Dear SMAN 1 Bogor,
Boleh
saya kirim sepucuk surat tentangmu hari ini? Tentang kau yang menjadi sebuah
tempat diukirnya masa putih abu-abu. Tentang almamater kebanggaan. Tentang sekolah
kehidupan :)
Today is your birthday, right? Ah. Bahkan
segala ke-hectic-an dunia yang sedang
menerpa saat ini, nyaris membuat orang yang dulu pernah disebut sebagai kuncen sekolah ini lupa tentang betapa
istimewanya hari ini. Untung saja perkembangan komunikasi begitu pesat.
Orang-orang yang begitu mencitaimu, tak tanggung-tanggung melesatkan doa yang
terbaik untukmu di berbagai sosial media. Status facebook, timeline twitter, display
picture BBM (yang gw intip dari BBM teman, hihihi) yang pada akhirnya
mengingatkanku akan adanya hari ini.
Jadi?
Boleh
aku memejamkan mata sejenak. Mengenangmu dalam lingkaran tangan yang saling
tergenggam. Deklarasi sebuah kecintaan yang tak pernah padam.
Puji sukur padamu TuhanAtas segala lindunganSinar dan cahaya-MuSelalu terangi jalankuKami siswa SMA 1Tak kan redup berpijarDemi cita bangsakuJayalah SMA 1..
Dua
baris pertama pada bait kedualah, yang berapa kalipun aku menyenandungkan lagu ini,
kerap kali membuatku harus menelan ludah. Pada bait itu ada sebuah harapan. Ada
janji yang harus dilaksanakan.
Dari
sini, tak ada doa istimewa. Cukuplah meng-amin-kan ratusan doa yang melesat ke langit hari ini. Besar harap malaikat
berkenan mendoakan kembali doa untuk orang-orang yang melesatkannya. Mendoakan
orang-orang yang pernah berada di dalamnya, menjadi sumber penghidupan bagi
kehidupan yang ada di sekitarnya, dimanapun dia berada.
Lazimnya,
yang berulang tahunlah yang diberi hadiah bukan? Ah. Kau tahu? Rasanya
akulah yang diberikan banyak hadiah hari ini. Tanpa sengaja, hari ini dipenuhi
kehadiran banyak orang. Orang-orang yang pernah sama-sama melingkar dengan
tangan yang saling tergenggam. Orang-orang yang sama-sama pernah mendeklarasikan
sebuah kecintaan yang tak pernah padam.
10
km tak jauh darimu, seharian penuh aku menghabiskan waktu. Di kota yang mungkin
di-design untuk tak mampu membuat
ritme yang cepat dalam 9 bulan belakangan.
Berawal
dari dering telpon yang berasal dari sebuah kota belasan kilometer nan jauh
disana, hari ini dimulai. Percakapan tentang nilai-nilai, tanggung jawab,
kesadaran, kebebasan, yang pernah kami dapatkan darimu. Tapi kau tahu? Kali ini
pembicaraan ini tak semudah dulu. Pembicaraan ini masuk ke ranah idealisme,
heterogenitas, toleransi, yang kondisinya berbeda jauh dengan dirimu. Tapi
tentu saja, seperti harapanmu, seberbeda apapun kondisinya, kami tak akan
pernah redup berpijar. Termasuk berpijar untuk mengalahkan tekanan yang datang mendera.
Oh ya, kalau kau mau tahu? Percakapan itu dilakukan dengan orang yang sungguh
mencintaimu-dengan caranya-. Orang yang pernah berjuang mati-matian untuk memberikan kado
terindah di ulang tahunmu yang ke-62, empat tahun yang lalu.
Percakapan
usai. Tapi hari ini belum berakhir. Aku kedatangan tamu. Seorang gadis kecil
yang karenamulah aku bisa bertemu dengannya. Ah, sungguh, tak pernah ada yang bisa
mengetahui hijab waktu selain pemilik waktu. Dulu, gadis kecil ini yang menjadi
korban keberingasanku di masa-masa pertama ia memasukimu. Tapi kini? Ia
temanku. Teman belajarku. Sahabatku. Teman sepermainanku. Terima kasih untuk
tak pernah ada istilah senioritas dan junioritas di dalam lingkaranmu.
Sepanjang
siang dan sore kuhabiskan waktu dengannya. Belajar bersama, memasak bersama,
bermimpi bersama, sampai kami pun mendeklarasikan bersama : Ya, kami tengah
merindukanmu.
Belum
sempat matahari mencium horison di sebelah barat, dering sms pun mulai
berlarian. Dari sudut kota yang esok lusa tempat ku kembali kesanalah sms itu datang.
Sebuah cerita tentang amanah. Amanah yang tak kunjung datang mendera seorang
sahabat. Sahabat yang ku kenal dari sepetak ruangan kecil dibelakang kemegahan
dirimu.
Darinya
aku tak kuasa untuk tak berhenti mengerjapkan mata. Menggelengkan kepala.
Menelan ludah. Kalau ada yang sudah melunasi janji di dua baris pertama pada
bait kedua itu, dialah orangnya. Dia yang pernah menjadi garda depan untuk
membawa nama baikmu dari bidang keilmuan, empat tahun lalu.
Sampai
akhirnya, di hari ulang tahunmu, kesyukuran pun lagi-lagi menggeliat dalam
darah. Kalau bahagia itu sederhana, itu berarti hari ini aku begitu bahagia.
Karena sejauh apapun ku melangkah, orang-orang yang pernah menumbuhkan cintanya
pada dirimu selalu mengelilingiku.
Karena
aku begitu mencintaimu. Dan mencintai orang-orang yang pernah berada di
dalamnya. Dimanapun. Kapanpun.
Kami siswa SMA 1Tak kan redup berpijarDemi cita bangsakuJayalah SMA 1..
2 komentar:
dila merinding bacanya, teh :)
hidup Smansa
aku cinta Smansa
:)
@dila : *sambil ngangkat roti* :)
Posting Komentar