#14 - Ya, Memang Pilihan

Liburan itu...

Menulis apa yang mau gw tulis. Membaca apa yang mau gw baca. Dan menemui orang-orang yang ingin gw temui :D

Bogor.

Gw selalu ngerasa lagi ada di negeri dongeng kalau lagi di Bogor. Di negeri dongeng, peri-peri baik bertebaran di mana-mana. Keajaiban-keajaiban, baik besar maupun kecil, selalu datang silih berganti. Bukan berarti tidak ada orang jahat di negeri dongeng. Tapi kebanyakan, sekalinya ada orang jahat pun selalu bisa dikalahkan atau malah dijadikan orang baik oleh peri-peri baiknya, oleh orang-orang baiknya. Akhir ceritanya selalu happy ending. Gak semua sih. Tapi kebanyakan. Sekalinya ada momen terburuk yang terjadi di tengah-tengahnya, ujung-ujungnya pasti menjadi akhir yang bahagia.

Hal itu pula yang gw rasakan di sini, di kota kelahiran gw. Dalam bentuk yang berbeda tentunya. Buat gw, di sini gw selalu dikelilingi orang-orang baik. Siapapun itu. Selalu ada keajaiban-kejaiban, kecil maupun besar, yang datang silih berganti. Bukan berarti tidak ada orang jahat di kota ini. Tapi kebanyakan, di sekeliling gw, sekalinya ada orang jahat pun, masih bisa tersenyum, masih bisa dirangkul, masih bisa menjadi orang baik. Akhir cerita yang gw alami di sini pasti selalu bahagia. Gak semua sih. Tapi kebanyakan. Sekalinya ada masa-masa kejatuhan gw yang terjadi di tengah-tengahnya, ujung-ujungnya pasti menjadi akhir yang bahagia. Atau paling tidak, gw selalu mengkondisikan bahwa itulah akhir yang bahagia.

Sayangnya, kemiripan Bogor dengan negeri dongeng ini, membuat gw sering menutup mata dan telinga dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kemiripan ini yang membuat gw selalu menganggap semua-orang-adalah-orang-baik. Membuat gw selalu menganggap semua-akan-baik-baik-saja.

Di kota yang terkenal dengan kota hujan inilah gw mengahabiskan waktu untuk melakukan kegiatan kedua yang gw sebutkan di kalimat awal. Tidak tanggung-tanggung. Gw menghabiskannya sepanjang minggu kemarin dalam keadaan Bogor yang hujannya lagi gak ada matinya. Sambil bergelung di dalam selimut, di kasur yang empuk, ditemani segelas cappucino hangat, gw tenggelam di dalam buku-buku yang gw rampok dari beberapa teman gw.

Dan gw benar-benar tenggelam dalam kenyamanan negeri dongeng gw.

Satu hari dari sepanjang minggu itu, ada yang berbeda. Gw gak cuma sekedar bergelung di dalam selimut, di kasur yang empuk, ditemani segelas cappucino hangat, dan tenggelam di dalam buku-buku yang gw rampok dari beberapa teman gw. Di saat yang bersamaan, gw pun ditemani selesntingan-selentingan percakapan yang gak pernah gw dengar sebelumnya (kecuali memang gw yang selama ini menutup telingandari pendengaran-pendengaran ini). Bogor menampakkan wujud aslinya. Entah ini memang baru terjadi atau -lagi-lagi- gw yang menutup mata atas semua kejadian ini.

Bagai potongan-potongan film yang ditampilkan perlahan-lahan di depan mata gw sendiri, kenyataan itu benar-benar dibentangkan  tanpa ampun di depan mata gw.

Gak-semua-orang-adalah-orang-baik. Semua-gak-selalu-baik-baik-saja.

Kepala gw mendadak pening. Ubun-ubun gw berdenyut. Pandangan gw buram dari buku-buku yang gw baca seolah memaksa gw untuk melihat adegan-adegan di dunia nyata. Di dunia yang sebenarnya. 

Gw semakin pening. Apa yang gw dengar, lihat, dan rasakan saat itu, gak sinkron dengan definisi negeri dongeng gw. Gw mentah-mentah menyangkal dengan apa yang terjadi hari itu. Gw memtuskan untuk kembali bergelung di dalam selimut, di kasur yang empuk, ditemani segelas cappucino hangat, dan tenggelam di dalam buku-buku yang gw rampok dari beberapa teman gw. 

Tua itu keniscayaan. Dewasa itu pilihan.

Basi ya?

Tapi ternyata memang begitu. Dewasa itu ya, memang pilihan.

Setelah mengkhatamkan satu buku lagi, gw memutuskan untuk bergerak. Menghentikan rutinitas gw untuk bergelung di dalam selimut, di kasur yang empuk, ditemani segelas cappucino hangat, dan tenggelam di dalam buku-buku yang gw rampok dari beberapa teman gw. Gw memutuskan untuk menjadi dewasa lebih awal. Gw memutuskan hengkang dari Bogor dan kembali ke Depok lebih awal. Depok belakangan selalu memaksa gw untuk bergerak. Setidaknya bergerak untuk menghilangkan pening setelah melihat kenyataan yang mulai tidak sesuai dengan definisi negeri dongeng gw.

 Sekelebat sebuah ingatan memenuhi kepala gw. Hanya dalam hitungan minggu, gw genap berkepala dua.

*Pelatihan untuk melihat kenyataan dulu sepertinya, Tuth. Biar penyikapan bisa berbanding lurus dengan pertambahan usia.

#Cerita Tambahan

Satu hari sebelum gw hengkang dari Bogor dan kembali ke Depok, di NF Paledang. 

Di meja staff bagian depan, gw duduk sambil membolak-balikan halaman demi halaman buku yang gw pegang. Seorang siswa SMA datang.  Laki-laki. Badge identitas sekolah tertutup oleh jaket. Mendaftar. Duduk persis di samping gw. Sebut saja dia anak-SMA-yang-baru-gw-kenal a.k.a asybgk.

gw : (melirik, tersenyum sopan)

asybgk : (tersenyum sopan)

mba dewi : Kenapa senyum-senyum, Tuth?

gw : heu, gapapa mbak. Asa kenal saya sama dia.

asybgk : (diam, mengisi formulis pendaftaran)

gw : eer, anak sma mana?

asybgk : saya sma 1 (tersenyum, aneh..)

gw : pantesaaan..

mas ade : anak smansa ada tandanya ya, Tuth?

gw : iya mas, di jidatnya tuh kayak ada tulisan, "gw anak SMANSA". Auranya beda.

Intinya, dia adik kelas gw. Mengalirlah cerita. Tentang pendaftarannya di tempat les pertamanya ini. Tentang cita-citanya. Tentang kepanitiaan OASE. Tentang ekskul dan organisasinya.

gw : lw anak KIR-DKM ya?

asybgk : iya, teh.

gw : tuh khan bener.. potongannya gak berubah yaa..

Dan gw pun melupakan satu fakta penting lainnya.

gw : bentar, lw berarti khan kelas 3 ya? Berarti lw gw yang nge-MOS dong?

asybgk : iya teh.. teteh khan posko saya..

gw : ya ampuuun..

asybgk : makanya teh, saya kira teteh bercanda nanyain saya sma berapa (dengan nada suara, asli, polos banget)

Cerita mengalir lagi. Tentang banyak hal. Sampai akhirnya..

asybgk : teteh libur sampai kapan, Teh?

gw : 13 Februari. Libur gw lama euy, sampe lumutan gw, hahaha

asybgk : 13 Februari? 13 hari setelah 13 Februari ada apa ya teh? (sambil senyum-senyum)

gw : Hah? (loading lama)

asybgk : iyaa, 13 hari setelahnya hari apa?

gw : (baru nyambung dan langsung mikir, "jangan-jangan nih anak ulang tahunnya sama kayak gw?") Jangan bilang lw ulang tahun tanggal 26 Februari?

asybgk : enggak kok teh, hehehe..

gw : Terus apa dong? 13 hari setelah tanggal 13 Februari khan ulang tahun gw?

asybgk : ya emang ulang tahun Teteh :D

gw : hah? lw inget ulang tahun gw??! (asli gw kaget)

asybgk : inget dong teeh! Duluan ya teh, istirahatnya udah mau beres.. (kembali ke sekolah dengan meninggalkan gw yang masih tercangak-cangak)

Gw baru pertama kali kenalan, ngobrol langsung ngalir gitu aja, dan ternyata dia hafal tanggal lahir gw? Sepertinya gw gak benar-benar kehilangan definisi negeri dongeng gw.

Untuk anak-sma-yang-baru-gw-kenal, belajar yang bener yaa. Semoga salah satu dari FTMD ITB, Metalurgi UI, atau SIL IPB jadi salah satu tempat yang diridhoi-Nya untukmu tahun ini. Amin.