Sabtu, 08 September 2012

Hanya Mencari Tahu

Grand Launching Gerakan UI Mengajar Angkatan 2.
Kamis, 6 September 2012.
Aula Terapung Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia.

Akhirnya, satu-satunya keraguan yang selama ini cuma dipertanyakan dalam hati, menemukan tempat penyalurannya.
Assalamualaikum wr.wb. Selamat sore Kak Akbar dan Kak Grace. Sebelumnya terima kasih untuk kesempatannya. Nama saya Tuti dari Psikologi UI 2011. Pertanyaan ini saya tujukan untuk Kak Akbar dan Kak Grace. Kak, salah satu kejadian yang menarik perhatian saya saat saya mendengar cerita-cerita GUIM angkatan 1 dan kisah-kisah yang saya baca di buku Indonesia Mengajar adalah saat momen kepulangan para pengajar dari titik di mana ia ditempatkan ke tempat tinggal asalnya. Momen-momen kepulangan itu selalu begitu mengharukan. Yang saya tangkap, anak-anak tersebut merasa kehilangan sosok, kalau di GUIM selama kurang lebih satu bulan dan di Indonesia Mengajar selama kurang lebih satu tahun, sosok guru yang pernah menginspirasinya, sosok yang pernah menyentuhnya, bahkan sosok yang mungkin menularkan ketulusan kepada mereka. Pertanyaan saya, apakah hal itu tidak menimbulkan luka untuk anak-anak tersebut? Selanjutnya, apa bentuk usaha dari GUIM dan Indonesia mengajar sendiri untuk terus menjalin silaturahmi dengan anak-anak tempat pengajar ditempatkan, walaupun mereka memang ditinggalkan inspirasi, agar mereka tidak benar-benar merasa kehilangan sosok yang menginspirasinya?
Namanya panggilannya Kak Grace. Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar angkatan 2 yang ditempatkan di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Ketika ia mendeskripsikan betapa pantai timur Indonesia luar biasa indah, dengan warna laut biru berlian dan warna langit bak diwarnai dengan crayon, gw mengernyitkan dahi.

Kosakata yang ia pilih untuk mendeskripsikan keindahan itu, seperti pernah gw dengar sebelumnya. Iseng gw ambil buku Indonesia Mengajar 2 yang belum selesai gw baca di dalam tas. Benar saja. Ternyata, beberapa hari lalu gw baru saja membaca tulisannya, dengan beberapa deskripsi yang tidak jauh berbeda.

Jawabannya atas pertanyaan yang gw ajukan? Sukses meruntuhkan satu-satunya keraguan yang sempat tak memiliki jawaban yang meyakinkan. Bismillahirahmanirrahim. Gw memilih jalan ini.

Grand Launching selesai. Setelah diyakinkan Rima dan Acy untuk menghampiri Kak Grace, daripada kebawa mimpi, gw pun memberanikan diri mencegat Kak Grace yang sedang beranjak meninggalkan aula terapung. Melepaskan antusiasme.
Kak Grace : Kamu kelihatan antusias sekali, Tuti :)
Kawan, pernah merasa sangat bersemangat? Sangat antusias? Saking bersemangatnya, saking antusiasnya, suara lw bergetar. Urut-urutan kata saat berbicara berantakan. Terdistraksi dengan emosi yang sedang meledak-ledak. Itu terjadi saat gw bertanya tadi. Saat gw sedang berhadapan dengan Kak Grace saat ini. 

Tidak ada rencana pembicaraan. Tidak ada daftar pertanyaan yang diajukan. Tapi perbincangan itu mengalir begitu saja. Tentang fenomena bullying yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia bagian Timur. Fenomena yang amat sangat dianggap sebagai sesuatu yang biasa di sana. Tentang konsistensi Kak Grace untuk pelan-pelan menanamkan nilai bahwa tangan bukan digunakan untuk memukul. Tentang fakta bahwa kekerasan dalam proses pendidikan di Indonesia... masih ada. Dan dianggap sewajarnya.

Urut-urutan kata gw yang masih berantakan akibat emosi yang terlalu meledak-ledak, seolah tertangkap mata Kak Grace. Seolah membantu untuk meredamnya pelan-pelan...
Kak Grace : Kamu fakultas apa?
Gw : Psikologi, Kak.
Kak Grace tersenyum. Pelan-pelan memeluk gw.
Kak Grace : Kamu belajar yang baik ya, Tuti. Indonesia butuh psikolog-psikolog keren :)

Thanks for your warm hug, Kak Gracia :')

***

Sambutan Kak Faldo, Ketua BEM UI 2012.
.. Selamat bertanding sebagai pengajar!
Maaf, Kak Faldo. Kalau boleh tidak sependapat, saya ke sini, memberanikan diri mengisi data diri, bukan untuk bertanding. Saya hanya ingin mencari tahu, apakah di sini, saya punya kesempatan untuk memberi arti, atau tidak.

0 komentar: