Minggu, 22 Januari 2012

#17 – Dari Soto Paru, Bedah Perpus Jilid 2, Sampai Vektor dan Resistor

Hari ini (Selasa, 17 Januari 2012)  joging ke 6 gw selama liburan.  Rute lingkar luar UI. Waktu 65 menit. Lebih cepat 10 menit dibandingkan joging ke 4 dengan rute yang sama. Yippi :D Kali ini gw gak sendiri. Gw joging ditemani oleh Hanifah -biasa gw panggil dengan sebutan Nipeh- yang merupakan caang 5 Gandewa juga.

Oia, yang namanya lingkar luar UI itu, mengelilingi lingkar dalam UI terlebih dahulu, mulai dari Psikologi, Hukum, MUI, Balairung, FKM, FMIPA, PNJ, Kukel, Gym, Stadiun UI, sampai Kutek. Pokonya ngikuti jalur Bikun merah lah. Setelahnya, rute tidak dilanjutkan dengan menelusuri FT, FE, FISIP, dan Psikologi, tapi dilanjutkan dengan menempuh sebuah jalan alternatif di sebelah Kutek. Jalan tersebut membelah hutan UI dan  penghujungnya merupakan Asrama UI.  Rute dilanjutkan dengan menyusuri jalur Spekun yang bermula dari asrama UI. Menyusuri Rumah Makan Mang Engking, danau UI yang lain,  UI Wood, Gerbatama, Stasiun UI, sampai kembali ke Psikologi lagi.

Awal-awal jogging gw masih lari beriringan dengan Nipeh. Lama-lama gw di belakang Nipeh karena ritme jogging Nipeh lebih cepat dibandingkan dengan gw. Lucu loh kalau ngeliat Nipeh lagi jogging. Sambil jogging, Nipeh yang merupakan penggemar K-Pop ini, suka melakukan taran-tarian kecil. Konon, tarian-tarian itu adalah gerakan-gerakan yang sering dilakukan oleh artis-artis K-Pop itu sendiri. Ngeliat Nipeh jogging sambil nari-nari gitu tuh kayak menikmati jogging banget. Berbanding terbalik banget sama gw yang jogging malah dipake mikir banyak hal yang bikin kening keriput.

Makin lama gw semakin tertinggal oleh Nipeh. Buset daah, Nipeh kayak kancil banget. Larinya kayak loncat-loncat, cepet banget! :D Sampai pada akhirnya, punggung Nipeh hilang dari pandangan gw. Di kepala gw masih terbayang-bayang Nipeh yang jogging sambil menari-nari dengan kecepatan kayak kancil. Di saat yang bersamaan, gw udah mulai nyeret-nyeret kaki yang mulai minta berhenti -_-“

Hal yang paling menyenangkan dari jogging adalah ketika pada akhirnya segala bentuk pemaksaan yang dilakukan secara fisik (baca : nyeret-nyeret kaki) maupun mental (baca : mengibarkan bendera permusuhan dengan berhenti di tengah-tengah) berhasil membawa badan gw untuk mencapai garis finish! :D

Atau yang oleh gw biasa disebut dengan berhasil merasakan sensasi pipi kesemutan lagi :D

Setelahnya, kami memutuskan makan di Kanlam. Kanlam yang merupakan kependekan dari Kantin Lama merupakan kantin Fakultas Psikologi UI selain Kancil. Makanan-makanan di Kanlam memang tidak cukup bervariasi dibandingkan dengan Kancil. Terlepas dari fotokopian, rental komputer, wartel, dan toko merchandise, Kanlam hanya terdiri dari satu kios minuman dan satu kios makanan. Kios minuman, yang didalamnya dikenal dengan sosok Mas Geboy, terdapat beberapa aneka jus dan minuman. Adapun kios makanannya memiliki menu aneka nasi, aneka mie, aneka soto, aneka hot plate, aneka ayam, dan beberapa jenis makanan lainnya. Walaupun hanya terdapat dua kios, bukan berarti tidak ada makanan enak disini :D

Kalau Kancil gw recommended banget sama yang namanya Ayam Lodho, di Kanlam gw recommended banget sama yang namanya Soto Paru! :D Pertama kali gw tahu ada makanan enak macam ini dari Annas, jaman-jamannya magang kastrat.

Soto Paru Kanlam memiliki penampilan layaknya soto pada umumnya. Soto berkuah kuning dengan daging di dalamnya. Bedanya, dagingnya diganti dengan paru sapi. Paru nya pun digoreng terlebih dahulu sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam kuah soto. Kriuk abis! Nyaam. Selain paru, terdapat pula potongan dadu kentang goreng, tomat, dan emping di dalamnya. Nyaam nyaam.

 Soto Paru Kanlam

Soto Paru  biasanya disajikan saat panas. Setelah dicampur kecap, sambal, dan jeruk nipis, alamaaaak..nyam..nyam..nyaam.. Subhanallah banget lah rasanya :D Sepanjang perjalanan gw merekomendasikan Soto Paru ini ke temen-temen gw yang lain, belum ada yang bilang gak enak nih soto. Satu porsi soto paru, lengkap bersama sepiring nasi, dihargai Rp 9.000. Worth it lah sama rasanya :D

Tapi, tapi, tapi, selain Soto Paru, yang membuat gw lebih sumringah pagi ini adalah jus belimbing Mas Geboy! Yippi :D Akhirnya stok jus belimbing Mas Geboy tersedia lagi. Bersama soto paru, gw pun memesan segelas jus belimbing Mas Geboy. Habis jogging minum jus belimbing? Suegeeer rek >.<

Gw dan Jus Belimbing Mas Geboy, Kanlam

Setelah selesai makan, gw dan Nipeh kembali ke habitat masing-masing. Nipeh kembali ke kostan dan gw kembali ke rumah kakak gw di daerah Mekarsari. Setelah mandi, nyuci, dan packing untuk kembali ke Bogor sore hari nanti, gw langsung kabur lagi dari rumah kakak menuju Perpustakaan Pusat UI.

Kompas sedang menyelenggarakan acara di Perpustakaan Pusat UI. Pameran foto dan pemutaran sebuah film. Pameran foto dan pemutaran film tersebut mengusung tema Ekspedisi Cincin Api. Sebuah program ekspedisi yang dilaksanakan oleh Kompas selama kurang lebih satu tahun untuk menelusuri daerah daerah yang termasuk ke dalam cincin api di Indonesia. Foto dan film tersebut menyajikan hasil dari perjalanan ekspedisi tersebut. Pameran fotonya telah diselenggarakan dari tanggal 10-17 Januari. Adapun pemutaran filmnya dilaksanakan tanggal 17 Januari 2012, yaitu hari ini :D

Gw datang terlalu pagi karena ternyata pemutaran filmnya diundur menjadi jam 1. Ngomong-ngomong, sepanjang jalan banyak banget banner dan pamflet tentang pemutaran film ini. Tapi gak ada informasi spesifik tentang lokasi pemutaran film. Tulisannya hanya “di Perpustakaan Pusat UI”. Helooo, Perpus pusat kayaknya ada 8 lantai deh -_-

Akhirnya, gw pun menyambangi seorang satpam wanita yang bertugas di depan pintu masuk perpus.
Gw : Permisi, Mba. Nonton bareng Film Ekspedisi Cincin Api di lantai berapa ya, Mba?
Mba Satpam : Di lantai 6, Dek. Jam 1 siang.
Lantai 6? Hehehehehehehehe. Pikiran gw langsung melayang ke Bogor. Lebih tepatnya ke Nisop dan Udin. Nisop! Udin! Akhirnya! Akhirnya! (tangan dikpal ke atas dengan raut wajah penuh kemenangan)(ketawa penuh kemenangan). Cerita sebelumnya tentang Nisop, Udin, dan lantai 6 perpus pusat, silahkan di baca di sini yaa. Gw akan menjejakkan kaki gw di lantai misterius itu, hahahaha

Sambil menunggu jam 1, gw menuju Bank BNI yang masih terletak di dalam gedung Perpus Pusat UI kalau-kalau ada yang bisa gw temui di sana. Benar saja. Gw masuk ke Bank BNI dan menghampiri Nipeh dan Rima disana. Rima sampe bilang gw cenayang karena gw bisa tahu kalau mereka sedang ada disana. Hahaha. Ngeri juga disebut cenayang. Padahal mah.. gw khan hanya mempelajar pola-pola, iya khan Teh Cune ;) FYI : Rima adalah teman caang 5 Gandewa gw juga.

Setelah shalat Zuhur, gw dan Nipeh berpisah dengan Rima. Gw dan Nipeh menuju lantai 6, sedangkan Rima tidak ikut nonton karena harus mengambil brosur Psikologi untuk kepentingan promosi di SMA nya. Jadilah gw menghabiskan waktu seharian dengan Nipeh :D

Gw dan Nipeh menuju lantai 6 Perpus Pusat. Benar apa yang dikatakan Rj, lantai 6 Perpustakaan Pusat UI adalah sebuah auditorium untuk nonton film bareng. Kalau yang dipublikasikan kepada orang-orang mah yaa bioskop mini gitu. Gw dan Nipeh datang terlalu cepat. Akhirnya kami turun lagi untuk mencari makan. Kami memutuskan untuk makan di salah satu kios yang ada di bagian samping perpustakaan pusat. Baso Malang.

Gw memesan baso spesial telor. Dengan harga Rp 15.000 satu porsi, gw berekspetasi bahwa telornya adalah telor ayam dengan ukuran normal. Setelah mangkok dihidangkan di hadapan gw, jeng..jeng! Telornya telor puyuuuh meeen, satu biji butir lagi -_-

Bakso Malang Perpustakaan Pusat UI

Kalau dari segi rasa memang enak. Tapi kalau dari segi porsi? Ibuu... harganya gak sebanding dengan porsinya :( pajaknya mahal kali yak?

Setelah makan, gw dan Nipeh kembali ke lantai 6.Wiih,  kali ini auditnya udah penuh. Gw dan Nipeh pun sebenarnya gak cukup dapet posisi yang strategis. Gimana ya menggambarkannya? Jadi auditnya itu bukan ruangan bak bioskop pada umumnya yang berbentuk persegi normal. Auditnya menyerupai huruf ‘L’ yang tidak sempurna. Pada huruf ‘L’ itu ada sebuah garis panjang dan sebuah garis pendek khan? Perpotongan kedua garis itu tidak membentuk sudut 90 derajat, tetapi membentuk sudut lebih dari 90 derajat. Naah, layar terbesar yang ada di ruangan tersebut hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang duduk di jajaran kursi di wilayah garis terpanjang. Adapun orang-orang yang duduk di jajaran garis pendek hanya bisa menonton melalui layar kecil seperti yang biasa digunakan untuk presentasi pada umumnya. Gw dan Nipeh salah satu yang duduk di jajaran garis yang pendek.

Sambil menunggu film dimulai, gw memerhatikan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Ada Ola dan Caraka. Ada Izzat yang merupakan teman gw di caang 5 Gandewa juga. Ada Kak Meutia, pengurus HUMUS (pecinta alamnya FEUI). Ada Kak Ucup, ketua KAPA (pecinta alamnya FTUI).  Film ini sepertinya cukup menarik perhatian orang-orang yang bersinggungan dengan alam dan lingkungan.

Film pun dimulai. Bercerita tentang ekspedisi yang dilakukan di Anak Krakatau. Bermula dari kisah meledaknya Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883. Tsunami dan perubahan iklim dunia sebagai akibat yang ditimbulkannya. Sisa-sisa tragedi alam yang masih bisa ditemukan sampai saat ini. Fenomena munculnya Anak Krakatau. Suksesi yang terjadi di Krakatau yang begitu cepat pasca penghancuran diri Gunung Krakatau. Sampai prediksi ilmuan tentang kemungkinan menyusulnya Anak Karakatu untuk melakukan penghancuran diri seperti yang pernah dilakukan oleh ayahnya tahun 1883.

Walaupun sempat mendapat kritik cukup pedas dari salah satu penonton tentang ketidaklengkapan beberapa unsur dalam film tersebut, buat gw pribadi film hasil ekspedisi tersebut cukup informatif untuk disaksikan. Lebih jauh lagi, pengambilan gambar yang oke banget membuat siapapun harus setuju kalau Indonesia punya keindahan alam yang wajib untuk dijajaki bagi siapa saja yang mengaku mencintai Indonesia sebagai tanah airnya :)

Pemutaran film Ekspedisi Cincin Api ini gak cuma tentang Anak Krakatau. Ada tentang Danau Tambora, Kawah Ijen, Gunung Agung-Rinjani, Gunung Semeru, dan beberapa kenampakan alam yang dikategorikan ke dalam wilayah cincin api di Indonesia. Walaupun hari itu gw cuma nonton bagian Anak Krakataunya, gw berkesempatan untuk meyaksikan beberapa cuplikan pendek film-film lainnya. Saat tiba di kenampakan Ranu Kumbolo di Gunung Semeru dan Danau Segara Anak di Gunung Rinjani, gw dan Nipeh pun grasak-grusuk sikut-sikutan :P

Yap. Kami pernah berada di sana. Bersama 5 cm nya Donny Dhirgantoro dan Sunset Bersama Rosienya Tere Liye :)

Jadi inget tabungan gw buat ke Rinjani. Ada yang mau ikut nabung? ;)

Selain tentang kenampakan alam yang dikategorikan ke dalam wilayah cincin api Indonesia, kami juga diperlihatkan tentang teknik foto 360 derajat yang digunakan oleh tim ekspedisi Kompas. Melalui teknik tersebut, saat melihat hasil fotonya, kita dibawa seolah-olah berada di titik di mana gambar itu diambil. Informasi lebih lanjut tentang eksepdisi cincin api dan teknik foto 360 derajat ini silahkan buka di cincinapi.com yaa :D

Pemutaran film selesai! Gw pun beranjak dari lantai 6 perpustakaan pusat UI. Lantai 6? Hehehe. Sebagai bukti kalau gw pernah menjejakkan kaki di sini, gw pun berfoto dulu di lantai yang beberapa hari lalu sempat gw anggap misterius! Hahaha. Ola aja ampe geleng-geleng ngeliat gw yang iseng banget foto disini :P

 Gw di Lantai 6 Perpustakaan Pusat UI
 
Dari tempat gw foto, terlihat jelas gedung Fasilkom dari ketinggian. Kalau dari jarak seperti ini, sekarang gw ngerti deh kenapa gedung Fasilkom sering disebut dengan rumah ninja, hehehe :P

Lift turun penuh. Akhirnya gw dan Nipeh pun turun melalui tangga. Kami pun tiba di lantai 5. Lantai 5? Hehehe. Lantai ini juga belum jadi gw jajaki nih sama Udin dan Nisop beberapa hari yang lalu karena terlanjur ilfeel dengan Bapak Satpam yang terhormat. Sebelum turun ke lantai selanjutnya, gw pun mengjajak Nipeh sebentar untuk menjajaki lantai ini. Gak ada ruangan yangberarti di lantai ini. Hanya ada lorong-lorong yang menghubungkan antara satu tempat ke tempat lain. Tapi ada deng satu hal yang menarik perhatian gw.  Tau Taman Teletubbies yang terletak di atas gedung Perpustakaan Pusat? Berupa tanah miring yang menyerupai bukit yang dipenuhi hamparan rumput hijau –yang sekarang rumputnya jigrak-jigrak karena belum dipotong-? Yang awal keberadaannya membuat gw bertanya bagaimana cara nyiram dan ngerawat tanaman di ketinggian seperti itu? Ternyata, lantai 5 inilah akses menuju kesana :D
Nipeh : Teh, mau difoto disana gak?
Hehehe. Makasih Peh. Tapi untuk kali ini, gak usahlah. Taman Teletubbies udah cukup indah kok tanpa salah satu Tubbie berfoto di dalamnya -_-

Gw dan Nipeh pun berpisah. Nipeh ke Spektra untuk membeli textbook semester 2, gw menuju ke Stasiun UI untuk kembali ke Bogor.

Seperti biasa, sebelum pulang, gw mampir dulu ke NF Paledang. Hari ini ada yang berbeda. Di Paledang, gw bertemu lagi dengan teman lama yang baru gw kenal.  Sama seperti tahun lalu, Jemi pun lagi menghabiskan liburan yang tinggal tersisa beberapa hari lagi. ITB memang gak berubah. Selalu terdepan dalam ujian dan liburan, hehehe :P Cerita sebelumnya tentang Jemi, silakan baca di sini yaa :)

Gw dan Jemi gak janjian untuk datang ke Paledang hari ini. Tapi satu hal yang kami sepakati bersama, selama masih ada Mas Yusuf dan Mas Ade, Paledang akan selalu bersedia menampung kami kapanpun kami mau kembali kesini.

Saat gw datang, pemandangannya gak jauh berbeda dengan tahun lalu. Jemi lagi ditodong sama siswa NF buat bantuin ngerjain soal. Hohoho. Lucu banget merhatiin anak SMA yang maksa banget Jemi buat diajarin, materinya tentang vektor. Di sisi lain, Jemi sedang berusaha mengingat-ingat pelajaran yang satu ini ditengah paksaan anak SMA itu. Wong jurusan perminyakan udah gak belajar ginian lagi.
Jemi : Tuth, gw lupa nih tentang vektor. Siapa tau lw bisa?
Jedaaaar. Maap-maap nih Jem, bukan bermaksud mengkotak-kotakkan ilmu pengetahuan. Saking lamanya gak ngitung nih ya. Gw mau bayar 3 mangkok mie ayam yang satunya seharga Rp 6.000 aja gw bayar dengan Rp 36.000 -_-“

Namanya Meta. Siswa akselerasi SMAN 6 Bogor. Gw yang tadinya cuma senyum-senyum ngeliatin dia yang lagi rusuh banget minta diajarin Jemi, akhirnya gw beranikan diri juga untuk berkenlan. Ternyata Meta salah satu siswa NF terlama. Ia sudah bergabung dengan NF sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Cerita tentang cita-citanya mau masuk PTN mana pun mengalir. Fakultas Kedokteran UI. Ternyata masih menjadi fakultas favorit di berbagai zaman. Tambah rusuh lagi ketika Meta tau Jemi anak SMA 7. SMAN 6 dan SMAN 7 Bogor, entah berawal dari mana, sama-sama mendeklarasikan bahwa mereka adalah musuh abadi. Dan pemahaman itu sepertinya dibawa di tiap angkatannya. Bahkan sampai ke Meta dan Jemi yang sejatinya berbeda angkatan. Walaupun permusuhan yang terjadi di depan gw lucu, berantem gara-gara soal matematika, hihihi.

Setelah puas konsultasi dengan Jemi mengenai vektor, Meta pun beralih ke Mas Zuhri, menayakan soal tentang resistor. Mas Zuhri adalah mantan guru NF gw. Guru fisika. Lulusan S1 Fisika UI dan S2 Fisika di Italia ini, saat ini tengah mengenyam penididkan S3 di Amerika Serikat. Keberadaanya di NF hari ini pun dalam rangka liburannya selama satu bulan. Di usianya yang masih sangat muda, dengan jenjang penididkan seperti itu yang berhasil ia dapatkan melalui beasiswa, gw gak ngerti lagi mau kemana arah hidupnya, hahaha :P

Sepanjang sore itu pun gw habiskan dengan tertawa. Tertawa karena membantu Jemi mengelabuhi Meta kalau Jemi adalah teman satu angkatannya, tertawa melihat ekspresi Meta yang kesal karena dikelabuhi, tertawa karena celetukkan celetukkan Mas Yusuf, yang seperti biasa, mulai tidak waras kalau sudah menjelang sore :P, tertawa karena melihat Mas Zuhri tertawa. Kawaan, melihat guru gw yang satu ini tertawa merupakan pengalaman langka. Buku Raditya Dika saja diniliainya tidak lucu sama sekali -_-“ Dan menertawakan hal-hal sepele lainnya. Gak penting sih. Tapi dibalik ketidakpentingan itu terkadang seseorang bisa melepaskan tawa yang sebenarnya :)

Sebelum pulang, gw sholat magrib dulu di Paledang. Sepanjang gw bercerita bersama Meta, Jemi, dan Mas Zuhri, Meta gak pernah beranjak sedikitpun dari kursinya. Saat dia beranjak berdiri untuk sholat, alaaaamaaaaak, jiper banget gw. Untuk ukuran anak kelas 3 SMA, Meta tinggi bangeeet -_- 171 cm aja loh tingginya. Gw yang berjalan bersisian dengan Meta ke mushola pun gak henti-hentinya menatap cangak tingginya yang begitu aduhai.

Gw  pun sholat berjamaah dengan Meta. Senang bisa berkenalan dengan salah satu keluarga besar Paledang lagi. Semoga citamu tahun ini dimudahkan ya, Meta.

Yap.  Satu lagi hari dengan mobilitas tinggi. Satu lagi hari dengan penjagaan tali silaturahmi. Satu  lagi hari dengan intensitas senyuman yang membumbung tinggi :)

4 komentar:

mas ade mengatakan...

pengen ke perpus pusat UI....

Anonim mengatakan...

wah, teh tuti semangat banget latian fisiknya. :D

...agak sedih ga bisa ikutan nonton di perpus pusat. hiks...

kapan-kapan aku ikutan jalan-jalan bareng teh tut yaaaaak. xD

awan biru mengatakan...

woh ternyata :D tpi ga ada apa2 kan tuth? hha.. kmrn kita udah netting duluan aja yak
eh, pgn nyobain tuh ke atap rumah tubbie nya hhi

tuth, keren bgt lho itu yg foto 360 drajat.. :D

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@mas ade : ayolaaah mas, dari kemaren pengen mulu, beneran jadi doong :D minta temenin si jego juga tuh mas :D

@gugum : gumiiii :D haha, iya nih gum, lagi semangat-semangatnya :) siiip, ntar kita jalan-jalan bareng yaa ;)

@nisop : hehehe, iya sop, gak ada apa-apa kok ;)

sekarang atap tubbienya lagi jelek sop, belum dipotongin rumputnyaa.

iyaaa, kereen bet sop! :D