23 Agustus 2010
Gak ada kata pelan-pelan. Yang ada : maju sekalian atau mundur sekalian!
Ternyata tanpa gw sadari, ke-apatis-an gw sudah cukup mengakar hebat.
Sampai-sampai, hari ini gw baru engeh.
Kalau hujan sore Kota Bogor masih terasa menyejukkan.
Kembang api malam hari masih terlihat menyenangkan.
Dan suara pengamen di bus Depok-Bogor masih terdengar menenangkan.
Hari ini, gw pun baru engeh satu hal lagi.
Ternyata setelah sekian lama, gw baru bisa menganggukan kepala lagi.
Dan mengakui gw salah.
Ya.
Gw salah.
Gw salah karena gw pernah belajar berkomunikasi yang baik dan benar.
Tapi gw sengaja tidak mau mengaplikasikannya.
Gw salah karena gw pernah belajar menghargai perbedaan.
Tapi gw sengaja tidak mau melihat kenyataan.
Dan gw salah karena gw pernah belajar caranya memahami.
Tapi gw sengaja tidak mau paham dengan pemahaman yang lain.
Kesengajaan yang memang sengaja terbentuk dari ke-apatis-an yang disengaja.
Dengan menyebut nama-Mu, Zat yang paling mengerti seberapa pantas segala pemikiran, pemahaman, pengertian, prasangka, dan ketidaknyamanan ini bertengger di kepala.
Izinkan hamba memilih untuk membandel, Ya Rabb.
*T'Cune, terima kasih. Tuti sekarang berani untuk memilih. Baru inget, kalau OSIS gak pernah ngajarin Tuti untuk melarikan diri :)
4 komentar:
jadi, milih yg mana tut?
*lemot*
@t'cune : konsekueninya cuma dua khan teh? kalau gak berdarah-darah, cabut sekalian! Jujur, tuti lagi gak ada daya juang untuk berdarah-darah, jadi pilihan tuti : maju-memberikan penjelasan mengapa tuti membandel-cabut sekalian! :)
wah iri ga bisa ikut serta hehehe..
@t'tatan : tak perlu iri teh, toh kita bertemu setiap hari sekarang, hehehe :P
Posting Komentar