Senin, 02 April 2012

Deklarasi Kecintaan

Dear  SMAN 1 Bogor,

Boleh saya kirim sepucuk surat tentangmu hari ini? Tentang kau yang menjadi sebuah tempat diukirnya masa putih abu-abu. Tentang almamater kebanggaan. Tentang sekolah kehidupan :)

Today is your birthday, right? Ah. Bahkan segala ke-hectic-an dunia yang sedang menerpa saat ini, nyaris membuat orang yang dulu pernah disebut sebagai kuncen sekolah ini lupa tentang betapa istimewanya hari ini. Untung saja perkembangan komunikasi begitu pesat. Orang-orang yang begitu mencitaimu, tak tanggung-tanggung melesatkan doa yang terbaik untukmu di berbagai sosial media. Status facebook, timeline twitter, display picture BBM (yang gw intip dari BBM teman, hihihi) yang pada akhirnya mengingatkanku akan adanya hari ini.

Jadi?

Boleh aku memejamkan mata sejenak. Mengenangmu dalam lingkaran tangan yang saling tergenggam. Deklarasi sebuah kecintaan yang tak pernah padam.
Puji sukur padamu Tuhan
Atas segala lindungan
Sinar dan cahaya-Mu
Selalu terangi jalanku

Kami siswa SMA 1
Tak kan redup berpijar
Demi cita bangsaku
Jayalah SMA 1..
Dua baris pertama pada bait kedualah, yang berapa kalipun aku menyenandungkan lagu ini, kerap kali membuatku harus menelan ludah. Pada bait itu ada sebuah harapan. Ada janji yang harus dilaksanakan.

Dari sini, tak ada doa istimewa. Cukuplah meng-amin-kan ratusan doa yang melesat  ke langit hari ini. Besar harap malaikat berkenan mendoakan kembali doa untuk orang-orang yang melesatkannya. Mendoakan orang-orang yang pernah berada di dalamnya, menjadi sumber penghidupan bagi kehidupan yang ada di sekitarnya, dimanapun dia berada.

Lazimnya, yang berulang tahunlah yang diberi hadiah bukan? Ah. Kau tahu? Rasanya akulah yang diberikan banyak hadiah hari ini. Tanpa sengaja, hari ini dipenuhi kehadiran banyak orang. Orang-orang yang pernah sama-sama melingkar dengan tangan yang saling tergenggam. Orang-orang yang sama-sama pernah mendeklarasikan sebuah kecintaan yang tak pernah padam.

10 km tak jauh darimu, seharian penuh aku menghabiskan waktu. Di kota yang mungkin di-design untuk tak mampu membuat ritme yang cepat dalam 9 bulan belakangan.

Berawal dari dering telpon yang berasal dari sebuah kota belasan kilometer nan jauh disana, hari ini dimulai. Percakapan tentang nilai-nilai, tanggung jawab, kesadaran, kebebasan, yang pernah kami dapatkan darimu. Tapi kau tahu? Kali ini pembicaraan ini tak semudah dulu. Pembicaraan ini masuk ke ranah idealisme, heterogenitas, toleransi, yang kondisinya berbeda jauh dengan dirimu. Tapi tentu saja, seperti harapanmu, seberbeda apapun kondisinya, kami tak akan pernah redup berpijar. Termasuk berpijar untuk mengalahkan tekanan yang datang mendera. Oh ya, kalau kau mau tahu? Percakapan itu dilakukan dengan orang yang sungguh mencintaimu-dengan caranya-. Orang yang pernah berjuang mati-matian untuk memberikan kado terindah di ulang tahunmu yang ke-62, empat tahun yang lalu.

Percakapan usai. Tapi hari ini belum berakhir. Aku kedatangan tamu. Seorang gadis kecil yang karenamulah aku bisa bertemu dengannya. Ah, sungguh, tak pernah ada yang bisa mengetahui hijab waktu selain pemilik waktu. Dulu, gadis kecil ini yang menjadi korban keberingasanku di masa-masa pertama ia memasukimu. Tapi kini? Ia temanku. Teman belajarku. Sahabatku. Teman sepermainanku. Terima kasih untuk tak pernah ada istilah senioritas dan junioritas di dalam lingkaranmu.

Sepanjang siang dan sore kuhabiskan waktu dengannya. Belajar bersama, memasak bersama, bermimpi bersama, sampai kami pun mendeklarasikan bersama : Ya, kami tengah merindukanmu.

Belum sempat matahari mencium horison di sebelah barat, dering sms pun mulai berlarian. Dari sudut kota yang esok lusa tempat ku kembali kesanalah sms itu datang. Sebuah cerita tentang amanah. Amanah yang tak kunjung datang mendera seorang sahabat. Sahabat yang ku kenal dari sepetak ruangan kecil dibelakang kemegahan dirimu.

Darinya aku tak kuasa untuk tak berhenti mengerjapkan mata. Menggelengkan kepala. Menelan ludah. Kalau ada yang sudah melunasi janji di dua baris pertama pada bait kedua itu, dialah orangnya. Dia yang pernah menjadi garda depan untuk membawa nama baikmu dari bidang keilmuan, empat tahun lalu.

Sampai akhirnya, di hari ulang tahunmu, kesyukuran pun lagi-lagi menggeliat dalam darah. Kalau bahagia itu sederhana, itu berarti hari ini aku begitu bahagia. Karena sejauh apapun ku melangkah, orang-orang yang pernah menumbuhkan cintanya pada dirimu selalu mengelilingiku.

Karena aku begitu mencintaimu. Dan mencintai orang-orang yang pernah berada di dalamnya. Dimanapun. Kapanpun.
Kami siswa SMA 1
Tak kan redup berpijar
Demi cita bangsaku
Jayalah SMA 1..

2 komentar:

Dila.Dila mengatakan...

dila merinding bacanya, teh :)

hidup Smansa
aku cinta Smansa
:)

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@dila : *sambil ngangkat roti* :)