Senin, 06 Desember 2010

Lihat kebun (binatang) ku...

6 Desember 2010
Penuh dengan uu...aa... (suara monyet gimana sih?)
Ada yang hitam dan ada yang bule
Setiap hari loncat dan memanjat
Owa simpanse semuanya indah (?), indah (?)

Sungguh Ibu Sud, tiada daya upaya selain meminta maap karena saya merusak kembali lagumu :P

Ada dua perbedaan mendasar antara kebun gw yang pertama dan kedua. Pertama, kalau kebun gw yang pertama penuh dengan pepohonan, kebun gw yang kedua ini penuh dengan pengguna jasa pepohonan (baik untuk dimakan, dihirup hasil fotosintesisnya, maupun sebagai tempat tinggal). Kedua, kalau lambang tak hingga cocok disematkan dalam perhitungan jumlah kunjungan gw ke kebun gw yang pertama, kalau kebun gw yang kedua, gw benar-benar baru berkunjung sebanyak dua kali. Saat kelas 5 SD, dan hari ini :D

Karena kebun gw yang kedua ini bernama Kebun Binatang Ragunan :D

Maap-maap ya, Ragunan gw aku-aku sebagai kebun gw. Tapi berdasarkan premis dan kesimpulan yang ada :
Premis Mayor : Ragunan adalah kebun anak Indonesia
Premis Minor : Gw adalah anak Indonesia
Kesimpulan : Ragunan adalah kebun gw
Jadi boleh dong gw sebut Ragunan adalah kebun gw? ;)

Sama sekali gak ada rencana untuk berkunjung ke kebun gw yang kedua ini. Tapi tiba-tiba hari Minggu kemarin di sms di sms T'Nad pagi-pagi kalau forkom ada rihlah ke Ragunan. Gw balesnya gak bisa ikut karena ada agenda menemani nyokap untuk datang ke beberapa janur kuning yang tak ada hentinya untuk melengkung. Tapi dipikir-pikir, gw udah lamaaaaaaa banget gak bersilaturahmi sama aa teteh forkom. Kalau janur kuning, minggu depan masih banyak. Tapi menyambung silaturahmi? Mau ditunda sampai kapan? Akhirnya gw memutuskan untuk ikut.

Rombongan naik kereta ekonomi dan turun di stasiun Lenteng Agung. Dari Lenteng Agung, jalan sedikit menuju pangkalan angkot bernomor 17 dan naik angkot tersebut turun di pintu timur ragunan. Berhubung kita masuk lewat pintu timur, jadi suasananya memang gak terlalu ramai seperti di pintu utama.

Perjalanan di angkot

Pintu Timur Ragunan

Kalau kata kakak gw, ada juga rute yang berbeda menuju Ragunan. Turun di stasiun kota, naik trans jakarta, turun di shelter dukuh atas, naik trans jakarta yang menuju ragunan. Kalau rute yang satu ini, kita bakal turun di pintu utama.

Setelah membeli tiket yang seharga Rp 4.500 (sebenernya mah Rp 4000, tambahan 500 karena ada biaya asuransi. Dan untuk anak-anak Rp 3000), rombongan transit dulu di mushola sebelum pintu masuk untuk shalat.

 Yang kuning tiket masuknya, yang putih pembayaran asuransi

Berhubung gw lagi dosa kalau sholat, gw duduk di pelataran masjid. Melihat apa yang bia dilihat, mendengar apa yang bia di dengar, dan mem-foto apa yang bisa di foto :P

 Nisop, gw, dan Atana di pelataran mushola

 Akhwat Forkom

Setelah masuk, tujuan utama mencari tempat untuk berkumpul dan makan karena sudah masuk waktu makan siang. Di perjalanan mencari tempat berkumpul, gw melihat si anggun berpunuk dan si malas bergigi tajam.

 Sombongnya membelakangiku -_-

Ayo tebak, dimana si malas bergigi tajam?

Setelah menemukan tempat untuk berkumpul, makan siang pun dimulai. Dan seperti biasanya, berhubung gw gak makan dan gak ikut tuker kado karena gw gak bawa bekal n gak bawa kado, gw mencoba melihat apa yang bisa dilihat, mendengar apa yang bisa di dengar, dan mem-foto apa yang bisa di foto :P

 T'Ayu dan kadonya

 Ini kado punya T'Uswah

Putri, gw, Dini, Nisop, Atana

Ada kereta wisatanya juga loh!

Setelah makan, kita merayakan ulang tahun T'Ibon :)

 T'Ibon dan kue ulang tahunnya

*Met ilang tahun T'Ibon! Semoga apa yang di semogain orang-orang tercapai, amiin :D

Setelah itu, ikhwan dan akhwat kumpul terpusat. Di pimpin oleh A'TB. Entah mengapa gw selalu bersemangat kalau melihat koor gw yang satu ini, soalnya kayaknya gak pernah sedih deh A'TB, bersemangat terus, hehehe :P A'TB ngasih tausiyah gitu. Tentang ukhuwah. Ada salah satu bagian yang disampaikan A'TB yang seandainya ketika A'TB menyampaikan itu ada fitur like disebelah A'TB, pasti bakal langsung gw klik. Sayangnya gak ada. Tentang kita yang harus bida menkondisikan diri kita ketika menghadapi seseorang, bukan memaksakan kehendak agar orang yang kita hadapi sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Setelah selesai kumpul terpusat, next destination is : Pusat Primata Schmutzer :D

 Di depan pintu masuk

 Jarak kami berkumpul dengan Pusat Primata Schmutzer hanya sekali tujukkan tangan atau bahasa jepangnya kore no temae desu. Pusat Primata Schmutzer ini merupakan salah satu icon Ragunan. Tempat ini didirikan pada tahun 1999 dengan luas wilayah13 hektar (tapi yang digunakan baru seluas 6,5 hektar). Tempat ini memang pusat primata terbesar di dunia yang sangat layak untuk dikunjungi. Pusat Primata Schmutzer ini sengaja di design menyerupai habitat asli para primata.

Selamat datang!

Pertama kali masuk ke tempat ini, kita akan disambut dengan lorong yang cukup panjang. Dari atas lorong tersebut kita dapat melihat aktivitas gorilla yang hidup di bawahnya.

  Di pintu masuk ada yang lagi gelantungan, ayo ngaku siapa?!

Lorong utama Pusat Primata

Salah satu gorilanya ada yang bernama Kumbo. Kumbo lahir tanggal 8 Mei 1995 di kebun binatang Howletts, Inggris. Orangtua nya bernama Kijo dan Shumba. Kumbo merupakan gorila paling besar dan paling kuat yang ada di kelompoknya. Ia merupakan pemimpin kelompok dan biasanya saudaranya akan mengikuti Kumbo kalau ia tengah berkeliling di area gorila tersebut.

 Kumbo lagi makan

Ada juga yang nama Komu. Komu lahir tangal 16 April 1997 di tempat yang sama dengan Kumbo. Komu merupakan saudara tirinya Kumbo. Entah ibunya atau ayahnya yang sama, tapi Kamu lahir dari pasangan Kijo dan Mushie. Komu senang bermain bersama Kidjoum. Komu merupan gorila yang paling gaul di area gorila tersebut karena paling mudah beradaptasi dengan gorila yang lainnya. Jadi kalau mau tanya-tanya tentang gorila, tanya aja ke si Komu, pasti paling tau! :D

Komu juga lagi makan loh! (Jangan salah baca antara huruf a dan o!)

Setelah puas melihat gorila, kita akan memasuki sebuah terowongan. Gak ada namanya sih, kita sebut saja terowongan primata :P

 Di depan terowongan primata

Terowongan ini di design agar kita bisa melihat langsung kegiatan para primata dari jarak dekat dengan hanya dibatasi dengan sebuah kaca. Adapun sepanjang terowongan, kanan kirinya di buat seakan kita berada di dalam gua. Medannya juga berkelok-kelok yang tak jarang dibuat bak rumah miring yang ada di dufan. Selain itu, di beberapa bagian terowongan pencahanyaannya sengaja dibuat gelap. Seolah memberikan efek kaget ketika mulai mendekati daerah primatanya. Tapi tenang saja, walau agak gelap, semua aktivitas di terowongan tersebut, terpantau oleh kamera petugas :)

 Ada onye durhaka loh mukul-mukulin kepala ibunya!

 Kalau ini, onyenya lagi nyusuin anaknya

 Onye yang satu ini lagi berusaha ngancurin batu loh! 

Wajahmu mengalihkan duniaku! >_<

Kalau waktu zaman gw SD, ada salah satu bagian terowongan favorit gw. Di salah satu bagian yang gelap yang di kanan kirinya ada air mancurnya, lantainya terbuat dari kaca. Sewaktu kita masuk ke bagian tersebut suasananya terlihat amat gelap. Tapi ketika kita menginjak kaca tersebut, tiba-tiba cahaya muncul dari kaca tersebut yang memperlihatkan ada ular dibawah kaca yang kita injak. Lumayan mengerikan kalau ngebayngin kaca yang kita injek pecah, heu. Tapi, kemarin pas gw lewat, sepertinya bagian itu sudah tidak ada. Ada sih bagian yang bawahnya kaca, tapi kacanya udah burem banget, jadi gak terlihat apa yang sebenarnya ada di bawahnya.

Setelah keluar dari terowongan, kita disambut oleh beraneka ragam primata yang berada di dalam kandang yang cukup besar.

 Owa Jawa

 Onye berekor panjang kabur dari kandangnya!

 Ini namanya Boti (kayak merek roti?)

Bekantan si bulu putih

Selesai berpetualang di pusat primata schmutzer, kita duduk-duduk dulu di pelataran bagian luar. Cukup luas dan berangin untuk mengistirahatkan kaki yang lumayan cangkeul keliling-keliling pusat primata.

 Ngaso di depan pintu masuk

Setelah keluar dari pusat primata, rombongan berpencar. Ada yang beri kerak telor, ada yang sholat, dan ada yang pengen liat singa. Gw  dan Nisop? Lagi ngidam ketemu air. Jadi memutuskan untuk ke wahana sepeda air.

Sayangnya, sepeda airnya tutup. Tutup dalam arti sepertinya sudah di non aktifkan melihat kondisi sepeda yang berbentuk bebeknya sudah dalam keadaan terguling dan sangat kotor. Begitu juga dananunya. Penuh sampah dan ranting-ranting pohon yang mengapung dimana-mana.

Tapi, berhubung niat kami yang sudah menggebu untuk mengapung di air (?), akhirnya kami memutuskan untuk naik rakit wisata yang ada di danau yang lebih besar. Kalau sepeda air berada di belakang kandang buaya. Kalau rakit wisata ini, ada di danau yang lebih besar yang terletak di sebelah kiri.

Selain rakit wisata, ada yang namanya, mmh, aduh gw lupa, perahu wisata bukan sop? Pokoknya ada dua jenis perahu di di danau ini.  Oh iya gw inget, namanya perahu naga! Selain bentuknya berbeda, yang satu berbentuk rakit, yang satu berbentuk naga, harganya juga berbeda. Kalau rakit wisata harganya Rp 7000 per orang, kalau perahu naga Rp 15.000 per orang. Satu kali perjalanannya dua putaran. Berhubung dua perahu itu hanya berbeda bentuk padahal sama-sama mengapung di air, akhirnya kita memutuskan untuk naik rakit wisata.
 
 Ini Perahu Naga

 Kalau yang ini rakit wisata

Danau yang akan dikelilingi oleh perahu tersebut memiliki luas yang cukup besar dengan kedalaman yang tidak gw diketahui. Disekitarnya dikelilingi oleh pepohonan yang cukup membuat elok pemandangan danau dari perahu. Di sebelah batas rute perahu tersebut, masih di danau yang sama, terdapat zona untuk memancing.

Danau sejauh mata memandang dari rakit

Setelah penumpang penuh, rakit wisata yang kami naiki pun berangkat. Gw dan Nisop memutuskan untuk duduk paling depan. Ngomong-ngomong, gw punya rahasia kecil loh. It's my first time mengapung di air. Hehehe. Selain naik arung jeram di Dufan tentunya :P

Di atas rakit

Suasananya? Beuh, adeeeeeeem. Cukup mengademkan kaki, mata, dan keringat setelah mengelilingi Ragunan. Sejauh mata memandang hanya pepohonan dan riak air yang saling berlomba untuk menyentuh sepatu gw dan Nisop. Gw dan Nisop ngobrol-ngobrol ringan di atas rakit. Ada satu yang kurang, Ujhee. I really need our quality time with you all guys.

Minus Ujhee
Gw : Sop, romantis abis gak sih suasananya?
Nisop : Iya, Tuth.
Gw : Nanti kalau udah punya suami, ajakin suaminya kesini ya Soph.
Nisop : Iya... (sambil senyum :P)

Gw gak tau standar romantis orang-orang kayak apa. Tapi buat gw, bareng sama orang yang kita sayang, ngedengerin cerita mereka yang ngalir gitu aja tapi mata memandang ke lukisan milik-Nya, entah danau, sungai, pantai, air terjun, laut, gunung, kebun, sawah, ataupun langit is more romatic than cuma makan sambil ngobrol dan diiringi lagu jazz di sebuah cafe.

Berhubung sudah sore, walaupun belum sempat melihat-lihat binatang yang lainnya, kita memutuskan untuk pulang. Jadi, buat yang mau lebih lanjut tentang suasana ragunan dan binatang-binatang yang ada di dalamnya, silahkan datang sendiri ya :) Rombongan pun kembali pulang malalui rute yang sama saat berangkat menuju stasiun Lenteng Agung.

Calon istri-istri shalihah lagi nungguin kereta :D

Kalau dari kebun gw yang pertama gw dapet oleh-oleh betis mengencang dan membesar, kebun gw yang kedua juga ngasih oleh-oleh buat gw. Oleh-olehnya dua buah surat cinta.

Surat cinta yang pertama datang dari forkom. Isinya pesan-pesan penyemangat dari temen-temen dan teteh-teteh forkom. Jadi tuh sebelum pulang, kita kumpul dulu di mushola tempat kita sholat zuhur tadi. Setiap orang nyiapin kertas dengan namanya masing-masing yang nanti bakal diputerin untuk diisi pesan, semangat, atau tausiyah dari yang lain.

Nuhun pisan untuk teman-teman dan teteh-teteh forkom buat surat cintanya. Insya Allah tuti bakal tetep nge-rock kok, eh maksudnya, tetep semangat :D

Surat Cinta Forkom

Ada yang lucu dari surat ini. Ternyata, tulisan dari Nisop buat gw dan tulisan gw buat Nisop memiliki inti yang sama.
Dari Nisop buat gw : Just one statement.. Uhibbuki filah :) -sama tuti mah gausah banyak omong :D-


Dari gw buat Nisop : Pesen buat lw? No comment. Itung aja ada berapa banyak nama lw di blog gw. Dan itu udah lebih dari cukup untuk membuat gw gak bisa ngomong apa-apa lagi buat lw.

Surat cinta yang kedua, datang dari Lala. Gadis kecil di kereta.
Assalamualaikum wr.wb  Permisi ibu bapak dan kakak-kakak nya Saya datang kesini untuk Meminta Sedikit Rezeki nya karena orang tua saya tidak Mampuh Membiayai Sekolah Saya dan Biaya Mengaji dan Saya Banyak Berterima Kasih kepada ibu Bapak dan kakak-kakak nya atas bantuan nya yang Anda berikan dan Saya Mohon Maaf bila Saya Mengganggu Perjalanannya semoga selamat sampai tujuan. LALA.
Sambil Lala nyanyi dan berkeliling sepanjang gerbong untuk membagikan surat cintanya, gw memperhatikan suratnya. Benar-benar tulisan khas anak kecil. EYD nya berantakan. Mulai dari gak ada titik, huruf kapital yang gak sesuai, penggunaan kata-nya yang rancu, sampai tulisannya yang nabrak garis buku tulis.

Surat Cinta Lala

Pas gw tanya, ternyata memang Lala baru kelas 2 SD. Salah satu SD di Cilebut. Dan dia membagikan surat cintanya bersama temanya.

Setelah Lala mengambil kembali surat cintanya yang tadi diberikan kepada gw, Lala segera berlalu menuju gerbong selanjutnya. Tanpa alas kaki dan dengan rambut kemerahan terbakar sinar matahari. Dari kejauhan gw melihat Lala mengusap dahinya yang tak berpeluh. Lelahkah? Entahlah. Karena gw gak tau apa Lala masih ingat definisi dari kata lelah.

Surat cinta yang menyenangkan. Sayang gw gak dapet dari si pengalih duniaku -_-

Sampai rumah gw merbahkan badan di tempat tidur. Melihat langit-langit kamar gw yang jebol karena ada kucing berantem tepat diatasnya beberapa hari yang lalu. Dapet sms dari T'Nadia dan T'Ajeng yang berterima kasih untuk perjalanan hari ini.

Ya. Gw masih dikelilingi orang-orang baik.

*Buat yang mau ulum dan yang UAS, sukses yo, semoga dimudahkan :D

2 komentar:

awan biru mengatakan...

:D

sayang tuti sayang tuti sayang tuti :D

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@awanbiru : me too :)