Bogor dikenal dengan Kota Hujan. Bandung dikenal dengan
Kota Kembang. Setelah satu semester hidup sebagai orang Depok, beberapa bulan
lalu gw baru tahu kalau ternyata Depok juga punya sebuah julukan. Depok dikenal
sebagai Kota Belimbing :D
Gw mengetahui hal ini dari gapura perbatasan antara Kota
Depok dan Jakarta Selatan
yang terletak di Jalan Raya Margonda. Di gapura tersebut, terdapat duplikat
beberapa buah belimbing besar berwarna kuning yang menggantung di tiang-tiang
gapura tersebut. (Minta digigt banget deh
tuh belimbing. Udah gede, kuning lagi) Awalnya, gw bingung kenapa coba
disebut Kota Belimbing? Wong selama satu semester gw ngubek-ngubek Kota Depok,
jarang banget gw lihat pohon belimbing di sini. Tapi ternyata, bukan tanpa
alasan juga mengapa Depok dinamakan Kota Belimbing. Jaman dahulu, konon, di
kota ini memang menjamur pohon belimbing di setiap sudut kotanya. Tapi itu
dulu, sebelum pembangunan pertokoan dan gedung-gedung membanjiri Indonesia,
termasuk Kota Depok.
Si Kota Belimbing ini, ternyata sedikit banyak sudah
punya tempat di hati teman-teman gw yang sejatinya berasal dari non-Jabodetabek
:)
Hal tersebut
terbukti dari cerita beberapa temen gw tersebut pra kepulangannya ke kota asal
masing-masing selama liburan semester ini. Tidak seperti kepulangan sebelumnya yang
dirasa sangat antusias dan begitu dinanti, kepulangan kali ini begitu berbeda.
Ada yang mengaku bahwa liburan kali ini ngerasa gak siap ninggalin Depok. Ada
juga yang bilang ngerasa berat. Menurut gw pribadi, perasaan kayak gitu wajar
banget muncul. Satu semester bukan waktu yang sebentar untuk bisa membangun
sebuah ruang baru di hati teman-teman gw itu. Ruang yang terbangun dari susah
senang yang dialami selama satu semester. Ruang yang diisi oleh orang-orang
baru yang menemani buat ketawa dan bersitegang bareng.
Kata siapa hal dialami oleh teman-teman gw yang
non-Jabodetabek aja? Gw yang berdomisili di kota yang hanya berjarak 7 stasiun
dari Depok juga mengalami hal tersebut. Hal yang membuat gw seminggu kemarin
memtuskan menghabiskan liburan di Kota Belimbing ini :)
Selama seminggu kemarin, gw menghabiskan liburan di rumah
kakak gw yang notabanenya merupakan pasangan pengantin baru yang
berlokasi di daerah Mekarsari, Depok. Sebenarnya, gw hanya menghabiskan liburan
di rumah kakak gw pagi dan malam hari. Sepanjang siang dan sore gw
menghabiskannya di kampus dan keliling daerah Kota Belimbing lainnya.
Walaupun masih belum bisa mengalahkan sensasi kenyamanan
kalau gw sedang berada di kota kelahiran sendiri, Si Kota Belimbing juga udah
punya tempat di hati gw. Gw sudah mulai bisa berdamai dengan panasnya yang gak
nyantai. Menikmati hujannya yang memang gak seindah Bogor. Dan berteman dengan
macetnya yang gak gila-gila banget ternyata.
Dan beberapa hari yang lalu, gw pun menemukan fakta lain
lagi tentang Si Kota Belimbing ini. Tepatnya kemarin lusa sekitar pukul 23.30 WIB. Rj sms gw kalau
di langit Kota Depok sedang ada fenomena kilat yang tak berhenti bependar, tapi
tanpa disertai suara petir *berpendar
sebenernya buat bintang, tapi gw gak punya kosakata lagi yang lebih enak. Have
an idea? Fenomena tersebut sudah terjadi 20 menit saat Rj sms gw. Gw yang
lagi di kamar pun langsung berlari keluar kamar gw dan menuju taman di luar
rumah kakak gw yang letaknya memang lebih tinggi dari rumahnya.
Benar ternyata. Dan indah looh. Langit malam itu bukan
berwarna hitam, melainkan berwarna oranye. Sekian detik sekali kilatnya
menyala-nyala tanpa terdengar suara petir sedikitpun. Sepersekian detik gw
ngerasa merinding ngeliatnya. Gw pun sms Rj.
Allah Maha Keren ya, J? Selalu :)
Karena penasaran, gw pun nannya mbah guggle apa sebenarnya fenomena yang barusan gw lihat di langit
Kota Depok. Gw gak dapet jawabannya sih. Tapi gw mendapatkan fenomena yang
mirip dengan fenomena yang barusna gw lihat. Fenomena kemarin lusa mirip dengan
fenomena petir abadi yang terjadi di Venezuela. Namanya Catatumbo Ligthning. Fenomena kilat tanpa petir yang terjadi terus
menerus di salah satu danau yang berada di Venezuela tersebut terjadi karena kenampakan
alamnya yang diapit angin dingin Pegunungan Andes dan udara lembab dari
rawa-rawa. Miripnya lagi, petir abadi tersebut terjadi di sebuah danau, bukan
di daratan. Kalau di langit kota Depok, walaupun bukan terjadi di sebuah danau,
kilat yang muncul pun terjadi di lapisan langit yang cukup tinggi. Tidak sampai
menyentuh tanah. Kalau kata Rj, itu yang kemungkinan menyebabkan tidak
terdengarnya suara petir.
Gw pun masih mengatakannya mirip, bukan sama, karena
sebenarnya ada perbedaan yang cukup mencolok. Petir abadi di Venezuela yang gw
lihat di mbah guggle dan youtube , penampakannya begitu besar.
Panjangnya pun seolah-olah hendak menyentuh permukaan danau. Berbeda dengan di
langit Kota Depok kemarin yang hanya berpendar di atas.
Apapun nama fenomenanya, yang gw tahu, Allah gw selalu
Maha Keren. Selalu :)
Besok paginya, gw pun menemukan fakta lain tentang Si
Kota Belimbing ini. Menurut Tita, adik kelas gw yang sekarang berstatus sebagai
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok ternyata diklaim sebagai
kota dengan petir terbesar ke dua di dunia. Gw belum ngecek klaim ini valid
atau enggak, tapi kalau ngedenger fakta yang satu ini, ngeri juga gw dengernya
-_-
Dari keadaan alamnya, kita beralih ke wisata kuliner Si
Kota Belimbing :D Bukan wisata kuliner sih lebih tepatnya, melainkan wisata
minuman #apacobatuth? Selain es teh
manis, kalau lagi kaya minuman favorit gw setelah gw berdomisili di Kota
Belimbing ini adalah Jus Belimbing :D
Bukan karena nih kota namanya Kota Belimbing juga sih. Gw suka jus belimbing karena jus belimbing
termasuk jus yang gak berdaging, gak kayak mangga, alpukat, dan teman-teman jus
berdaging lainnya. Jus belimbing sebenarnya berdaging sih, tapi kalau didiamkan
sebentar, daging dan airnya bakal terpisah. Dalam keadaan seperti itulah gw
biasanya menikamti jus belimbing #segerrrr
>.< Gw gak gak terlalu suka
jus berdaging karena jus tersebut mengenyangkan. Sedngakan jus belimbing,
menyegarkaaaan. Brrrr. Jus belimbing itu bener-bener bisa bikin seger kalau
lagi gerah.
Jus Belimbing
Gw biasa beli jus belimbing di Mas Geboy, di Kantin Lama.
Harganya Rp 5.000. Harga standar segelas jus pada umumnya. Itu yang membuat gw
begitu ternganga ketika gw memesan segelas jus belimbing di Kafe Betawi, di Living World Alam Sutra
sewaktu ditraktir oleh tante gw. Rp 20.000 untuk satu gelas belimbing. Rasanya?
Rasa belimbing pada umumnya -_- Pajaknya gak naaahaaan, bro.
Waktu jogging beberapa hari lalu mengelilingi lingkar
luar UI pun, setelahnya gw transit di Kantin Lama. Niat awal mau memesan Jus
Belimbing. Sayangnya, kata Mas Geboy beberapa hari kebelakang stok belimbing di
penjualnya sedang kosong. Sedang kalah dengan rambutan yang memang lagi musim
:(
Dan seminggu liburan bersama Si Kota Belimbing pun berakhir
kemarin. Bener kata Davi, gw beruntung berdomisili di kota yang bisa dengan
mudahnya bolak-balik kalau lagi kangen sama Si Kota Belimbing. Dadaaah Depok.
Sampai ketemu dua minggu lagi. Semoga saat itu, stok jus belimbing sudah
kembali tersedia, ya. Setidaknya, ketersediaan jus belimbing bisa
mengantisipasi terjadinya anomali suhu yang gw rasakan di tengah musim
penghujan. Who knows? :D
Minggu depan?
Ingin menikmati musim hujan di Kota
Hujan :)
Gw : Depok kalau lagi hujan adem yaa..Murai : Solanya yang biasa bikin panas lagi gak ada di Depok, Teh.Gw : ... (menggaruk kepala yang tidak gatal sambil nyari yang jualan Jus Belimbing)
4 komentar:
kalau jus "berenuk" ada gak tut???
tau berenuk kan??? kalau gak tau cari di mang google.
kayanya rambutan gak pernah ada yg ngejud tut.... coba tuti bikin jus rambutan ntr ceritain rasanya di blog heheh (piiissss)
"diklaim" atuh tut bukan "di klaim" hehe
trs sengaja nulis guggle apa gmn?
@mas ade : berenuk teh naon mas? ntar cari ke mbah guggle aaah:D boleh banget tuh mas! ntar tuti coba bereksperimen dengan jus rambutan deh! hehehe :D
@t'cune : siap edit teh!
iya teh, sengaja nulis mbah guggle, hehehe..
Posting Komentar