Sabtu, 29 September 2012

Menghangat (3)

Naik fase CK OSIS 2012.

Rasanya, kayak dilempar sama mesin waktu milik Dorameon. Dilempar ke masa-masa 5 tahun yang lalu. Masa-masa di mana gw diberondong pertanyaan yang tak gw mengerti. Karena gw segitu gak maunya ditanyakan hal-hal macam itu. Gw hanya ingin jadi anak kelas 1 SMA biasa. Anak kelas 1 SMA  pada umumnya. Bukan anak kelas 1 SMA yang dipaksa menjawab pertanyaan yang tak gw mengerti. 

Sejurus kemudian, gw serasa dilempar ke masa satu tahun setelahnya. Masa-masa di mana gw tahu apa yang akan ditanyakan kepada gw. Masa-masa gw tahu apa yang harus gw jawab. Walaupun tetap saja, tahu pertanyaan dan jawabannya tidak menjamin tidak akan menguras air mata.

Lemparan pun masih berlanjut. Sekarang gw dilempar ke masa-masa gw yang memberondong pertanyaan. Gw yang bertanya pake emosi. Gw yang bertanya pake nada tinggi. Pertanyaan yang dilemparkan dengan nada tinggi dan emosi yang datangnya dari hati.

Sampai akhirnya, gw dilempar ke tempat terakhir. Gw dilempar ke salah satu sudut ruang kelas. Gelap. Hanya ada cahaya matahari sore yang ribut mencari celah dari ventilasi yang dipaksa bersembunyi di balik kain hitam. Menjadi latar dari semua percakapan yang terjadi.

Gw duduk diam. Melihat. Melihat semua kejadian yang terjadi di masa-masa lima tahun yang lalu, direplikasi di zaman yang berbeda. Gw duduk diam. Mendengar. Mendengar semua pertanyaan dan jawaban. Mendengar semua nada tinggi dan emosi itu. Satu hal yang sama. Hal yang tidak berubah dari masa ke masa. Pertanyaan-pertanyaan itu. Jawaban-jawaban itu. Teriakan-teriakan itu. Semua nada tinggi itu. Tatapan mata yang hanya berjarak sekian centi itu. Sama. Bersumber dari tempat yang sama.

Di tengah kegelapan itu, mendadak sekujur tubuh gw menghangat. Menjalar ke dada. Memenuhi wajah. Dan nyaris gak bisa gw bendung di sudut mata. Apa yang lw rasakan ketika lw melihat ada seseorang yang begitu marah, menggunakan nada tinggi, dengan tatapan menghujam kepada orang di hadapannya karena sebuah rasa sayang? Sebelum kehangatan itu benar-benar tak terbendung di sudut mata, gw pun mendongakan kepala. Terpejam.

Gw pun menarik nafas. Menguatkan diri untuk melihat kembali replikasi masa-masa 5 tahun yang lalu. Sudut mata gw menangkap sebuah pemandangan di dalam ruang gelap itu. Dua orang. Seorang laki-laki dan perempuan. Posisinya, yang laki-laki berdiri di depan yang perempuan. Berbaris. Tengah diberondong dengan pertanyaan. Jarak yang cukup jauh membuat gw gak benar-benar bisa mendengar percakapan apa yang terjadi diantara tiga orang tersebut. Dua orang dan satu orang si pemberondong pertanyaan. Satu hal yang gw bisa pastikan, laki-laki dan perempuan itu calon orang-orang berhati besar. Sama kayak kakaknya yang memberondongnya dengan pertanyaan. Sama kayak kakak-kakak sebelumnya, yang di mata gw, selalu menjadi orang besar yang berhati besar.

Sekian detik kemudian, yang laki-laki berbalik kanan. Wajah yang laki-laki dan perempuan kini berhadapan. Yang laki-laki menarik nafas  panjang. Tersenyum. Dibalas senyum oleh yang perempuan. Tanpa percakapan. Yang laki-laki menatap mata yang perempuan. Menganggukan kepala perlahan. Mengepalkan tangan kanannya dan menghadapkannya ke depan. Menggantungkannya siap menyambut kepalan tangan yang sama. Yang perempuan menarik nafas panjang. Menganggukan kepala perlahan. Menyambut kepalan tangan yang laki-laki. Sepersekian detik kepalan tangan itu beradu. Sampai akhirnya yang laki-laki kembali berbalik kanan. Komunikasi nonverbal yang menggetarkan itu, seolah mengisi energi untuk kembali diberondong pertanyaan.

Mendadak mata gw panas. Apa yang lw rasakan ketika melihat ada dua orang yang saling beradu kepalan tangan, saling tersenyum, menganggukan kepala, dan saling menguatkan tekad untuk jadi sedikit orang yang mau jadi manfaat untuk sekitarnya? Gw mendongakan kepala, lagi.

Sebuah suara dari arah depan pun mengalihkan perhatian gw. Di tengah-tengah kegelapan, gw mencari dari mana arah sumber suara. Wajah sang sumber suara pun gw temukan. Gw tersenyum. Kamu benar-benar diandalkan oleh banyak orang ya, Dek? Gw gak pernah benar-benar dekat dengan si pemilik suara. Tapi gw tahu, si pemilik suara pernah ada di tempat yang gw tempati. Ia juga disayang oleh banyak orang.

Sampai akhirnya, nama-nama itu pun disebutkan. Air mata pun tumpah sore itu. Benar khan? Tau pertanyaan dan jawabannya, tidak benar-benar menjamin tidak akan menguras air mata.

Selamat untuk seluruh CCK OSIS 2012. Baik yang terpilih menjadi CK ataupun yang harus berhenti. Selamat mengaplikasikan materi yang pernah disampaikan. Tentang ikhlas itu... berbuat sesuatu.

Apakah cerita kalian mirip si A yang dipaksa ikhlas atas penilaian yang berlebihan terhadap dirinya? Apakah mirip si B yang dipaksa ikhlas setelah dijatuhkan dari ekspektasi yang terlalu tinggi? Yang penting, bukan soal cerita kalian mirip A atau B. Tapi tentang pemahamannya. Tentang ikhlas itu... berbuat sesuatu.

Sampai jumpa di Pra-BLDK. Semoga saat itu, ada yang bisa gw simpulkan. Apakah kalian benar-benar paham bahwa ikhlas itu... berbuat sesuatu :)

2 komentar:

Regia Purnama Shofriyah mengatakan...

*Meringding teh bacanya*

Shanti mengatakan...

duh tut, gw merinding bacanya..