, Fan?
Ifan : Iya, Tuth. Gw mau bikin konsep acaranya yang gak monoton. Ya tuth, ya?
Gw : Aduh Fan, bukannya gw gak mau bantuin, tapi lw tau lah orangtua gw.
Ifan : Gw bikinin surat deh, Tuth? Yaya?
Gw : Mmh, yaudah bikinin aja Fan. Insya Allah gw usahain ya Fan. Tapi gw gak janji ya. Lagian kenapa gak si Ujhee aja sih Fan?
Ifan : Ujhee kan panitia, Tuth. Bakal riweuh.
Gw : Kenapa gak si Bani aja, Fan? Bani khan pas mimpin renungan Buka Puasa Rabam bisa bikin anak-anak sampe sesenggukan.
Ifan : Bani gak bisa dateng, Tuth.
Gw : Aduh fan, gw kalau disuruh bikin slideshow hayu deh. Tapi kalau renungan? Gw belum pernah :(
Ifan : Lw pasti bisa kok, Tuth!
Tanpa disangka, gw diizinkan oleh orangtua gw. Dengan catatan jam 10 udah pulang dan harus dijemput.
Renungan?
*Ya Allah, mudahkanlah. Hamba hanya ingin bisa berguna bagi angkatan hamba.
Dengan bermodalkan slide yang dibuat bareng Ekaf, catatan renungan yang gw buat, dan empat keranjang burung-burungan kertas, gw cuma bisa bismillah. Kalau nulis kata-kata buat slide, Insya Allah gw berani buat. Lah ini, renungan? Beban moralnya harus bisa ngebawa suasana hati orang-orang.
Mending suasana hati gw sendiri bener. Nah lho? Lagi-lagi mood gw tiba-tiba rusak khan? Gila! Gak bisa positif thingking ternyata benar-benar menyiksa.
*Ya Rabb, sejak kapan hamba jadi orang moody kayak gini :'(
Diperparah dengan kertas catatan renungan gw tiba-tiba raib entah kemana! Gw kira kecerobohan stadium 4 gw sudah hilang, tapi ternyata belum.
Renungan sudah mau mulai. Akhirnya nekat ngisi renungan tanpa catatan. Entah apa yang akan gw katakan.
*Ya Rabb, bantu hamba. Bantu hamba. Bismillahirahmanirrahim.
Rakit Bambu..
Gw disini gak akan merangkai kata-kata bijak
Gw disini gak akan menguntai kata-kata yang mengharu biru
Gw cuma mau mengenang sebuah cerita
Cerita yang cuma kita yang punya
Ya. Cuma Rakit Bambu yang punya
Semua ingatan gw tentang kejadian yang dialami Rakit Bambu dan orang-orang di dalamnya gw peras habis malam ini. Udah gak sesuai urutan catatan. Mood gw makin gak beres. Gw udah gak peduli apa saja kata-kata yang dari tadi sudah terlanjur keluar dari mulut gw. Yang gw tau, setelah ini gw harus minta maaf kepada panitia karena gw gak bisa maksimal.
Dan bagi orang-orang yang mendapatkan burung-burung kertas ini..
Terima kasih.
Terima kasih atas warnanya.
Itu warna kalian.
Warna yang pernah kalian torehkan selama 3 tahun bersama Rakit Bambu.
Warna yang telah mewarnai pelayaran kita
Warna yang cuma kalian yang punya, yang tak kan tergantikan oleh warna manapun..
Muhammad Alvi Khasyemi, atas tekad dan semangat yang mengalahkan rasa sakit kaki dengan menggunakan kruk selama MOS.
Nita Ayu Hapsari, yang rela kehilangan suara pada hari ketiga MOS karena hekter yang menancap di rahang atas yang berasal dari roti coklat itu.
Erbi Setiawan, atas komando angka 7 yang sempat membuat POSKO tertegun.
Adisty Faristania, atas keberanian wanita yang paling sering menjadi 'korban' POSKO selama empat hari.
Marisa Sugangga, atas kecerian dan ketegaran seorang sekretaris acara terbesar Rakit Bambu yang tak jarang dirundung masalah.
Ryan Fajar Febrianto, atas keikhlasan menjadi seorang koor acara 'sejati'.
Kiagus Aufa Ibrahim, atas ketahanan mental yang luar biasa dari seorang ketua panitia acara.
Qiyamuddin Robbani, atas keikhlasan untuk menekan ego sementara dalam pengejaran mimpi, demi membentuk perisai keislaman dalam jiwa kesatria muda.
Ignasius Setiadi, yang berhasil 'ngerjain' gw sebagai ketua SPL.
Rizki Prasetyo, yang selalu sukses membuat jantung gw hampir copot setiap tanding di SPL.
JBS dan Pulang Mudik, atas Pertandingan Final SPL yang LUAR BIASA!
Darry Giovanno, atas segala talenta musik, kemampuan organisasi, dan bergaul yang menyenangkan.
Ashar Fuadi, yang sampai hari ini tengah berjuang untuk membawa nama SMANSA ke Kanada melalui Olimpiade Komputer Tingkat Nasional.
Aglentia Dwifitri, yang gak pernah lelah dikerjain oleh anak-anak.
M.Ridzki Wibowo, atas proses perubahannya selama 3 tahun di Rakit Bambu.
Riki Adi Setiawan, yang ikut mati-matian jualan baju demi membantu anak-anak OSIS selama selama SMANSA DAY lalu.
Deka Permana dan Ginanjar Hadiwijaya, atas contoh persahabatan yang menyenangkan.
Anggit Hantoro, yang selalu berhasil membuat Rakit Bambu berdecak kagum dan gak nyangka.
Rayanda Muhammad Abunawan, atas prestasi yang diukir di akhir pelayaran, Peraih Nilai UN Tertinggi SMAN 1 Bogor, lolos FTTM ITB lewat USMD, dan lolos Akuntansi UI lewat SIMAK.
Muhammad Fahreza Kautsar, ketika sebagian orang ambruk karena gagal dalam pencapaian mimpinya sekali, dua kali, mental yang ambruk itu gak pernah gw liat dari raut wajah lw yang telah gagal sebanyak 8 kali.
Fauzia Ratna Furi dan Dimash Narendra, atas ikatan yang bersahaja.
Dan sekarang, di tangan kalian sudah terdapat satu burung kertas.
Terima kasih kawan. Terima kasih.
Kalian tau? Itu warna kalian.
Ya warna kalian yang telah kalian berikan selama 3 tahun pelayaran ini.
Warna yang cuma kalian yang punya.
Karena setiap dari kita, telah menorehkan warna yang berbeda untuk pelayaran ini.
Dan nanti, setelah kalian membuka mata kalian...
Berikan burung kertas yang ada di tangan kalian kepada orang yang kalian anggap paling mewarnai hari-hari kalian selama pelayaran ini.
Ucapkan terima kaih dan katakan padanya bahwa ia telah mewarnai hari-harimu
warna yang gak akan pernah bisa dihapus oleh penghapus kehidupan manapun.
Ucapkan terima kasih.
Sebelum ia benar-benar pergi..
Pergi untuk mememberikan warna di cerita yang lain..
Dan sekarang, buka mata kalian..
Mocca sudah di panggung dan langsung menyanyikan lagu Remember saat Rakit Bambu membuka mata. Gw langsung undur diri dari panggung.
Gw istigfar gak berhenti-berhenti sepanjang perjalanan. Gw gak tau renungan tadi menghasilkan sesuatu atau enggak. Gw gak tau renungan tadi telah menyakiti hati orang lain atau enggak. Gw gak tau.
Gw langsung lari dan pamit buru-buru ke Ifan, Ndi, Andin, Erbi, dan orang-orang yang gw temui menuju pintu keluar. 10.45. Ayah gw udah nunggu dari tadi.
*Maafin Icha, Pak :'(
Sambil pamit gw gak berhenti bilang :
"Maafin gw ya, maafin gw gak maksimal banget renungannya.
Maafin kalau ada yang gak ngenakin :'("
Setidaknya gw masih bisa sedikit tenang melihat senyum dari Ndi, Ifan, Andini, Icha, Alvi, dan Belagar. Belagar? Ya, Belagar yang notabanenya gak deket sama gw tiba-tiba nyalamin gw, "Tuti makasih ya. Makasih banyak!"
Subhanallah, Alhamdulilah :')
Gw langsung lari dengan hak tinggi gw menuruni tangga. Untung hak gw gak patah. Kalau patah bisa jadi Cinderella gw! Hahaha :P
*Terima kasih Ya Rabb. Terima kasih karena Engkau gak pernah meninggalkan hamba sendirian, kapanpun, dimanapun..
Dan perjalanan pulang malam ini, ditemani dengan istigfar dan hamdalah yang gak ada habisnya :)
*Untuk Fauzia Ratna Furi, Dimash Narendra, Kiagus Aufa Ibrahim, Ryan Fajar Febrianto, Marisa Sugangga, Nita Ayu Hapsari, dan Muhammad Alvi Hasyemi, burung kertas yang kalian terima malam ini, bukan hanya ucapan terima kasih dari Rakit Bambu atas warna yang pernah kalian berikan. Tapi burung kertas itu pun ucapan terima kasih dari gw. Terima kasih karena kalian pernah mewarnai hari-hari gw di Rakit Bambu :)