Sabtu, 21 April 2012

Bahagia Itu Sederhana (Bagian 3)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw tau bahwa laki-laki nomor satu dalam hidup lw diam-diam memerhatikan pola perilaku lw.
Ibu: Dek, kamu tau gak pas kemaren kamu sakit Bapak ngomong apa?
Gw : Hah? Apaan, Bu?
Ibu : Bapak tuh khawatir. Soalnya biasanya kalau lagi dijemput naik motor, kamu suka nyanyi-nyanyi di jok belakang. Pas kemaren Bapak gak dengar kamu nyanyi, diem aja sepanjang jalan. Terus katanya kalau lagi dianter ke stasiun, kalau ada bunyi teng..tong..teng..tong.. kamu tuh langsung lari. Kemaren katanya pas ada bunyi itu kamu jalan biasa aja. Lemes banget malah. Bapak kan jadi kepikiran.
Gw : :')
Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika keluarga full team riweuh bolak-balik ngurus e-ktp ke kelurahan.
Mas : Kita hujan-hujananan aja ya pulangnya?
Gw : Mas tungguin, ini celananya keinjek-injek..
Bapak : Ayo mana ini belum pada siap?
Ibu : Tuh liat si Bapak anak kecilnya keluar.
Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw punya waktu berjam-jam, berdiam diri, dikelilingi oleh tumpukan buku.
Gw jatuh cinta, lagi. Kepada huruf, kata, kalimat, paragraf, dan halaman yang menjadikannya jendela dunia.

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika ada yang mengucapkan Selamat Hari Kartini kepada lw ditengah gaungnya yang semakin tenggelam.
Semoga yang diberi ucupan selamat, mampu menjadi Kartini selanjutnya, di masanya, dengan caranya :)

Bahagia itu sederhana.
Sesederhana ketika lw bisa menyuarakan hati lw, dan tepat sasaran.
Maaf. Tak bermaksud menyakiti. Tapi apa yang gw katakan benar adanya bukan? ;)

Bahkan lebih sederhana dari hari hari sebelumnya.
Sesederhana itu sanggup gw definiskan kosakata bahagia :)

0 komentar: