*menjawab (lagi) postingan blog sebelah*
Tentu saja, tak mengapa :) Lw tau? Walaupun lw bilang bendungan itu selalu terlihat menjulang tinggi, kacamata gw melihat hal yang sebaliknya. Ketinggian bendungan itu mengalami fluktuasi. Tinggi rendahnya bergantung bagaimana cara ombak menerjangnya. Well, itu dari kacamata gw ya. Tentu saja kacamata yang berbeda dengan kacamata hati yang bertengger saat ini.
Tapi, lw tau? Melihat dan mendengar langsung fenomena bendungan yang fluktuasi ketinggiannya berubah-ubah, melihat terjangan ombak ke arahnya yang intensitasnya tak menentu, khususnya saat terjadi pasang akibat gaya gravitasi bulan itu... menarik. Unik. Membuat gw banyak belajar.
Gw belajar banyak dari fenomena ini. Mendengar dan melihat langsung detail kejadiannya. Melihat dan mendengar langsung potongan-potongan ceritanya. Mendengar dan melihat langsung dari sudut pandang yang berbeda. Membuat gw belajar untuk mendeskripsikan. Bukan mengevaluasi.
Ketika semakin sering besi ditempa ia semakin kuat, semoga hal yang sama pun terjadi untuk bendungan yang sering diterjang.
***
Ngomong-ngomong, gw tiba-tiba inget kata-katanya Hana.
Hana : Teh, kalau Dani gak manggil Teteh dengan sebutan 'Teteh', Teteh sama Dani tuh kayak orang pacaran tauu. Deket banget.
Ngakak guling-guling gw ngedenger kalimat Hana yang satu itu, hahaha :D Tapi nggak heran sih kalau ada yang berpendapat seperti itu. Wong memang gw sama Murai memang banyak banget barengnya. Tapi anggapan itu biasanya langsung patah waktu ngedenger Murai manggil gw dengan sebutan 'Teteh". Lucunya, Ical bahkan pernah manggil gw dan Murai yang lagi jalan bareng dengan sebutan 'Duo SMANSA', hohoho :D
Kalimat Hana pun pernah gw ceritakan ke Teh Cune. Kawan, tau Teh Cune bilang apa?
Teh Cune : Itu mah udah biasa Tuth. Wajar. Karena kita pernah ada di lingkungan yang memang memperlakukan teman kita sendiri dengan segitunya.Segitunya?
Buat gw, segitu berharganya :)
0 komentar:
Posting Komentar