Acy : Teh, Teh! Liat kebelakang Teh! A'Maman, Teh!
A'Maman! (sambil menarik
tangan gw)
Gw : Serius lw, Cy? Mana Cy? Mana? (mengedarkan pandangan ke
sekitar)
Melihat sosok yang dimaksud.
Gw : Cy! Mimpi gw nomor 22, Cy! Mimpi gw nomor 22!
Acy
: Ayo Teh kenalan sekarang! Ayo Teh! Biar mimpinya diceklis satu lagi.
Gw : Gw tiba-tiba
deg-degan coba Cy. Hahaha. Gimana dong Cy? Malu gw. Masa tiba-tiba nodong
buat kenalan. Siapa gw? Tuh khan. Lagian A'Maman lagi ngobrol sama
banyak orang.
Acy : Ih, teh. Gapapa. Tunggu aja sampe lagi gak ngobrol sama
orang.
Gw mondar-mandir gak jelas.
Keliling-keliling memperhatikan kalau-kalau udah gak ada yang ngajak
ngobrol A'Maman. Sampai akhirnya memutuskan duduk di sebelah Murai.
Murai : Kenalan aja,
Teh. Sekalian sama A'Ijonk nya. Tuh yang lagi disebelahnya pake baju
Juventus.
Gw
: Serius itu A'Ijonk? Gak tau ah, Rai. Deg-degan teu puguh coba
gw.
Gw duduk manis di sebelah Murai sambil
sesekali memerhatikan A'Maman yang tidak habis-habisnya disapa dan
terlibat pembicaraan singkat dengan banyak orang. Bener-bener gak ada
habisnya. Gw nyerah. Pertama, gw deg-degan gak jelas. Kedua, gw mau
ngomong apa nanti? Ketiga, bahkan sampai gw menyatakan gw menyerah,
A'Maman masih saja terlibat pembicaraan dengan banyak orang. Kali ini,
A'Maman lagi ngobrol dengan Kabid Kastrat gw, Kak Nikki.
Hari
lewat di depan gw yang masih duduk manis dengan muka yang gak manis.
Hari : Tuth, naik ke atas lagi, yuk. Lanjutin tugas.
Gw
naik ke atas, ke SC (Student Center). Melanjutkan tugas pakom (papan
komunikasi) sebagai tugas magang Kastrat. Saat lagi motong kertas warna
sama Hari, tiba-tiba gw teringat sesuatu.
Gw nyerah? Tentu saja tidak!
Gw : Ri, gw ke bawah bentar dulu boleh ya? Gw
mau menceklis salah satu mimpi gw nih, Ri. Tapi takut.
Hari : Mimpi apa
emangnya?
Gw
: Gw mau kenalan sama ketua BEM UI, Ri dan A'Maman lagi ada di bawah.
Tapi deg-degan coba gw. Gimana dong?
Hari : Mending ke bawah dulu aja.
Gw : Gapapa ya gw
ke bawah dulu? Doakan gw, Ri! (melesat turun dari SC setengah
berlari)
Dan ternyata? Momennya oke banget. A'Maman
sedang tidak ngobrol dengan siapapun. Dan tiba-tiba gw pun terpikirkan
sesuatu melihat kabid kastrat gw.
Gw : Kak Nikki!
Kak Nikki!
Kak
Nikki : Kenapa, Ti?
Gw : Kak, gw khan punya daftar 100 mimpi ya, Kak. Salah
satunya gw pengen berkenalan dengan Ketua BEM UI. Kalau sekarang gw mau
kenalan sama A'Maman, ganggu gak ya, Kak?
Kak Nikki : Ayo sini!
Gw : (dalam
hati : berhasil! :D)
Gw mengekor Kak Nikki di belakang yang
hendak menghampiri A'Maman.
Kau tau
kawan? Sumpah, muka dan senyum gw gak kontrol saat itu.
Kak
Nikki : Man, gw punya anak magang Kastrat. Dia punya 100 mimpi yang
salah satunya pengen kenalan sama Ketua BEM UI. Namanya Tuti.
Gw : Saya Tuti A,
Psikologi 2011. (posisi menjabat tangan)
A'Maman : (mengatupkan kedua tangan
sambil tersenyum santun) Maman.
A'Ijonk : (tersenyum santun menjabat tangan
gw) Ijonk.
Kak Nikki pun pergi meninggalkan kami
bertiga dengan kondisi gw yang masih berusaha menguasai diri.
Gw
: Sebelumnya maaf banget A'Maman dan A'Ijonk, Tuti ganggu waktunya
tiba-tiba minta kenalan. Jadi gini, A. Dulu khan waktu OKK ada tugas
menulis 100 mimpi. Salah satu mimpi saya adalah kenalan dengan Ketua BEM
UI, seklian juga deh sama Wakil Ketua BEM nya kalau sekarang :D Nah,
awalnya saya mau minta bantuan 'kakak' saya untuk mewujudkannya, Teh
Marista, Farmasi 2007, A'Maman kenal?
A'Maman : Marista? Oh iya saya kenal.
Gw : Tapi
alhamdulilah bisa dibantu diwujudkan oleh Kak Nikki :D (sambil senyum
yang menurut gw ketahuan banget gak kontrolnya)
A'Maman dan A'Ijonk :
(tersenyum sambil tertawa kecil mendengar kata-kata dan tingkah gw)
Gw
persepsikan ada dua kemungkinan yang menyebabkan A'Maman dan A'Ijonk
tersenyum dan tertawa kecil. Pertama, terkesan karena mereka berdua
masuk menjadi salah satu mimpi sederhana seorang mahasiswi baru yang
lugu dan nekat. Kedua, mimpinya lucu juga ya? Apapun
kemungkinannya, satu hal yang gw pastikan. Senyum dan tawa kecil mereka,
santun, menghargai.
Gw : Nah, tujuan saya mau kenalan
sama A'Maman dan A'Ijonk, saya cuma mau menanyakan satu pertanyaan.
Boleh, A?
A'Maman
: Silahkan.
Gw : Sejak kapan A'Maman dan A'Ijonk mulai memikirkan UI dan
Indonesia?
A'Maman dan A'Ijonk : (tersenyum dan tertawa kecil, lagi)
A'Ijonk
mulai bercerita.
Kemudian disusul
A'Maman.
Jawaban
sederhana yang menyenangkan :)
Gw : A'Maman dan
A'Ijonk, makasih banyak ya a sudah bersedia menjawab (sambil
mengatupkan dua telapak tangan). Silahkan dilanjutkan melihat Deboks
(Debat dan Eksplorasi) nya, A.
A'Maman : Sama-sama Tuti. Sukses ya buat Tuti (sambil
tersenyum, lagi)
Gw :
Oh iya, buat A'Ijonk, saya suka sama puisi Senja Makara buatan A'Ijonk loh, A.
A'Ijonk : Iya? Waah, makasih ya,
Tuti. Ngomong-ngomong, Tuti asalnya dari mana?
Gw : Dari Bogor, A.
A'Ijonk : SMA nya?
Gw : SMAN 1
Bogor.
A'Ijonk : Oooh, SMAN 1 Bogor, ya? Pantesan.
Gw : A'Ijonk tau
SMA saya?
A'Ijonk
: Saya tau Tuti. SMAN 1 Bogor khan bagus.
Gw : Waah, alhamdulilah, amiin A,
amiin. Sekali lagi makasih banyak ya, A'Ijonk.
A'Ijonk : Sama-sama Tuti. Sukses ya
buat Tuti!
Maksud hati hanya ingin mendengarkan sebuah
jawaban. Tapi, menceklis mimpi yang satu ini malah mengingatkan gw
bahwa ada nama baik yang masih harus gw jaga dan kibarkan, di sini, dan
di manapun gw berada nanti :)
22.
Berkenalan dengan Ketua BEM UI (√
)
***
Kak Nikki : Ti, punya mimpi mau kenalan sama siapa lagi?
Gw : Mmmh, ada Kak! Mimpi nomor 45 gw, berkenalan dengan Najwa Sihab!
Kak Nikki : Gw ada tuh nomor manajer Najwa Sihab, nanti gw kasih ya.
Beberapa
waktu lalu, masa-masanya menjelang SNMPTN 2011, waktu sudah ada
kepastian bahwa gw menempatkan Psikologi di pilihan kedua gw, Teh Lia,
alumni SMANSA yang saat ini berstatus sebagai mahasiswa S2 Fakultas
Psikologi UI, pernah bilang sesuatu ke gw.
Teh
Lia : Tuth, aku doain masuk Manajemen aja ya. Soalnya jadi anak
Psikologi kemungkinannya cuma dua. Kalau gak nyembuhin orang lain, ya berobat
jalan untuk nyembuhin diri sendiri.
Dalam
pandangan awam, dulu gw sempet ngerasa gimaaanaaaa gitu dengan
pernyataan Teh Lia. Selain gw emang gak ngerti maksudnya berobat
jalan apa, dulu gw langsung sentimen gitu, '"Emang orang yang
masuk Psikologi menandakan selalu orang yang bermasalah ya?"
Tapi
sekarang, gw ngerti maksudnya Teh Lia apaan, hahahaha :P Karena
pernyataan tersebut, memang berlaku universal di fakultas ini. Ilmu yang
didapatkan disini, selain idealnya akan diaplikasikan untuk menjadi
seorang psikolog, dalam jangka pendek, ilmu tersebut tersebut bisa
terlebih dahulu diterapkan pada diri sendiri. Seperti pada gw beberapa
hari yang lalu :D
Gw
mendapatkan tugas untuk membuat
sebuah Tinjauan Pustaka. Sebuah tulisan yang dibuat dengan literatur
yang diambil dari beberapa artikel. Dan tugas ini gw manfaatkan untuk berobat
jalan untuk menyembuhkan sebuah kebiasaan buruk yang mulai
membayangi gw. Kebiasaan ini salah satu penyebab kelelahan gw minggu
ini. Kebiasaan yang sempat membuat gw mengerjakan tugas dengan tangan
bergetar kayak orang yang lagi kejang-kejang. Sumpah gw pengen banget
lepas dari kebiasaan ini. Kebiasaan ini gak ngenakin. Bikin capek,
khususnya capek hati :(
Dengan
mengetahui lebih dekat tentang kebiasaan ini, berharap gw bisa mencari
celah untuk menjadi sebenar-benarnya musuh dengan kebiasaan ini.
Namanya
prokrastinasi.
Tinjauan
pustaka yang gw buat ini sebenarnya gak cukup merepresentasikan semua
hal tentang prokrastinasi karena hanya dibatasi 1000 kata. Jadi, ada
kemungkinan gw akan menulis lagi tentang prokrastinasi di lain
kesempatan. Selamat membaca. Semoga bermanfaat :)
Sebagai
seorang mahasiswa, tidak jarang
saya melihat orang-orang di sekitar saya atau bahkan diri saya sendiri
sedang
berada dalam keadaan malas untuk mengerjakan tugas kuliah tertentu (baca
:
menunda). Lebih jauh lagi, pada prakteknya rasa malas ini memiliki
bentuk yang
bervariasi. Mulai dari mengakhirkan pengerjaan tugas, baru mengerjakan
tugas di
detik-detik terakhir pengumpulan tugas dengan modal dalam keadaan panik,
sampai
dalam dalam bentuk berlari dari sebuah
tugas dengan cara mencari-cari kegiatan lainnya untuk dikerjakan yang
sesungguhnya tidak ada kolerasinya dengan tugas utama dan tidak bersifat
mendesak.
Sikap
malas atau menunda
mengerjakan tugas kuliah itu
dapat disebut dengan istilah prokrastinasi akademik. Adapun istilah
prokrastinasi sendiri secara epistemologi, menurut Wikipedia.com,
berasal dari
bahasa latin procastinare, dengan pro
yang memiliki arti gerakan maju dan crastinus
yang memiliki arti milik
hari esok. Apa definisi dari prokrastinasi? Apa yang menyebabkan
seseorang
memilih melakukan prokrastinasi? Apa dampak yang akan dirasakan oleh
pelaku
prokrastinasi?
Prokrastinasi
adalah
sebuah kecenderungan untuk
menunda hal yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Lebih
khusus lagi, prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda-nunda
mengerjakan
atau menyelesaikan tugas akademik (Lay dalam Lee dkk. 2006). Orang yang
melakukan prokrastinasi sering disebut dengan istilah prokrastinator.
Berdasarkan
perilakuknya, Chu dan Choi (2005) membagi
perilaku prokrastinasi menjadi dua, yaitu prokrastinasi aktif dan
prokrastinasi
pasif. Menurut Chu dan Choi, perilaku prokrastinasi aktif adalah
perilaku sengaja
menunda suatu pekerjaan untuk melakukan perkerjaan lain yang lebih
penting dam
mendesak, atau menunda pekerjaan untuk terlebih dahulu membuat
perencanaan dan
persiapan atau mengumpulkan informasi-informasi penting yang mungkin
berguna.
Sebagai contoh, perilaku prokrastinasi aktif ini dapat dilihat pada
mahasiswa
yang sengaja berlama-lama mencari bahan dari internet untuk pembuatan
tugas
makalah tetapi tidak kunjung memulai membuat makalah itu sendiri.
Adapun yang disebut
dengan prokrastinasi pasif adalah perilaku
prokrastinasi yang di dalamnya terdapat unsur penundaan yang tidak
rasional,
tidak diperlukan, dan tidak bermanfaat bagi penyelesaian tugas akademik
yang
dikerjakan. Sebagai contoh, mahasiswa yang menunda pengumpulan tugas
jurnal.
Mahasiswa tersebut menyadari bahwa esok hari, pukul 07.00 WIB, ia harus
mengumpulkan tugas jurnal kepada dosennya. Akan tetapi, di malam
sebelumnya, ia
memutuskan untuk mengerjakan tugas lain yang tidak lebih penting dari
tugas
jurnal tersebut. Ia memutuskan untuk berlama-lama membuka jejaring
sosial,
menonton tv, merapihkan kamar yang sebenarnya sudah rapi, dan baru mulai
mengerjakan tugas jurnal tersebut ketika rasa panik sudah melanda saat
waktu
menunjukkan telah lewat dini hari.
Secara umum, dalam skripsinya, Gufron
(2000) membagi
penyebab prokrastinasi ada dua : 1) rasa enggan atau ragu-ragu untuk
memulai
dan mengerjakan tugas yang diapnggap sulit atau tidak menyenangkan; 2)
rasa
khawatir atau takut akan konsekuensi yang mungkin timbul dari
penyelesaian
tugas dan dievaluasi terhadap tugas tersebut.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi prokrastinasi
akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal
dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat
dalam diri
seseorang yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi
kondisi
fisik dan kondisi psikologis dari seseorang. Faktor internal yang
berasal dari
dalam diri seseorang yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi
akademik
adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan seseorang, misalnya fatigue
(kelelahan). Seseorang yang
mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan
yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak
(Bruno,
1998; Millgram, dalam Ferrari, dkk, 1995). Tingkat intelegensi yang
dimiliki
seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun
prokrastinasi sering
disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional yang dimiliki
seseorang
(Ferrari dalam Wulan, 2000).
Faktor yang kedua
berkenaan dengan kondisi psikologis
seseorang. Menurut Millgram, dkk. (dalam Rizvi, 1998), trait
kepribadian seseorang turut mempengaruhi munculnya perilaku
penundaan, misalnya trait kemampuan
sosial yang tercermin dalam self
regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial (Janssen
dan
Carton, 1999). Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan
mempengaruhi
prokrastinasi secara negatif, dimana semakin tinggi motivasi intrinsik
yang
dimiliki seseorang ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah
kecenderungannya untuk prokrastinasi akademik (Briordy, dalam Ferrari,
dkk,
1995). Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspek-aspek lain pada
diri seseorang
yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan
perilaku,
antara lain; rendahnya kontrol diri (Green, 1982; Tuckman,
dalamhttp://all.successcenterohiostate.edu/references/procrastinator_state.edu/references/procrastinator_APA_paper.htmPagedalamhttp://www.mwsc.edu/psychology/research/psy302/fall96/stephanie_page.html)
Faktor selanjutnya yang
mempengaruhi seseorang
melakukan perilaku prokrastinasi adalah faktor eksternal. Faktor
eksternal
adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri seseorang yang
memengaruhi prokrastinasi.
Faktor-faktor itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan
yang
kondusif, yaitu lingkungan yang lenient.
Prokrastinasi juga
memiliki beberapa akibat yang dapat
dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh para pelakunya.
Beberapa
akibat dari prokrastinasi diantaranya adalah 1) kemungkinan mengalami
kecemasan
menghadapi tes yang lebih tinggi dibanding mahasiswa lainnya
(Kalechstein,
1989). Tidak hanya itu, mereka yang prokrastinator tersebut juga
memiliki
kecemasan, kekhawatiran, dan depresi dibanding mahasiswa yang tidak
melakukan prokrastinasi.
Tidak heran mereka memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan persepsi
kesehatan yang lebih buruk (Tice & Baumeister, dalam Chu & Choi,
2005). Dalam
jangka panjang maupun pendek, hal diatas dapat dapat menghasilkan sebuah
kemungkinan bahwa seorang mahasiswa yang prokrastinator di kemudian hari
akan
mendapatkan nilai yang buruk.
Dari uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda tugas yang
bersifat
akademis yang seharusnya bisa untuk segera dikerjakan. Orang yang
melakukan
tindakan prokrastinasi akrab disebut sebagai prokrastinator. Perilaku
prokrastinasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu prokrastinasi aktif dan
prokrastinasi pasif. Ada beberapa penyebab seseorang melakukan tindakan
prokrastinasi akademik. Beberapa diantaranya rasa enggan untuk
menyelesaikan
tugas yang dirasa sulit serta rasa khawatir atas evaluasi tugas yang
dikerjakan. Tindakan prokrastinasi akademik pun dapat dipengaruhi oleh
berbagi
faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Pada akhirnya,
dalam
jangka panjang maupun pendek, seorang prokrastinator akan mengalami
beberapa
dampak akibat tindak prokrastinasi yang dilakukannya, seperti kecemasan,
kekhawatiran, dan kemungkinan pencapaian prestasi akademik yang tidak
optimal.
Kalau selama ini blogging menjadi salah
satu tempat katarsis gw, jangan-jangan sekarang blogging sudah beralih
fungsi jadi tempat prokras gw lagi? -___-
Kayak malam ini. Membiarkan jujur
kepada sahabat sendiri tentang apa yang dirasa dan apa yang ada di dalam
kepala, membiarkannya benar-benar tidak ada rahasia diantaranya,
termasuk melunasi hutang cerita yang pernah dijanjikan bertahun-tahun
silam, tanpa memedulikan konsekuensi terburuk dari kejujuran yang sempat
tertunda, sanggup meringankan langkah untuk menjejakkan kaki lebih
tegak keesokan harinya.
Untuk sahabat kembar dengan
kelahiran lebih tua dua jam di pulau yang berbeda, terima kasih untuk
malam ini. Terima kasih telah berkenan untuk mendengar. Maaf untuk
cerita yang tidak menyenangkan untuk didengar.
Setelah ini, nampaknya tak akan jauh
berbeda dengan dua sahabat gw yang lainnya. Yap. Seperti mereka.
Sepertinya memang tidak akan ada lagi rahasia di antara kita :D
Sampai ketemu lagi, RJ! Dengan
cerita dan mimpi jangka pendek masing-masing yang telah berhasil dicapai
:)
Udah lama gw gak bikin judul postingan
yang menurut gw cukup untuk merepresentasikan isi postingan secara
keseluruhan, kayak postingan kali ini :)
Hari ini gw memang
benar-benar menghabiskan waktu bersama Kastrat sepanjang pagi sampai
malam. Singkat cerita, gw kepilih jadi anak magang Bidang Kajian
Strategis atau yang biasa disebut Kastrat BEM Opera 2011 (Opera adalah
nama BEM Fakultas Psikologi 2011 yang merupakan singkatan dari Optimal
Bersahabat). Bersama tiga orang kawan gw lainnya -Haura, Hari, dan Anas-
kami diperkenalkan tentang Kastrat dan seluk beluk di dalamnya. Kami
pun diberi beberapa tugas layaknya kami benar-benar merupakan staff
Bidang Kastrat.
Bagi khalayak awam, dengan istilah
yang berbeda di setiap fakultas dan universitasnya, bidang ini dikenal
dengan bidang yang suka demo dan melakukan aksi. Jujur, dulu pun
gw memiliki stigma tersendiri untuk bidang ini. Menurut gw bidang ini berat
banget dan untouchable banget lah mengingat gw agak apatis
dengan urusan politik dan gw bukan salah satu mahasiswa yang punya
pandangan kalau mahasiswa harus turun ke jalan. Tapi berhubung saat ini
gw sudah terlanjur kecebur di dalamnya mengetahui
pengetahuan lebih banyak tentang Kastrat, gw lebih senang menyebut
Bidang ini dengan sebutan bidang yang mengkaji dan menyikapi isu-isu
terkini di dalam dan di luar Fakultas Psikologi.
Sehari bersama Kastrat tadi pun pada
akhirnya membuat gw (lagi-lagi) ngerasa doa gw gak ada habisnya
dikabulin sama Yang Maha Mengabulkan Doa. Dulu gw pernah berdoa pengen
dibukakan kotak-kotak pikiran dan sudut pandang gw akibat dari gw yang
hobinya hanya main personal dan susah banget aware sama isu-isu
sosial yang ada di sekitar gw. Hari ini, perlahan tapi pasti, doa itu
pun (gw anggap) dikabulkan.
Dimulai dari pukul 11.00. Gw, Haura,
Hari dan Anas datang menghadap Bang Hamdi Muluk. Beliau adalah Guru
Besar Fakultas Psikologi UI. FYI : Di Fakultas Psikologi UI, dosen lazim
dipanggil mba, mas, dan abang. Dalam kehidupan bermasyarakat, beliau
dikenal sebagai pakar Psikologi Politik. Beberapa hari lalu beliau pun
sempat diundang di dalah satu stasiun televisi swasta terkait dengan
kasus Nazarudin.
Kami menghadap beliau masih terkait
dengan acara yang tengah diselenggarakan oleh Bidang Kastrat yaitu
Sekolah Anti Korupsi (SAK). Kami ditugasi untuk mewawancarai beliau yang
selanjutnya hasil wawancara tersebut, bersama hasil studi pustaka, akan
dikaji bersama oleh bidang Kastrat dan dilempar ke sivitas Fakultas
Psikologi guna memanaskan isu korupsi menjelang acara puncak Sekolah
Anti Korupsi yang mengangkat tagline mudagakorup. Kalau selama
ini korupsi diangkat dengan menggunakan pendekatan hukum, ekonomi, dan
sosal, sedikit berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, kami ditugasi
untuk mewawancarai Bang Hamdi terkait dengan fenomena korupsi
menggunakan pendekatan Psikologi.
Hanya bermodalkan satu pertanyaan, "Bang,
kalau selama ini kami tahu tentang korupsi melalui pendekatan hukum,
ekonomi, dan sosial, kalau dari pendekatan psikologi, korupsi itu
seperti apa, Bang?"
Pertanyaan itu pun sukses
mengalirkan deras informasi selama kurang lebih 2 jam. Mengetahui kami
yang masih hijau, yang masih menginjak semester satu, penting bagi Bang
Hamdi memberikan pengetahuan sebelumnya tentang sejarah negara, politik,
sampai akhirnya menyentuh korupsi itu sendiri.
Cangaklah gw mendengar penjelasan
Bang Hamdi. Gw cuma bisa ngangguk-ngangguk, geleng-geleng, sampai
ketawa-ketawa tertahan. Ketawa? Yap. Ada beberapa momen dari penjelasan
Bang Hamdi yang bikin kami berempat ngerasa, "Baru tahu Guru Besar bisa
kayak gini?" Hehehe :P Oke bangetlah Bang Hamdi. Sukses membuat gw
ngerasa cetek banget gak punya pengetahuan apa-apa tentang istilah yang
sebenarnya sering digelontorkan beberapa waktu belakangan.
Lebih jauh lagi, ada sebuah
statement Bang Hamdi yang jadi pukulan telak banget buat gw. Pernyataan
Bang Hadi pada akhirnya seolah menjawab pertanyaan gw dan membuat gw
sadar kalau gw gak boleh apatis (lagi) sama urusan politik.
Lanjut
lagi pukul 16.00 setelah kelas mata kuliah Logika Penulisan Ilmiah.
Kastrat kumpul lagi untuk datang Rapat Pleno I Magang BEM Opera 2011.
Rapatnya fun. Hanya perkenalan tiap-tiap bidangnya dengan iyel-iyel
masing-masing. Sesuai amanah Ketua Bidang Kastrat, Kak Nikki, untuk
mencoba membuat image Kastrat tidak horor di mata orang-orang,
kami pun memutuskan membuat iyel-iyel yang agak ngedangdut dikit, hehehe
:P Dan iyel-iyelnya sukses membuat orang-orang cangak karena lagunya
gak kedengeran gara-gara keasikan joget -__-
Di penghujung acara, ada
kompetisi membuat menara setinggi-tingginya antar bidang. Menara dibuat
dari barang-barang yang dimiliki oleh masing-masing bidang. Dengan
rusuhnya, Kastrat pun maju ke depan Aula, mengangkat meja yang
dulu tempat feedbcaker mengevaluasi dan diposisikan secara
vertikal, mengangkat kursi ke atas meja tersebut, dan meletakkan
barang-barang pribadi di atas kursi tersebut. Saking rusuhnya dan
kebiasaan teledor gw yang gak abis-abis, laptop gw pun terlempar dari
atas kursi dan mencium lantai :'(
Dengan modal rusuh dan pengorbanan laptop
yang terlempar, Kastrat dan Danus pun akhirnya
memenangkan kompetisi! :D
Awalnya, setelah pleno kami berempat
mau langsung mengerjakan resume hasil wawancara tadi. Sampai pada
akhirnya rencana dibatalakan karena Kastrat BEM Opera ngajak nonton film
Sang Penari di Detos. Sampai di Detos, alamaaaaak, filmnya.....
hahahaha -___- Mata gw sampai harus dihalangi oleh tangan Abang karena
ada beberapa adegan yang menurut Abang gak boleh gw liat, dan begitu
pula sebaliknya. Sepanjang film berlangsung, dengan sesekali saling
menghalangi mata, gw diskusi bareng Abang dan Haura tentang apa maksud
film ini, soalnya kerasa banget butuh mikirnya. Kalau gak mikir ya gak
ngerti maksudnya apa.
Mentang-mentang
namanya ada unsur kajian, usai film yang bercerita tentang budaya
Ronggeng di tengah latar waktu Gerakan 30 September ini, kami pun
mengkaji film ini sambil menunggu orang-orang keluar dari bioskop. Kami
pun sepakat film ini kurang sesuai dengan ekspetasi kami yang berharap
lebih dengan cerita sejarah yang terkandung di dalamnya. Unsur
sejarahnya sedikit. Malah banyak banget adegan-adegan yang istilah di
dalamnya malah menjadi bahan bercandaan kami :D
Abang : Qist, lw jadi Ronggeng gih di
SC!
Kak Nikki : Makanya jangan 'buka
kelambu'!
Usai
nonton, lagi-lagi tadinya mau langsung pulang, sebelum pada akhirnya
memutuskan untuk makan bareng di ayam bakar sebelah Gramedia Margonda.
Kak Nikki izin pulang duluan. Tinggal kami bertujuh melanjutkan makan
dengan berbagai macam obrolan. Mulai dari ternyata Pusat Krisis dan
Klinik Terpadu itu fungsinya berbeda, tentang berpisah adalah bencana,
Hari yang gak setuju dengan sesuatu yang berlawanan bukan beratrti
saling melengkapi, istilah korupsi hanya digunakan jika merugikan
negara, tentang banci-banci di daerah Kutek, sampai Haura tentang
maslaah pribadinya. Diantara sekian obrolan itu, gw paling inget
kata-kata Teh Aqist.
Teh Aqist : Kita khan gak boleh
sedekat ini loh sama anak magang.
Hahaha,
atuhlah Teh, kedekatan ini malah bikin saya ngerasa Kastrat gak sehoror
yang saya kira dulu :P
Setelah makan kami memutuskan
langsung pulang. Lumayan jauh sih, tapi demi tidak membiarkan uang 2000
diserahkan begitu saja kepada abang angkot, dari tempat kami makan, kami
-selain Anas yang pulang dengan arah berlawanan-memutuskan jalan kaki
sampai Gang Sawo atau lebih tepatnya sampai depan kostan gw. Sepanjang
perjalanan, Haura melanjutkan ceritanya dengan Teh Aqist, Abang
ceceritaan dengan Kak Niken, dan gw ceceritaan dengan Hari.
Jujur,
minggu ini minggu lelah gw. Lelahnya gw pun sempat menzalimi orang
lain. Mulai dari marah-marah ke Amei, marah-marah ke Hana, gak bisa
menanggapi cerita orang dengan baik, nyaris menghilangkan Bucur Kesma,
sampai males ngebalesin sms orang-orang.
Setelah kemarin gw nangis
kejer banget di depan Murai dan Nila sambil mengeluarkan segala bentuk
kelelahan gw, sehari bersama Kastrat tadi pun pada akhirnya menutup
minggu lelah gw dengan kesadaran bahwa gw hanya butuh jeda untuk diam
dan tertawa.
Kastrat
BEM Opera dan Peserta Magang Kastrat
Kiri ke kanan : Anas, Abang,
Kak Nikki, Hari, Haura, Teh Aqist, Kak Niken, dan Gw
Waktu simulasi Rapat Tertutup (Ratup) acara puncak PDKM, gw
dipercaya jadi Kepala Bidang PSDM oleh Haura yang waktu itu menjabat
menjadi Ketua BEM PDKM Opera. Di akhir simulasi, gw dan anak-anak gw di
bidang PSDM sepakat bahwa kalau pada akhirnya hanya beberapa diantara
kita yang dapet magang PSDM atau bahkan yang dapet closerec,
setidaknya kita bersyukur pernah bareng-bareng jadi anak PSDM.
Dan
untuk saat ini, kalau pada akhirnya hanya beberapa dari kami berempat
yang benar-benar bertahan jadi anak Kastrat tahun depan, setidaknya gw
bersyukur pernah jadi anak magang Kastrat bareng-bareng mereka sekarang
:)
Sebagaimana
Engkau menjadikan bukit-bukit dan gunung-gunung sebagai pasak bumi,
jadikan tegaknya kaki ini menjadi pasak fisik dan mental hamba saat ini.
Dan apapun,
apapun yang hamba lakukan detik ini, hari ini, dan hari-hari
selanjutnya, semua hanya untuk-Mu. Hanya untuk-Mu, ya Rabb.
Dengan menyebut nama-Mu, Zat yang tak pernah lelah menegakkan
hati hamba-hamba-Nya.
FYI :
Song 4 Camp adalah acara tahunan Psikologi UI yang dilaksanakan
menjelang Psycamp sebagai acara penggalangan dana untuk Psycamp itu
sendiri.
Setelah di SMA gw gak pernah sekalipun bertindak jadi
sie.acara suatu kegiatan, acara Song For Camp malah menjadi kali kedua
gw menjadi sie.acara selama berstatus menjadi mahasiswa. Seneng bisa
melihat apa-apa yang dimiliki oleh teman-teman senagkatan gw yang belum
terlihat sebelumnya. Seneng bisa total menjalankan jobdesk saat hari-H
mengingat gw ngerasa gak berbuat banyak saat persiapan dilaksanakan.
Seneng karena bisa memposisikan badan dan pikiran gw dalam satu tempat
kamis kemarin :)
Tapi hal yang paling menyenangkan, untuk
pertama kalinya, di penghujung acara Song For Camp, gw bisa melafalkan
Yellguys dengan fasih dan lancar tanpa harus tercekat di tengah
tenggorokan karena ngeblank akibat kata-kata dan hentakan kaki
Yellguys yang, sumpah, mirip parah dengan Iyel-Iyel OSIS :D
# Diklat Navigasi Darat
Gandewa
Diklat
Manajeman Perjalanan Gandewa
@Gunung
Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat
Kemarin gw baru pulang
dari Diklat Lapangan 2 Navigasi Darat Calon Anggota (Caang) Gandewa.
FYI : Gandewa adalah Kelompok Pecinta Alam Fakultas Psikologi UI. Diklat
kali ini diadakan di tempat yang sama dengan Diklat Manajemen
Perjalanan lalu, Gunung Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Hidup
gw bulan ini kok gak jauh-jauh dari Puncak ya? Bedanya, kalau
diklat pertama hanya nge-camp di kaki gunung, diklat kali ini
kami menerabas masuk hutan dan nge-camp di salah satu titik di
Gunung Kencananya.
Diklat dua kemarin benar-benar meninggalkan
banyak hal buat gw. Selain praktek lapangan langsung yang oke banget
tentang navigasi darat yang terdiri dari orientasi peta, orientasi
medan, resection, intersection, dan man to man, ada satu hal yang
menurut gw yang sukses membuat gw nyess banget. Di tengah badan gw yang
lecet-lecet, baret-baret, dan memar-memar saat membuka jalan dan
menerabas hutan, gw seolah menemukan pembuktian dari kata-kata senior gw
di Gandewa.
Di atas gunung, kalian bisa melihat
karakter asli teman-teman kalian, bahkan kalian bisa melihat karakter
asli diri kalian sendiri.
Mungkin benar kata Hari,
kalau gw bilang apa yang gw lihat kemarin adalah karakter asli
teman-teman caang gw, mungkin itu hanya sebuah asumsi. Tapiiii, ada satu
hal yang gw bisa pastikan. Di atas gunung kemarin, gw melihat
karakter-karakter yang BERBEDA dari teman-teman gw yang dalam keadaan
normal gak pernah diperlihatkan sebelumnya. Dan menurut gw, hal itu WOW
banget untuk diperhatikan dan disadari :D
Di atas gunung kemarin,
kelihatan banget siapa-siapa yang empati terhadap teman lebih besar,
egoisnya lebih besar, orientasi menyelamatkan diri sendirinya lebih
besar, sampai orientasi menyelamatkan temannya yang lebih besar.
Hal
itu pun terjadi pada gw. Sifat-sifat gw yang apa banget juga
keluar semua di atas gunung kemarin. Ih waw banget deh gw ngeliat diri
gw sendiri yang kayak gitu, hohoho ;P Sampai akhirnya gw pun berasumsi,
bagi siapa saja yang lupa dengan jawaban dari pertanyaan siapa saya,
naik gunung bareng yuk? :D
Saat turun gunung pun kesadaran akan betapa
berharganya waktu begitu mengakar ketika tahu kalau kita gak pernah
punya banyak waktu. Hari ini gw kuis Psium. Di akhir pengumpulan kuis,
nikmat banget ketika inget bahwa kemarin, kampus berjalan Psium yang
kami lakukan saat turun gunung, membantu banyak untuk kuis hari ini :D
Diantara
sekian banyak hal yang ditinggalkan dari diklat kemarin, satu hal yang
sampai sekarang bikin gw senyum-senyum sendiri adalah kemampuan masak gw
meningkat secara signifikan, hahahaha :P Kalau kemampuan masak gw pada
diklat pertama merugikan banyak orang, kemampuan masak gw selama diklat
kedua ini alhamdulilah mampu menyokong kemaslahatan umat,
hahahaha :P
# PDKM Opera 2011
Kelompok 6 PDKM Opera 2011
Jumat minggu lalu rangkaian kegiatan PDKM Opera ditutup. FYI :
PDKM (Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa) Opera adalah program
kerja bidang PSDM BEM Opera Fakultas Psikologi UI yang diperuntukan
untuk maba Psikologi UI 2011 yang ingin memiliki bekal lebih untuk
menjalani kehidupan kemahasiswaan.
Entah karena alasan apa, belakangan gw
udah lama banget gak pernah ngerasa kaget karena suatu hal. Dan, jujur,
penutupan PDKM kemarin benar-benar sukses membuat gw kaget
sejadi-jadinya. Di akhir rangkaian kegiatan PDKM Opera, ada kegiatan
yang disebut magang BEM. Dalam kegiatan tersebut, para peserta PDKM
terpilih mendapatkan kesempatan untuk merasakan menjadi anak BEM sebelum
bisa benar-benar mengikuti Open Recruitment sebagai pengurus BEM di
tahun mendatang. Para peserta PDKM disuruh memilih dua bidang yang
diminatinya.
Pada penutupan kemarin, diumumkan siapa
saja yang terpilih untuk bisa magang BEM. Alhamdulilah gw jadi salah
satu diantara beberapa peserta yang terpilih tersebut. Gw memiliki
passion yang cukup besar dengan pilihan pertama gw di bidang PSDM.
Adapun pilihan kedua gw pilih lebih karena alasan sederhana 'gw pengen
belajar' dan gw bingung mau milih apa selain PSDM. Jadi yang membuat gw
kaget? Ekspetasi gw dan teman-teman gw yang berharap gw bisa magang di
PSDM tidak sesuai dengan kenyataan bahwa gw terpilih di bidang kedua.
Dan tahukah kawan? Terpilihnya gw magang di bidang pilihan kedua gw
seolah mengeksekusi jawaban Teh Cune tentang pertanyaan gw beberapa hari
yang lalu.
Gw : Teh, teteh kan tau ya Tuti tuh apatis
banget sama yang namanya politik. Baca koran aja bagian hukum dan
politiknya pasti Tuti lewat. Tapi Tuti tau kalau di kampus dan di
kehidupan nyata Tuti gak bisa ngehindarin hal itu. Tuti pengen belajar
pelan-pelan, Teh. Tapi bingung mulai dari mana karena Tuti gak punya
passion sama hal-hal yang berbau politik.
Teh Cune : Kalau mau belajar, ya harus
nyebur sekalian, Tut.
Dan sekarang, gw benar-benar kecebur.
Allah Maha Mendengar ya? Dan selalu menjawab doa yang bahkan tak tampak
seperti sebuah doa. Saat ini, gw dapet kesempatan untuk belajar.
Dan gw
mau belajar :D
Peserta magang Bidang Kastrat (Kajian Strategis) :
1. Tsalitsa Haura
2. Muhammad Edma Khairan
3. Annisa Dwi Astuti
4. Annas Jiwa Pratama
Hectic
week masih berlanjut. Dan postingan kali ini juga sejujurnya sebagai
stimulus untuk mengerjakan urusan tulis menulis yang masih menggila,
hahaha :D
Sebelum melanjutkan mengerjakan tugas, mention orang-orang
dulu ah :D
1.
Fauzia Ratna Furi dan Kiagus Aufa
Ibrahim. Foto kita bertiga (minus Nisop) beberapa minggu ini gw
jadikan wallpaper hp gw loh. Memandang wajah kalian kayak ngisi bensin.
Gak ada analogi yang lebih bagus apa Tuth? Selalu sukses
membuat gw berapi-api lagi, dan tentu saja, dengan tidak pernah merasa
sendiri ;D
2. Rully Swarnaputra. Selamat ya peserta terbaik PDKM
Opera 2011! :D Lw tau gak, Rul. Performa lw mengingatkan gw tentang
sesuatu yang nyaris gw abaikan. Keinginan untuk belajar :)
3. Muhammad
Edma Khairan. Kelompok OKK, Caang Gandewa, Panitia Suksesi, Peserta
PDKM Opera, dan sekarang, sama-sama magang di Kastrat. Bosen gak Ri
ngeliat muka gw? Hahahaha :P Hope we can be a good partner ya, kawan!
4. Dan untuk siapapun yang akhir-akhir smsnya tidak gw
balas, maaf. Sedang tidak ada pulsa dan sedang kekurangan kemampuan
untuk mengisi pulsa :(
Buat gw, hal yang paling menyenangkan menjadi seorang blogger, selain bisa memenuhi hasrat menulis dan memenuhi keinginan berbagi apapun kepada siapapun yang membacanya, adalah mendapatkan feedback dalam bentuk dan bersifat apapun dari siapapun yang membaca tulisan gw. Dan untuk berbagai feedback, khususnya koreksi yang diberikan, terima kasih :D
*Untuk postingan kali ini, spesial terima kasih untuk Teh Cune dan Dika. Dan maaf untuk pihak manapun yang merasa dirugikan dengan adanya kesalahan penulisan ini.
Masih sangat ditunggu berbagai bentuk feedback untuk postingan di blog ini. Demi Cerita Hari Ini (2) yang lebih baik :D
**Kepada pemberi feedback langganan, Mas Anonim, ditunggu bangun dari hibernasinya.
H + 1 Acara Puncak PDKM OPERA 2011 Fakultas Psikologi UI.
Sekarang gw tau apa yang berbeda dengan angkatan Psikologi UI 2011 selain urusan gombal dan galau. Gw cuma bisa tersenyum, geleng-geleng kepala, dan tertegun dengan apa yang gw lihat , dengar, dan rasakan. Tiga hari yang panjang kemarin pun menyadarkan gw tentang ditengah-tengah siapa gw berada sekarang.
Dan perlahan, bintang-bintang pun mulai berpendar dari Desa Cikereteg, Puncak, Bogor, Jawa Barat :)
Rabu, 9 November 2011 lalu, judul kegiatannya jogging keliling lingkar dalam UI nonstop. Beda sih. Jogging memang memiliki ritme yang lebih cepat dari jalan kaki
biasa. Tapi dengan penggunaan anggota badan yang sama, rute perjalanan, dan niat yang tidak menimpang dari tujuan awal, boleh
dong ya mimpi nomor 10 nya gw ceklis :P
10. Keliling UI jalan kaki (√)
Yang menemani gw menceklis mimpi nomor 10 :)
Gugum, Hari, Gw, Kautsar, Kak Syanmil
Berdekatan dengan alam akan menuntunmu untuk menemukan hakikat
penciptaanmu
Gw belum cerita tentang PDKM Opera 2011 ya? Berhubung gw berencana menjadikan kegiatan tersebut menjadi topik di jurnal gw yang selanjutnya, jadi gak gw bahas dulu disini ya :D Intinya, salah satu rangkaian kegiatan PDKM Opera adalah pemberian tugas untuk mewawancaraiinfluential and inspirational leader. Berikut adalah hasil wawancara gw. Check this out! :D
***
Tugas Wawancara PDKM OPERA 2011 'Tentang Menyentuh dan di Balik Layar'
Nama Narasumber :
Shanti Nurfianti Andin
Tempat
Wawancara : Sepanjang
jalan dari Fakultas Psikologi UI-Tekomsel Centre di Jalan Raya
Margonda-Margo City-Depok Town Square-Kembali ke Fakultas Psikologi UI.
Hari,
Tanggal Wawancara: Selasa, 8
November 2011 Waktu
Wawancara : 13.30-16.00
WIB
Kosakata
pemimpin memiliki begitu banyak
definisi saat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pun
memiliki kriteria masing-masing dalam proses penilaian sosok seperti apa yang
layak menyandang gelar seorang pemimpin, begitu pula saya. Saat PJ Evaluasi PDKM
OPERA 2011 memberikan tugas untuk mewawancarai pemimpin yang dianggap memiliki
pengaruh besar dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya, banyak nama yang
langsung terpikir oleh saya yang kemungkinan bisa dijadikan alternatif
narasumber untuk tugas kali ini.
Salah
satu dari daftar nama alternatif narasumber tersebut adalah Teh Shanti
Nurfianti Andin atau yang akrab disapa Teh Cune. Menurut saya, sebaik-baiknya
pemimpin adalah pemimpin yang mampu membentuk pemimpin yang lebih baik di masa
selanjutnya. Berdasarkan pengalaman yang saya rasakan dan informasi-informasi
yang saya dapatkan dari berbagai sumber, selama perjalanan karir organisasinya,
narasumber Seminar 2 PDKM OPERA 2011 ini memiliki andil besar dalam pembentukan
pemimpin-pemimpin besar di masa selanjutnya
yang memiliki pengaruh postif yang besar pula bagi orang-orang di
sekitarnya. Teh Cune tak jarang berada di balik layar pemimpin-pemimpin yang
cukup berpengaruh untuk menyentuh
mereka dengan nilai-nilai kehidupan dan kepemimpinan yang beberapa diantaranya
diakui cukup mengakar bagi sebagian orang.
Namun,
alasan dan pernyataan tersebut murni bersumber dari hasil pengalaman dan
pemikiran saya sendiri. Oleh karenanya, untuk membuktikan asummsi yang saya
buat tersebut, saya melakukan survey sederhana berupa tiga pertanyaan tentang
Teh Cune yang saya ajukan kepada beberapa orang yang saya anggap pernah menjadi
pemimpin-pemimpin besar yang cukup berpangaruh di masanya dan tempatnya masing-masing.
Pertanyaan
pertama adalah penegasan apakah orang-orang yang saya ajukan pertanyaan
tersebut pernah benar-benar merasa disentuh
oleh Teh Cune. Dari beberapa orang yang saya ajukan pertanyaan melalui sms,
semua orang yang membalas sms saya tersebut mengaku pernah disentuh oleh Teh Cune. Hal tersebut pun ditegaskan lagi oleh Kak
Eki, pengurus BEM OPERA 2011, yang menyatakan saya tidak salah memilih
narasumber ketika tahu yang saya wawancarai adalah Teh Cune. Hasil dari jawaban
pertanyaan pertama dalam survey sederhana itulah yang pada akhirnya membuat saya untuk
memutuskan Teh Cune lah yang akan menjadi narasumber saya. Adapun jawaban pertanyaan
kedua dan ketiga yang berupa pertanyaan tentang hal apa yang mengispirasi dari
Teh Cune dan kesan terhadap Teh Cune menjadi pertanyaan-pertanyaan yang saya
ajukan kepada mahasiswa S2 Profesi Fakultas Psikologi UI tersebut untuk dikonfirmasi kebenarannya dalam proses
wawancara.
Wawancara
dilaksanakan secara fleksibel selama perjalanan dari Fakultas Psikologi
UI-Telkomsel Centre di Jalan Raya Margonda-Margo City-Depok Town Square-kembali
lagi ke Fakultas Psikologi UI. Sebelum masuk ke isi wawancara, berikut adalah
pengalaman organisasi Teh Cune dari jenjang SMP sampai pengalaman di dunia
kerja.
SMP (SMPN 1 Bogor)
1.Sekretaris 1 OSIS SMPN 1 Bogor tahun
1999-2000
2.Wakil Komandan Section Perkusi
Drumband Bahana Swara Garuda 16 SMPN 1 Bogor
SMA (SMAN 1 Bogor)
1.Subseksi Dana Sosial
(Dansos) OSIS SMAN 1 Bogor tahun 2002-2003
2.Subseksi
Observasi dan Pengembangan (Obsbang) OSIS SMAN 1 Bogor tahun 2003-2004
3.Ketua Klub Fotografi SMAN 1 Bogor
(Fokus) tahun 2003-2004
Universitas (Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia)
1.Ketua Bidang Departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Organisasi (PSDMO) BEM Fakultas Psikologi tahun 2008
2.Pemain
Euphonium Marching Band Madah Bahana Universitas Indonesia tahun 2010-2011
3.Staff drill dan display merangkap
staff perlap Marching Band Madah Bahana Universitas Indonesia tahun 2011-2012
Pengalaman Kerja
1.Asisten dosen Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 2011
2.Fasilitator
MPKT CML Universitas Indonesia tahun 2010
3.HRD
PT Alam Indomesin Utama tahun 2010
4.Fasilitator OBM Universitas
Indonesia tahun 2007-2011
Wawancara
dimulai dari pernyataan seorang mahasiswa S2 Profesi Farmasi Universitas
Indonesia 2011. Mahasiswi tersebut pernah
menjadi jajaran pengurus harian di OSIS SMA yang sama dengan Teh Cune dan pernah menjadi pengurus SALAM UI. Menurutnya (Marista, 2011) Teh Cune berani
mengorbankan apa saja untuk sesuatu yang dia cintai. Beliau bisa bertahan
dengan pilihannya dalam waktu yang luar biasa lama tanpa terpengarunh oleh
omongan orang lain. Beliau merupakan tipe orang yang kalau sudah menemukan
sesuatu yang dia sayang, akan gila-gilaan berjuang untuk sesuatu tersebut.
Beliau pun merupakan sosok yang tegas, disiplin, cerdas, dewasa, heboh, kadang
membuat segan sekaligus membuat kangen.
Pernyataan
itu menstimulus saya untuk mengajukan
sebuah pertanyaan tentang apakah Teh Cune adalah seorang sosok yang mudah
menyayangi orang lain. Beliau pun mengiyakan pernyataan tersebut. Beliau bercerita
bahwa ia memang mudah menyayangi orang-orang disekitarnya tanpa perlu terikat
sebuah kelembagaan terlebih dahulu. Lebih jauh lagi, Teh Cune bercerita tentang
kosakata cinta. Beliau memamparkan bahwa baginya, cinta hanya diperuntukkan
untuk sesuatu yang universal, seperti lembaga, tanah air, dan bukan partikular,
seperti seseorang. Hal tersebut senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Teh Marista bahwa ketika beliau menyayangi sesuatu, ia bersedia memberi lebih
untuk sesuatu yang ia sayangi itu. Itu mengapa jika istilah cinta digunakan
untuk sesuatu yang partikular, bisa-bisa beliau memberikan sesuatu kepada hal
yang partikular tersebut dengan kadar yang berlebihan.
Pernyataan
selanjutnya berangkat dari jawaban yang diberikan oleh seorang mahasiswa
S1 FMIPA Jurusan Fisika ITB. Mahasiswa
tersebut pernah menjadi Project Officer
salah satu acara insidentil tersbesar pada masanya di SMA yang sama dengan Teh
Cune. Selain sukses membawa acara tersebut berakhir dengan surplus Rp 12 juta,
mahasiswa tersebut pun merupakan sosok yang cukup memiliki andil dalam
pembentukan karakter seorang pemimpin yang saat ini menjabat sebagai Ketua Angkatan
Fakultas Psikologi 2011. Menurutnya (Aufa, 2011) ia merasa disentuh oleh Teh
Cune saat Teh Cune memberikan pandangannya untuk tetap mempertahankan jadwal
kegiatan regenerasi yang terkesan templatis (hanya menikut tradisi) kalau
ternyata hasilnya tetap bagus. Ketegasan Teh Cune pun merupakan salah satu hal
yang paling menginspirasi dirinya.
Pernyataan
tersebut membawa saya kepada pertanyaan bagaimana pandangan dan penyikapan Teh
Cune tentang suatu tradisi yang berlaku turun temurun dalam suatu organisasi
yang terkadang mampu memicu konflik internal dan eksternal. Secara singkat, Teh
Cune menjawabnya dalam satu kalimat, kritis
dalam taat. Menurutnya, alanakah baiknya ketika kita memasuki suatu
organisasi yang memiliki tradisi yang memang sudah turun temurun, yang mungkin
dianggap tidak sesuai zaman, kita ikuti saja terlebih dahulu. Ini yang dimaksud
istilah taat dalam kalimat tersebut. Sambil mengikuti, di perjalanan, kita
harus mencoba mengkritisi kembali apakah tradisi tersebut relevan atau
tidak dengan kebutuhan saat ini. Kalau ternyata tidak relevan, bisa
dikomunikasi kembali kepada pihak yang berwenang. Akan tetapi kalau masih
relevan, mungkin memang tidak ada yang harus benar-benar diubah dari tradisi
tersebut.
Wawancara
dilanjutkan dengan mengambil pernyataan seseorang yang saat ini merupakan siswa
kelas 3 SMA yang sama dengan Teh Cune. Siswa tersebut pernah menjabat sebagai
Ketua Umum OSIS dan baru-baru ini terpilih sebagai salah satu perwakilan dari himpunan
seluruh ketua OSIS se-Indonesia untuk membacakan teks Sumpah Pemuda di sebuah
stasiun televisi swasta ternama pada tanggal 28 Oktober lalu. Menurutnya (Ghilandy, 2011) ditengah kelembutannya
sebagai seorang wanita, beliau mengajarkan keteguhan, ketegasan, ‘ketahanan
bantingan’ dalam menghadapi berbagai masalah. Baginya secara pribadi, Teh Cune
menggambarkan totalitas, intelektualitas, dan kesetiaan dalam satu paket.
Tegas
dalam pernyataan yang dikemukakan Ghilandy memicu saya untuk menanyakan tentang
definisi tegas dan korelasinya dengan ilmu psikologi yang berada di zona abu-abu yang
penuh relatifitas. Secara gamblang, Teh Cune pun menceritakan tentang
pengalamannya yang sempat tidak memiliki pegangan saat berada di tingkat akhir
S1 nya yang kian hari semua yang dipelajari kian relatif. Teh Cune pun mengaku
akhirnya beliau sendirilah yang membuat batas ketegasan sendiri untuk banyak
hal.
Pertanyaan
pun terus berlanjut. Selanjutnya bermula dari pernyataan seorang mahasiswi S1
Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. Mahasiswi tersebut pernah menjadi sosok
yang disegani, di SMA yang sama dengan Teh Cune, karena keteladanan bersikap
dan kemampuan multitasking- nya untuk mengambil beberapa tanggung jawab
keorganisasian di waktu yang bersamaan dengan penuh totalitas. Menurutnya
(Annisa Sophia, 2011) Teh Cune penuh dengan cerita menarik dan penyampaian yang
luar biasa. Teh cune beraura, sorot matanya tajam, dan saat berbicara membuat merinding.
Pernyataan
tersebut pun senada dengan pengalaman yang saya rasakan selama mendapatkan
materi dari Teh Cune. Cara penyampaiannya dalam memberikan materi mampu menjadi
sesuatu yang terkadang sangat membekas bagi sebagian orang. Teh Cune pun
berbagi beberapa rahasia tentang bagaimana beliau menyampaikan materi dihadapan
audience.
1.Harus
sudah menguasai materi
2.Harus
mampu menguasai diri
3.Harus
mampu menguasai audience
4.Saat
akan menyampaikan materi, pemateri harus sudah dalam keadaan meninggalkan
masalah apapun yang sedang dihadapi
5.Jiwa
dan badan benar-benar ada di tempat pemberiaan materi
6.Menyampaikan
dengan hati. Menurut beliau, apa-apa yang disampaikan dengan hati, sampainya ke
hati juga.
Wawancara
pun ditutup dengan pertanyaan pamungkas yang berasal dari pernyataan seseorang
yang saat ini berstatus sebagai siswi kelas 3 SMA, masih di SMA yang sama
dengan Teh Cune. Siswi yang dianggap sering menjadi tempat bersandar
orang-orang disekitarnya tersebut baru
saja lengser dari jabatan nya di jajaran pengurus harian OSIS di SMA nya. Menurutnya (Arin, 2011) terlalu banyak hal
yang menginspirasinya dari sosok Teh Cune. Hal yang paling mengingspirasinya
adalah semangatnya. Memberi inspirasi
dengan ‘menularkan’ dan dari cara memandang sesuatu. Baginya, Teh cune itu luar
biasa dalam kesederhanaannya.
Dengan
begitu banyak inspirasi yang sanggup diberikan oleh Teh Cune kepada orang lain,
saya menjadi penasaran sendiri tentang apa sebenarnya prinsip hidup Teh Cune.
Jujur, pada awalnya Teh Cune mengaku bahwa beliau tidak memiliki satu kalimat
yang mampu menggambarkan tentang dasar dari tiap pilihan dan keputusan yang ia
ambil dalam hidupnya. Sampai pada akhirnya, kalimat ‘Have Faith and Keep Fight’ dipilihnya untuk mewakili prinsip
hidupnya.
Terlalu
banyak insight yang saya dapatkan dalam proses wawancara ini. Dari sekian
banyak insight tersebut, ada satu insight yang paling menggugah saya. Saya
adalah salah satu dari sekian banyak pembaca dan penikmat tulisan-tulisan Teh
Cune di dunia maya, baik blog maupun notes facebook. Wawancara ini seolah
menegaskan bahwa Teh Cune konsisten atas apa-apa yang pernah beliau tulis
sebelumnya. Beliau konsisten memegang nilai-nilai yang pernah ia tuliskan, baik
untuk diri sendiri maupun orang lain, sampai sekarang. Bagi saya pribadi,
konsistensi tidak bisa benar-benar dimiliki oleh pemimpin dengan kecakapan dan
kualitas yang tidak mumpuni. Alasan itu lah yang pada akhirnya menutup wawancara saya
dengan Teh Cune dengan membawa kesimpulan bahwa, bagi saya, beliau merupakan sebanar-benarnya
pemimpin, yang mampu memberi pengaruh postif dan menginspirasi orang-orang
disekitarnya.
Saya
pun secara langsung mendapatkan inspirasi dan pengaruh yang besar dari Teh
Cune. Mungkin saya memang bukan pemimpin yang besar, besar dalam arti kata
memiliki pengaruh yang kuat untuk orang-orang di sekitar saya. Akan tetapi, Teh
Cune berjasa besar karena telah membesarkan hati saya. Membesarkan hati saya untuk memulai dan bertahan sampai
sekarang untuk tetap menulis, dalam kasus ini sebagai seorang blogger, demi
menjadi sebaik-baiknya orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain walau hanya
melalui sebuah tulisan.