Kamis, 23 Desember 2010

BAB 2-Tentang Memilih*

"Kalau kamu gak bisa memilih, kenapa gak kamu sendiri yang membuat pilihan, ibu detektif?" ujar Rayyan tersenyum sambil memukul pelan kepala Nasha dengan gulungan kertas yang dipegangnya. Berlalu.
Ditatapnya punggung laki-laki yang diselamatkannya saat hari terakhir MOS itu  sampai tak tampak di sudut lorong. Wajahnya bersinar dan terlihat sangat antusias. Mengapa tidak terpikirkan olehnya selama ini. Membuat pilihan? Ide brilian!

***

Siaaaaal! Heuheuheu. Alur cerita, setting, latar, dan suasana cerita ini udah lama berputar-putar di otak gw. Tapi sampai saat ini gak bisa gw alirkan ke ujung jari untuk ditumpahkan dalam tulisan :'( Ngerti deh sekarang kenapa imajinasi (yang  ditumpahkan pada tempatnya) mahal harganya. 

Rayyan, Nasha, gw berpaling dulu dari kalian ya, sampai batas waktu yang belum ditentukan. Lebih tepatnya, sampai semua ide tentang kalian yang sedang jogging di otak gw berhasil sampai ke ujung jari. Heu.

Rayyan, Nasha, mau kuberi tahu sesuatu? Kalian  saat ini kalah set oleh mereka. Baru beberapa hari yang lalu berkenalan sama gw, mereka mampu mencapai ujung jari gw lebih cepat dari yang gw bayangkan.

Si ayah kedua.
Si nilai oriented.
Si fluktuator mood.
Si super sibuk.
Si bungsu menggemaskan.

Jujur, gw rindu suasana dikejar waktu. Dan mereka, berhasil menjadi penawar sementara untuk kerinduan itu.

0 komentar: