Kamis, 24 November 2011

Sehari Bersama Kastrat

Udah lama gw gak bikin judul postingan yang menurut gw cukup untuk merepresentasikan isi postingan secara keseluruhan, kayak postingan kali ini :)

Hari ini gw memang benar-benar menghabiskan waktu bersama Kastrat sepanjang pagi sampai malam. Singkat cerita, gw kepilih jadi anak magang Bidang Kajian Strategis atau yang biasa disebut Kastrat BEM Opera 2011 (Opera adalah nama BEM Fakultas Psikologi 2011 yang merupakan singkatan dari Optimal Bersahabat). Bersama tiga orang kawan gw lainnya -Haura, Hari, dan Anas- kami diperkenalkan tentang Kastrat dan seluk beluk di dalamnya. Kami pun diberi beberapa tugas layaknya kami benar-benar merupakan staff Bidang Kastrat.

Bagi khalayak awam, dengan istilah yang berbeda di setiap fakultas dan universitasnya, bidang ini dikenal dengan bidang yang suka demo dan melakukan aksi. Jujur, dulu pun gw memiliki stigma tersendiri untuk bidang ini. Menurut gw bidang ini berat banget dan untouchable banget lah mengingat gw agak apatis dengan urusan politik dan gw bukan salah satu mahasiswa yang punya pandangan kalau mahasiswa harus turun ke jalan. Tapi berhubung saat ini gw sudah terlanjur kecebur di dalamnya mengetahui pengetahuan lebih banyak tentang Kastrat, gw lebih senang menyebut Bidang ini dengan sebutan  bidang yang mengkaji dan menyikapi isu-isu terkini di dalam dan di luar Fakultas Psikologi.

Sehari bersama Kastrat tadi pun pada akhirnya membuat gw (lagi-lagi) ngerasa doa gw gak ada habisnya dikabulin sama Yang Maha Mengabulkan Doa. Dulu gw pernah berdoa pengen dibukakan kotak-kotak pikiran dan sudut pandang gw akibat dari gw yang hobinya hanya main personal dan susah banget aware sama isu-isu sosial yang ada di sekitar gw. Hari ini, perlahan tapi pasti, doa itu pun (gw anggap) dikabulkan.

Dimulai dari pukul 11.00. Gw, Haura, Hari dan Anas datang menghadap Bang Hamdi Muluk. Beliau adalah Guru Besar Fakultas Psikologi UI. FYI : Di Fakultas Psikologi UI, dosen lazim dipanggil mba, mas, dan abang. Dalam kehidupan bermasyarakat, beliau dikenal sebagai pakar Psikologi Politik. Beberapa hari lalu beliau pun sempat diundang di dalah satu stasiun televisi swasta terkait dengan kasus Nazarudin. 

Kami menghadap beliau masih terkait dengan acara yang tengah diselenggarakan oleh Bidang Kastrat yaitu Sekolah Anti Korupsi (SAK). Kami ditugasi untuk mewawancarai beliau yang selanjutnya hasil wawancara tersebut, bersama hasil studi pustaka, akan dikaji bersama oleh bidang Kastrat dan dilempar ke sivitas Fakultas Psikologi guna memanaskan isu korupsi menjelang acara puncak Sekolah Anti Korupsi yang mengangkat tagline mudagakorup. Kalau selama ini korupsi diangkat dengan menggunakan pendekatan hukum, ekonomi, dan sosal,  sedikit berbeda dengan  yang sudah ada sebelumnya, kami ditugasi untuk mewawancarai Bang Hamdi terkait dengan fenomena korupsi menggunakan pendekatan Psikologi.

Hanya bermodalkan satu pertanyaan, "Bang, kalau selama ini kami tahu tentang korupsi melalui pendekatan hukum, ekonomi, dan sosial, kalau dari pendekatan psikologi, korupsi itu seperti apa, Bang?"

Pertanyaan itu pun sukses mengalirkan deras informasi selama kurang lebih 2 jam. Mengetahui kami yang masih hijau, yang masih menginjak semester satu, penting bagi Bang Hamdi memberikan pengetahuan sebelumnya tentang sejarah negara, politik, sampai akhirnya menyentuh korupsi itu sendiri.

Cangaklah gw mendengar penjelasan Bang Hamdi. Gw cuma bisa ngangguk-ngangguk, geleng-geleng, sampai ketawa-ketawa tertahan. Ketawa? Yap. Ada beberapa momen dari penjelasan Bang Hamdi yang bikin kami berempat ngerasa, "Baru tahu Guru Besar bisa kayak gini?" Hehehe :P Oke bangetlah Bang Hamdi. Sukses membuat gw ngerasa cetek banget gak punya pengetahuan apa-apa tentang istilah yang sebenarnya sering digelontorkan beberapa waktu belakangan.

Lebih jauh lagi, ada sebuah statement Bang Hamdi yang jadi  pukulan telak banget buat gw. Pernyataan Bang Hadi  pada akhirnya seolah menjawab pertanyaan gw dan  membuat gw sadar kalau gw gak boleh apatis (lagi) sama urusan politik.

Lanjut lagi pukul 16.00 setelah kelas mata kuliah Logika Penulisan Ilmiah. Kastrat kumpul lagi untuk datang Rapat Pleno I Magang BEM Opera 2011. Rapatnya fun. Hanya perkenalan tiap-tiap bidangnya dengan iyel-iyel masing-masing. Sesuai amanah Ketua Bidang Kastrat, Kak Nikki, untuk mencoba membuat image Kastrat tidak horor di mata orang-orang, kami pun memutuskan membuat iyel-iyel yang agak ngedangdut dikit, hehehe :P Dan iyel-iyelnya sukses membuat orang-orang cangak karena lagunya gak kedengeran gara-gara keasikan joget -__-

Di penghujung acara, ada kompetisi membuat menara setinggi-tingginya antar bidang. Menara dibuat dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing bidang. Dengan rusuhnya, Kastrat pun maju ke depan Aula, mengangkat meja yang dulu tempat feedbcaker mengevaluasi dan diposisikan secara vertikal, mengangkat kursi ke atas meja tersebut, dan meletakkan barang-barang pribadi di atas kursi tersebut. Saking rusuhnya dan kebiasaan teledor gw yang gak abis-abis, laptop gw pun terlempar dari atas kursi dan mencium lantai :'(

Dengan modal rusuh dan pengorbanan laptop yang terlempar, Kastrat dan Danus pun akhirnya memenangkan kompetisi! :D

Awalnya, setelah pleno kami berempat mau langsung mengerjakan resume hasil wawancara tadi. Sampai pada akhirnya rencana dibatalakan karena Kastrat BEM Opera ngajak nonton film Sang Penari di Detos. Sampai di Detos, alamaaaaak, filmnya..... hahahaha -___- Mata gw sampai harus dihalangi oleh tangan Abang karena ada beberapa adegan yang menurut Abang gak boleh gw liat, dan begitu pula sebaliknya. Sepanjang film berlangsung, dengan sesekali saling menghalangi mata, gw diskusi bareng Abang dan Haura tentang apa maksud film ini, soalnya kerasa banget butuh mikirnya. Kalau gak mikir ya gak ngerti maksudnya apa.

Mentang-mentang namanya ada unsur kajian, usai film yang bercerita tentang budaya Ronggeng di tengah latar waktu Gerakan 30 September ini, kami pun mengkaji film ini sambil menunggu orang-orang keluar dari bioskop. Kami pun sepakat film ini kurang sesuai dengan ekspetasi kami yang berharap lebih dengan cerita sejarah yang terkandung di dalamnya. Unsur sejarahnya sedikit. Malah banyak banget adegan-adegan yang istilah di dalamnya malah menjadi bahan bercandaan kami :D
Abang : Qist, lw jadi Ronggeng gih di SC!
Kak Nikki : Makanya jangan 'buka kelambu'!
Usai nonton, lagi-lagi tadinya mau langsung pulang, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk makan bareng di ayam bakar sebelah Gramedia Margonda. Kak Nikki izin pulang duluan. Tinggal kami bertujuh melanjutkan makan dengan berbagai macam obrolan. Mulai dari ternyata Pusat Krisis dan Klinik Terpadu itu fungsinya berbeda, tentang berpisah adalah bencana,  Hari yang gak setuju dengan sesuatu yang berlawanan bukan beratrti saling melengkapi, istilah korupsi hanya digunakan jika merugikan negara, tentang banci-banci di daerah Kutek, sampai Haura tentang maslaah pribadinya. Diantara sekian obrolan itu, gw paling inget kata-kata Teh Aqist.
Teh Aqist : Kita khan gak boleh sedekat ini loh sama anak magang.
Hahaha, atuhlah Teh, kedekatan ini malah bikin saya ngerasa Kastrat gak sehoror yang saya kira dulu :P

Setelah makan kami memutuskan langsung pulang. Lumayan jauh sih, tapi demi tidak membiarkan uang 2000 diserahkan begitu saja kepada abang angkot, dari tempat kami makan, kami -selain Anas yang pulang dengan arah berlawanan-memutuskan jalan kaki sampai Gang Sawo atau lebih tepatnya sampai depan kostan gw. Sepanjang perjalanan, Haura melanjutkan ceritanya dengan Teh Aqist, Abang ceceritaan dengan Kak Niken, dan gw ceceritaan dengan Hari.

Jujur, minggu ini minggu lelah gw. Lelahnya gw pun sempat menzalimi orang lain. Mulai dari marah-marah ke Amei, marah-marah ke Hana,  gak bisa menanggapi cerita orang dengan baik, nyaris menghilangkan Bucur Kesma, sampai males ngebalesin sms orang-orang. 

Setelah kemarin gw nangis kejer banget di depan Murai dan Nila sambil mengeluarkan segala bentuk kelelahan gw, sehari bersama Kastrat tadi pun pada akhirnya menutup minggu lelah gw dengan kesadaran bahwa gw hanya butuh jeda untuk diam dan tertawa.

Kastrat BEM Opera dan Peserta Magang Kastrat
Kiri ke kanan : Anas, Abang, Kak Nikki, Hari, Haura, Teh Aqist, Kak Niken, dan Gw

Waktu simulasi Rapat Tertutup (Ratup) acara puncak PDKM, gw dipercaya jadi Kepala Bidang PSDM oleh Haura yang waktu itu menjabat menjadi Ketua BEM PDKM Opera. Di akhir simulasi, gw dan anak-anak gw  di bidang PSDM sepakat bahwa kalau pada akhirnya hanya beberapa diantara kita yang dapet magang PSDM atau bahkan yang dapet closerec, setidaknya kita bersyukur pernah bareng-bareng jadi anak PSDM.

Dan untuk saat ini, kalau pada akhirnya hanya beberapa dari kami berempat yang benar-benar bertahan jadi anak Kastrat tahun depan, setidaknya gw bersyukur pernah jadi anak magang Kastrat  bareng-bareng mereka sekarang :)

2 komentar:

auqi14 mengatakan...

Bang hamdi emang kereeen, tut!
Daku juga kalo bimbingan minimal 2 jam ngedengerin beliau. Tercengo-cengo..ah, bener2 profesor yg bisa menyederhanakan hal rumit menjadi simple. Menarik permasalahan dari akarnya. Itu hebatnya beliau!!
Jatuh cinta sama kehidupan psiko ye?
Haha, ketularan heggy dan cune kau.. :9

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@teh lia : huaaaa, teteh enak banget dibimbing sama bang hamdi! iya teh, iya banget, tuti yang baru kenal dan ketemu selama 2 jam aja sudah tercengo-cengo..

jatuh cinta? belum sampe ke tahap itu kok teh. masih belajar untuk menikmati dan mencintai sepertinya :)

hehehe, mudah-mudahan ketularan bisa jadi orang bermanfaat di psiko ya teh, kayak Teh Cune dan Teh Heggy! amiiin :D