Udah lama gw gak bikin judul postingan
yang menurut gw cukup untuk merepresentasikan isi postingan secara
keseluruhan, kayak postingan kali ini :)
Hari ini gw memang
benar-benar menghabiskan waktu bersama Kastrat sepanjang pagi sampai
malam. Singkat cerita, gw kepilih jadi anak magang Bidang Kajian
Strategis atau yang biasa disebut Kastrat BEM Opera 2011 (Opera adalah
nama BEM Fakultas Psikologi 2011 yang merupakan singkatan dari Optimal
Bersahabat). Bersama tiga orang kawan gw lainnya -Haura, Hari, dan Anas-
kami diperkenalkan tentang Kastrat dan seluk beluk di dalamnya. Kami
pun diberi beberapa tugas layaknya kami benar-benar merupakan staff
Bidang Kastrat.
Bagi khalayak awam, dengan istilah
yang berbeda di setiap fakultas dan universitasnya, bidang ini dikenal
dengan bidang yang suka demo dan melakukan aksi. Jujur, dulu pun
gw memiliki stigma tersendiri untuk bidang ini. Menurut gw bidang ini berat
banget dan untouchable banget lah mengingat gw agak apatis
dengan urusan politik dan gw bukan salah satu mahasiswa yang punya
pandangan kalau mahasiswa harus turun ke jalan. Tapi berhubung saat ini
gw sudah terlanjur kecebur di dalamnya mengetahui
pengetahuan lebih banyak tentang Kastrat, gw lebih senang menyebut
Bidang ini dengan sebutan bidang yang mengkaji dan menyikapi isu-isu
terkini di dalam dan di luar Fakultas Psikologi.
Sehari bersama Kastrat tadi pun pada
akhirnya membuat gw (lagi-lagi) ngerasa doa gw gak ada habisnya
dikabulin sama Yang Maha Mengabulkan Doa. Dulu gw pernah berdoa pengen
dibukakan kotak-kotak pikiran dan sudut pandang gw akibat dari gw yang
hobinya hanya main personal dan susah banget aware sama isu-isu
sosial yang ada di sekitar gw. Hari ini, perlahan tapi pasti, doa itu
pun (gw anggap) dikabulkan.
Dimulai dari pukul 11.00. Gw, Haura,
Hari dan Anas datang menghadap Bang Hamdi Muluk. Beliau adalah Guru
Besar Fakultas Psikologi UI. FYI : Di Fakultas Psikologi UI, dosen lazim
dipanggil mba, mas, dan abang. Dalam kehidupan bermasyarakat, beliau
dikenal sebagai pakar Psikologi Politik. Beberapa hari lalu beliau pun
sempat diundang di dalah satu stasiun televisi swasta terkait dengan
kasus Nazarudin.
Kami menghadap beliau masih terkait
dengan acara yang tengah diselenggarakan oleh Bidang Kastrat yaitu
Sekolah Anti Korupsi (SAK). Kami ditugasi untuk mewawancarai beliau yang
selanjutnya hasil wawancara tersebut, bersama hasil studi pustaka, akan
dikaji bersama oleh bidang Kastrat dan dilempar ke sivitas Fakultas
Psikologi guna memanaskan isu korupsi menjelang acara puncak Sekolah
Anti Korupsi yang mengangkat tagline mudagakorup. Kalau selama
ini korupsi diangkat dengan menggunakan pendekatan hukum, ekonomi, dan
sosal, sedikit berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, kami ditugasi
untuk mewawancarai Bang Hamdi terkait dengan fenomena korupsi
menggunakan pendekatan Psikologi.
Hanya bermodalkan satu pertanyaan, "Bang,
kalau selama ini kami tahu tentang korupsi melalui pendekatan hukum,
ekonomi, dan sosial, kalau dari pendekatan psikologi, korupsi itu
seperti apa, Bang?"
Pertanyaan itu pun sukses
mengalirkan deras informasi selama kurang lebih 2 jam. Mengetahui kami
yang masih hijau, yang masih menginjak semester satu, penting bagi Bang
Hamdi memberikan pengetahuan sebelumnya tentang sejarah negara, politik,
sampai akhirnya menyentuh korupsi itu sendiri.
Cangaklah gw mendengar penjelasan
Bang Hamdi. Gw cuma bisa ngangguk-ngangguk, geleng-geleng, sampai
ketawa-ketawa tertahan. Ketawa? Yap. Ada beberapa momen dari penjelasan
Bang Hamdi yang bikin kami berempat ngerasa, "Baru tahu Guru Besar bisa
kayak gini?" Hehehe :P Oke bangetlah Bang Hamdi. Sukses membuat gw
ngerasa cetek banget gak punya pengetahuan apa-apa tentang istilah yang
sebenarnya sering digelontorkan beberapa waktu belakangan.
Lebih jauh lagi, ada sebuah
statement Bang Hamdi yang jadi pukulan telak banget buat gw. Pernyataan
Bang Hadi pada akhirnya seolah menjawab pertanyaan gw dan membuat gw
sadar kalau gw gak boleh apatis (lagi) sama urusan politik.
Lanjut
lagi pukul 16.00 setelah kelas mata kuliah Logika Penulisan Ilmiah.
Kastrat kumpul lagi untuk datang Rapat Pleno I Magang BEM Opera 2011.
Rapatnya fun. Hanya perkenalan tiap-tiap bidangnya dengan iyel-iyel
masing-masing. Sesuai amanah Ketua Bidang Kastrat, Kak Nikki, untuk
mencoba membuat image Kastrat tidak horor di mata orang-orang,
kami pun memutuskan membuat iyel-iyel yang agak ngedangdut dikit, hehehe
:P Dan iyel-iyelnya sukses membuat orang-orang cangak karena lagunya
gak kedengeran gara-gara keasikan joget -__-
Di penghujung acara, ada
kompetisi membuat menara setinggi-tingginya antar bidang. Menara dibuat
dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing bidang. Dengan
rusuhnya, Kastrat pun maju ke depan Aula, mengangkat meja yang
dulu tempat feedbcaker mengevaluasi dan diposisikan secara
vertikal, mengangkat kursi ke atas meja tersebut, dan meletakkan
barang-barang pribadi di atas kursi tersebut. Saking rusuhnya dan
kebiasaan teledor gw yang gak abis-abis, laptop gw pun terlempar dari
atas kursi dan mencium lantai :'(
Dengan modal rusuh dan pengorbanan laptop
yang terlempar, Kastrat dan Danus pun akhirnya
memenangkan kompetisi! :D
Awalnya, setelah pleno kami berempat
mau langsung mengerjakan resume hasil wawancara tadi. Sampai pada
akhirnya rencana dibatalakan karena Kastrat BEM Opera ngajak nonton film
Sang Penari di Detos. Sampai di Detos, alamaaaaak, filmnya.....
hahahaha -___- Mata gw sampai harus dihalangi oleh tangan Abang karena
ada beberapa adegan yang menurut Abang gak boleh gw liat, dan begitu
pula sebaliknya. Sepanjang film berlangsung, dengan sesekali saling
menghalangi mata, gw diskusi bareng Abang dan Haura tentang apa maksud
film ini, soalnya kerasa banget butuh mikirnya. Kalau gak mikir ya gak
ngerti maksudnya apa.
Mentang-mentang
namanya ada unsur kajian, usai film yang bercerita tentang budaya
Ronggeng di tengah latar waktu Gerakan 30 September ini, kami pun
mengkaji film ini sambil menunggu orang-orang keluar dari bioskop. Kami
pun sepakat film ini kurang sesuai dengan ekspetasi kami yang berharap
lebih dengan cerita sejarah yang terkandung di dalamnya. Unsur
sejarahnya sedikit. Malah banyak banget adegan-adegan yang istilah di
dalamnya malah menjadi bahan bercandaan kami :D
Abang : Qist, lw jadi Ronggeng gih di SC!
Kak Nikki : Makanya jangan 'buka kelambu'!
Usai
nonton, lagi-lagi tadinya mau langsung pulang, sebelum pada akhirnya
memutuskan untuk makan bareng di ayam bakar sebelah Gramedia Margonda.
Kak Nikki izin pulang duluan. Tinggal kami bertujuh melanjutkan makan
dengan berbagai macam obrolan. Mulai dari ternyata Pusat Krisis dan
Klinik Terpadu itu fungsinya berbeda, tentang berpisah adalah bencana,
Hari yang gak setuju dengan sesuatu yang berlawanan bukan beratrti
saling melengkapi, istilah korupsi hanya digunakan jika merugikan
negara, tentang banci-banci di daerah Kutek, sampai Haura tentang
maslaah pribadinya. Diantara sekian obrolan itu, gw paling inget
kata-kata Teh Aqist.
Teh Aqist : Kita khan gak boleh sedekat ini loh sama anak magang.
Hahaha,
atuhlah Teh, kedekatan ini malah bikin saya ngerasa Kastrat gak sehoror
yang saya kira dulu :P
Setelah makan kami memutuskan
langsung pulang. Lumayan jauh sih, tapi demi tidak membiarkan uang 2000
diserahkan begitu saja kepada abang angkot, dari tempat kami makan, kami
-selain Anas yang pulang dengan arah berlawanan-memutuskan jalan kaki
sampai Gang Sawo atau lebih tepatnya sampai depan kostan gw. Sepanjang
perjalanan, Haura melanjutkan ceritanya dengan Teh Aqist, Abang
ceceritaan dengan Kak Niken, dan gw ceceritaan dengan Hari.
Jujur,
minggu ini minggu lelah gw. Lelahnya gw pun sempat menzalimi orang
lain. Mulai dari marah-marah ke Amei, marah-marah ke Hana, gak bisa
menanggapi cerita orang dengan baik, nyaris menghilangkan Bucur Kesma,
sampai males ngebalesin sms orang-orang.
Setelah kemarin gw nangis
kejer banget di depan Murai dan Nila sambil mengeluarkan segala bentuk
kelelahan gw, sehari bersama Kastrat tadi pun pada akhirnya menutup
minggu lelah gw dengan kesadaran bahwa gw hanya butuh jeda untuk diam
dan tertawa.
Kastrat
BEM Opera dan Peserta Magang Kastrat
Kiri ke kanan : Anas, Abang,
Kak Nikki, Hari, Haura, Teh Aqist, Kak Niken, dan Gw
Waktu simulasi Rapat Tertutup (Ratup) acara puncak PDKM, gw
dipercaya jadi Kepala Bidang PSDM oleh Haura yang waktu itu menjabat
menjadi Ketua BEM PDKM Opera. Di akhir simulasi, gw dan anak-anak gw di
bidang PSDM sepakat bahwa kalau pada akhirnya hanya beberapa diantara
kita yang dapet magang PSDM atau bahkan yang dapet closerec,
setidaknya kita bersyukur pernah bareng-bareng jadi anak PSDM.
Dan
untuk saat ini, kalau pada akhirnya hanya beberapa dari kami berempat
yang benar-benar bertahan jadi anak Kastrat tahun depan, setidaknya gw
bersyukur pernah jadi anak magang Kastrat bareng-bareng mereka sekarang
:)
2 komentar:
Bang hamdi emang kereeen, tut!
Daku juga kalo bimbingan minimal 2 jam ngedengerin beliau. Tercengo-cengo..ah, bener2 profesor yg bisa menyederhanakan hal rumit menjadi simple. Menarik permasalahan dari akarnya. Itu hebatnya beliau!!
Jatuh cinta sama kehidupan psiko ye?
Haha, ketularan heggy dan cune kau.. :9
@teh lia : huaaaa, teteh enak banget dibimbing sama bang hamdi! iya teh, iya banget, tuti yang baru kenal dan ketemu selama 2 jam aja sudah tercengo-cengo..
jatuh cinta? belum sampe ke tahap itu kok teh. masih belajar untuk menikmati dan mencintai sepertinya :)
hehehe, mudah-mudahan ketularan bisa jadi orang bermanfaat di psiko ya teh, kayak Teh Cune dan Teh Heggy! amiiin :D
Posting Komentar