Saat gw mengetik post yang satu ini, gw sudah hampir tiba di penghujung kegiatan awal mahasiswa baru (bulan ini) sebelum akhirnya masuk libur lebaran. Yihaaaaaa :D Setelah Pra OKK, latihan paduan suara, OKK, CBT, dan PSAF, sekarang gw sudah memasuki hari ketiga OBM. OBM merupakan singkatan dari Orientasi Belajar Mahasiswa. Sederhananya, OBM merupakan simulasi akitivitas perkuliahan untuk para mahasiswa baru. Selama kurang lebih satu minggu, mahasiswa baru diberikan materi dan diajarkan beberapa keterampilan yang akan menunjang kegiatan perkuliahan sebenarnya yang baru akan dimulai tanggal 12 September nanti. Beberapa materi dan ketrampilan tersebut antara lain, Learning Skills, Collaborative Learning, Problem-Based Learning, Information Technology & Computer Mediated Learning, dan Information Literacy.
Kemarin lusa, usai hari kedua OBM, waktu masih menunjukkan pukul 15.30. Masih terlalu sore untuk gw langsung pulang ke kostan. Di hari yang sama, gw dapet kabar bahwa maba sudah diperkenankan menggunakan spekun (sepeda kuning). Asiiik! Asiik! Dan sebuah ide pun muncul! :D
Namanya Tari. Teman satu fakultas gw asal dari Bukittinggi. FYI : Selama 20 hari gw di Depok, secara tidak sengaja gw sudah berkenalan lebih dai 10 orang maba asal ranah minang looh. Mantaaap. Selama OBM, Tari jadi partner sharing gw, khususnya ngebahas tentang PSAF (Pengenalan Sistem Akademik tk. Fakultas a.k.a opek fakultas). Tidak jarang gw dan tari saring lirik-lirikan selama OBM ketika mendengar istilah-istilah :
Feedback
Kritis dan Bertanggung Jawab
Plagiat
Karena istilah-istilah itu punya tempat tersendiri bagi anak-anak Psiko 2011 selama PSAF kemarin. Hohoho :P
Di Depok, bersama sebagian besar maba yang tergabung dalam paguyuban mahasiswa asal Sumatra Barat, Tari berdomisili di Asrama UI. Setelah memastikan sepulang OBM Tari tidak ada kegiatan, gw mengajak Tari untuk naik spekun sampai ke Asrama untuk membunuh waktu menjelang Magrib. Dan ternyata Tari mau!. Alhamdulilaaah :D Dari gedung Fasilkom tempat OBM gw hari itu, gw dan Tari berjalan ke arah shelter spekun yang berada di Pocin.
Sampai di shelter Pocin, gw dan Tari harus menunggu dulu, soalnya sepedanya habis. Umumnya habis oleh maba yang pengen nyoba naik spekun, kayak gw dan Tari sekarang, hehehe. Sambil menunggu, datanglah serombongan teman-teman Tari dengan spekun masing-masing dari Paguyuban Mahasiswa asal Sumatra Barat yang sebagiannya juga sudah merupakan teman gw juga. Namanya Sahda (Psikologi), Wanda (Akuntansi), dan Fauzi (Psikologi). Dan satu lagi? Aduh gw lupa namanya, hohoho, maaap ya :P Pokoknya temannya Ipol di FKG lah :D
Setelah ngobrol-ngobrol, akhirnya diputuskanlah kami semua akan bersepeda bersama berkeliling UI sebelum ke asrama! Yuhuuuuu. Sambil menunggu sepeda gw dan Tari, gw asik mendengarkan mereka bercakap-cakap dengan bahasa Sumatra Barat. Di dalam paguyuban mereka ada sebuah pertaturan. Di manapun dan kapanpun mereka berada, sesama anggota paguyuban harus menggunakan bahasa Sumatra Barat dalam bercakap-cakap. Hal ini dimaksudkan agar bahasa asli daerah mereka tidak luntur ditelan kota metropolitan selama mereka menjadi anak perantauan. Subhanallah.
Naah, selama mereka bercakap-cakap, gw cuma bisa mendengarkan takzim dan sesekali bertanya, ‘sia’ artinya apa? ‘siko’ artinya apa? ‘manga’ artinya apa? Dan mereka pun berbaik hati menjawab segala pertanyaan gw. Bahkan, kalau mereka tiba-tiba menyadari kalau gw tengah memperhatikan kalimat mereka, mereka pun langsung mentranslate satu kalimat utuh setelah bahasa minang merkea menjadi bahasa Indonesia, hohoho.
Dan sedikit-sedikit gw mengerti kalau bahasa minang itu termasuk bahasa hemat looh :D Kenapa? Karena siapa dalam bahasa Indonesia menjadi sia dalam bahasa minang. Di mana menjadi dima. Dan Mengapa menjadi manga.
Asiiik, ngertilah dikit-dikit bahasa Minang :D
Setelah sepeda untuk gw dan Tari datang, lupa bahwa hari ini gw kebablasan gak sahur dan kaki gw masih cenat-cenut sisa-sisa mobilisasi PSAF kemarin, perjalanan pun dimulai!
Rute pertama yang kami lewati adalah MUI-Perpustakaan Pusat-Fasilkom-FISIP dan FIB. Rute yang kami lewati gak boleh sembarangan. Harus melalui jalan kecil yang di cat merah yang memang diperuntukkan untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda. Pesan untuk maba, kita yang nurut ya sama rute yang sudah ditentukan. Soalnya kasihan petugas sepedanya kalau harus neriakin kita kalau melihat ada yang keluar jalur.
Sampai di dekat FIB yang jalannya seperti dari hutan-hutan yang dibuka bagian tengahnya, gw mulai bersenandung.
Come along my friend.
Come along with me.
I want to go to find my love, in psychology.
Senandung gw pun dilanjutkan oleh Tari yang berjarak tak jauh di belakang gw.
Come along my friend.
Come along with me.
I want to go to where the fun is, in psychology.
Sahda pun tak mau ketinggalan.
Psy, psy, psy, psychology, psychology.
I want to go to learn my traits, in psychology.
Lagu itu merupakan salah satu lagu kebanggaan anak Psikologi. Judulnya Come Along My Friend. Psikologi punya beberapa lagu yang biasa dikumandangkan kalau ada kegiatan-kegiatan atau seminar-seminar tentang Psikologi. Dan lagu itu salah satunya. Nada lagunya enak pisan loh. Dan selama beberapa hari pasca PSAF, lagu itu gak berhenti-berhenti dinyanyikan oleh anak-anak Psiko di beberapa kesempatan, seperti saat ini, yang dilakukan oleh gw, Tari, dan Sahda :D
Rute sepedanya sedikit demi sedikit mulai terjal. Sudah mulai mendaki dan menurun. Kami sudah sampai di PNJ (ketemu sama Indra!)-Stadion UI-sampai akhirnya tembus di FT. Di FT, di saat yang lain sudah menarik nafas panjang karena PSAF sudah selesai (sementara), gw melihat ada beberapa kelompok mahasiswa baru teknik yang lagi duduk berbaris rapi dengan mahasiswa senior di sekelilingnya yang menjadi pertanda bahwa di FT masa bimbingan baru akan dimulai.
Gw jadi ingat percakapan antara gw dan Rj beberapa waktu yang lalu tentang masa bimbingan di setiap fakultas yang berbeda-beda.
Rj : Setiap fakultas punya cara yang berbeda untuk membimbing mahasiswa barunya, yang mengakibatkan output yang dihasilkan juga berbeda di tiap fakultasnya, Tuth.
Gw : Iyalah, J, namanya juga Universitas Indonesia. Gak serulah kalau outputnya sama. Tidak ‘Indonesia’ namanya.
Jadi? Semangatlah mas-mas dan mba-mba Fakultas Teknik untuk Mabim nya! Dan semangat juga untuk gw buat Prosesinya bulan depan! :D
Sampai di depan Fakultas Teknik, gw dan Tari bersenandung lagi.
Kalau Anda sedang patah hati, cher-wer-wer-pom-pom.
Cari saja anak Psikologi, cher-wer-wer-pom-pom.
Psikologi, psikologi, cher-wer-wer-pom-pom.
Psikologi, psikologi, cher-wer-wer-pom-pom.
Itu salah satu potongan lagu anak Psikologi juga. Judulnya Cher-Wer-Wer-Pom-Pom. Tapi kali ini, gw dan Tari tidak melanjutkan potongan lagu itu. Gw dan Tari mencoba mengkritisi kalimat dalam lirik lagu yang satu itu.
Kalau Anda sedang patah hati, cari saja anak Psikologi.
Hahaha, buat pembaca, ambigu gak sama kalimatnya?
Kemungkinan pertama, anak psikologi dicari sebagai tempat cerita untuk mencoba membantu menenangkan hati yang gundah gulana. Kemungkinan kedua, anak psikologi dicari untuk menggantikan yang lama. Hahahahaha :P
Jadi, mau pilih yang mana? Pilihan dikembalikan kepada yang patah hati *looh?! -_-
Saat ini kami sudah melewati FT-FE-FPsi-Stasiun UI sampai akhirnya tembus di Gerbatama (Gerbang Utama). Keluar dari Gerbatama, beberapa meter setelahnya, kami sampai di salah satu icon UI. Sebuah tebing besar dengan tulisan Universitas Indonesia dan tanaman hias yang dibentuk makara yang terletak beberapa belas meter dari salah satu danau dari enam danau yang terdapat di UI.
Tebing yang gw maksud (ternyata namanya UI Wood :P)
Salah satu kebiasaan maba saat melewati icon tersebut adalah mencoba melihatnya lebih dekat untuk mengukur sebesar apa icon tersebut dibandingkan tubuhnya. Atau lebih dikenal dengan sebutan foto bersama, hahaha :P Walaupun ada mitos bahwa mahasiswa yang foto di depan icon tersebut akan susah lulusnya, alhamdulilahnya gw dan Tari lebih percaya Allah daripada mitos. Jadilah kami berdua foto disana :D
Awalnya, kami berlima agak ragu apakah mau mendekati icon tersebut. Mengingat jarak kami memarkirkan sepeda dengan icon tersebut cukup jauh. Kami harus loncat ke bawah tebing, menyusuri danau, dan naik ke atas bukit tempat icon tersebut berada. Soalnya salah satu etika bersepeda adalah tidak boleh meninggalkan atau memarkirkan spekun sembarangan. Kalu tidak? KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) disita!
Akan tetapi, setelah meyakinkan diri sendiri bahwa kami hanya sebentar, ditambah lagi bapak-bapak yang tengah memancing di pinggir danau berjanji untuk menjaga 5 spekun itu, kami pun memutuskan segera menyusuri danau.
Setelah sampai di atas, sejenak meluruskan kaki, dan memastikan bahwa ternyata huruf ‘I’ nya saja lebih besar dari badan kami, tidak sampai lima menit setelahnya, kami tiba-tiba berteriak panik!
Dari kejauhan, terlihat bapak penjaga spekun yang tengah patroli keliling menghampiri lima spekun kami, mengedarkan pandangan sekitar mencari siapa gerangan mahasiswa yang meninggalkan lima sepeda itu sembarangan, dan kemudian setelahnya seperti tengah melaporkan sesuatu melalui HT.
Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa! Tanpa pikir panjang kami langsung berlari menuruni tebing dengan kecepatan yang membuat kami kapan saja bisa tergelincir ke dalam danau. Tanpa mengerem kecepatan berlari, kami berlima melambai-lambaikan tangan ke arah bapak penjaga tersebut sambil berteriak teriak “Bapaaaaaak! Bapaaaaak! KTM kami jangaaaan disitaaaaaa!”
Gak lucu juga soalnya baru beberapa hari jadi maba, KTM udah disita karena alasan beginian -_-
Setelah sampai di tempat kami memarkirkan sepeda, kami cuma bisa, “Bapak, KTM kami jangan disita yaaa, Pak :(?” sambil memasang muka memelas.
Si Bapak cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kami. Bapak penjaga bilang, beliau tidak melarang kami untuk mendekati icon tersebut. Yang jadi masalah, setidaknya harus ada satu orang yang menjaga spekun kami di tempat parkir untuk memastikan spekun tidak diambil orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk kali ini kami dimaafkan, tapi tidak untuk selanjutnya.
Alhamdulilaaaaaaaaaaaaaaaah! Hahahahahahaha. Sambil mengatur nafas, kami cuma bisa bilang terima kasih dan maaf kepada bapak penjaga berkali-kali. KTM selamat :D
Perjalanan pun dilanjutkan. Hanya tinggal beberapa puluh meter menuju asrama. Walaupun begitu, medannya mulai menantang. Nanjaaaak meeeen. Beberapa dari kami bahkan ada yang memutuskan turun dari sepeda dan menuntunnya sampai ke shelter.
Sampai di shelter asrama, menyenderkan spekun di tempatnya, sambil meluruskan kaki menunggu bapak penjaga mencatat nama kami lewat KTM, gw, Tari, dan Sahda, layaknya baru memenangkan sebuah turnamen, spontan menyanyikan lagu Hymne Psikologi sambil mengangkat tangan ke atas dan melambai-lambaikannya ke kanan dan ke kiri .
Satu rasa persaudaraan.
Satu dalam berkarya.
Menjunjung jiwa yang luhur.
Berbakti bagi sesama.
Dalam wadah persatuan.
Psikologi UI tercinta…
Selamat Datang di Asrama UI, Tuti!
Itu kalimat pertama Tari saat tau bahwa ini pertama kalinya gw berkunjung ke asrama UI. Di gerbang depan Asrama, gw, Tari, dan Sahda berpisah dengan Wanda, Fauzi, dan temennya Ipol. Gw, Tari, dan Sahda menuju kamar Sahda. Awalnya gw cuma mau numpang sholat doang. Tapi setelah dihasut oleh Tari dan Sahda, akhirnya gw memutuskan buka puasa di Asrama dan kembali ke kostan naik Bikun pukul 19.05 yang mengantarkan penghuni asrama untuk sholat Tarawih di MUI, hehehe.
Saat tiba waktunya bebuka, kami bertiga menuju kantin asrama. Rameeeee pisaaaaaaan meeeeen. Kalau di asrama IPB gedung putra-putri benar-benar terpisah oleh jarak dan waktu, di Asrama UI, gedung putra-putri hanya terpisah oleh kantin. Jadilah ketika berbuka semuanya numpuk di kantin. Mulai dari yang bener-bener buka puasa sampai yang ngerjain tugas ospek jurusan ada di sini.
Berhubung kami gak dapet tempat, akhirnya kami memutuskan membeli makanan dan membawanya ke kamar Sahda. Setelah makan, sholat, dan menunggu Sahda bersiap tarawih, gw dan Tari ngobrol-ngobrol. Termasuk ngobrolin suka-dukanya jadi anak perantauan di sini.
Di sela-sela obrolan kami, Tari minta izin manggil gw dengan sebutan ‘teteh’. Hahahaha. Tari bilang gw mengingatkan gw dengan kakaknya. Tari bukan orang pertama yang minta izin ke gw tentang hal ini. Karena kelakuan Murai, Amei, Vaa, dan Aci yang gak bisa menanggalkan panggilan ‘teteh’ di depan nama gw, terbongkarlah kedok gw sebagai anak 2010 dan membuat beberapa anak Psiko 2011 meminta izin ke gw untuk memanggil gw dengan sebutan ‘Kakak Tuti’, ‘Teteh Tuti’, sampai ‘Mba Tuti’, hahahaha :P Tapi alasan utamanya bukan karena mereka juga sih, emang dasar nasib muka boros aja ini mah -_-
Lebih jauh lagi, bahkan ada yang menyangka gw adalah mahasiswa senior yang diselundupkan ke angkatan 2011 untuk mengetahui kondisi angkatan dari dalam -_-
Tapi apalah arti sebuah panggilan. Kalau ternyata panggilan itu bisa jadi alarm gw untuk menningatkan kalau gw masuk sini bukan tanpa perjuangan, gw sih asik asik aja dipanggil kakak, teteh, sampai mba sekalipun :D
Sampai pukul 19.00, gw dan Sahda segera beranjak ke shelter Bikun di depan asrama dan berpisah dengan Tari yang kebetulan memang sedang tidak puasa. Akhirnya kesampean juga naik Bikun menuju/dari asrama :D Di Bikun, gw ketemu lagi dengan Fauzi, Wanda, temennya Ipol, dan tambahan teman baru lagi, Mpit namanya. Mpit anak Psikologi juga. Kamarnya di depan kamar Sahda. Baru pertama kali ngobrol secara personal, penyataan pertama yang disampaikan Mpit ke gw, “Aku manggilnya Teteh Tuti aja yaaa..” Gubrak!
Samapi di shelter Stasiun UI, gw pamit turun duluan menuju kostan. Perjalanan pulang belum berakhir. Masih harus menyebrangi Jalan Raya Margonda yang sampai saat ini masih sukses membuat gw deg-degan.
Tari : Alhamdulilah hari ini dapet saudara baru :D
Alhamdulilaaaaaaah. Makasih banyak ya Tari untuk hari ini dan mungkin untuk hari-hari selanjutnya di Psikologi :D
Sampai di kostan, gw segera mandi, sholat, dan nyuci. Setelah kewajiban primer terpenuhi, gw segera mengambil pulpen menunju daftar 100 mimpi yang ada di depan meja belajar gw. Menceklis dua dari seratus kotak yang terdapat di dalamnya.
3. Keliling UI naik Bikun (√)
4. Keliling UI naik Spekun (√)
*Segala Puji hanya milik-Mu yang telah membiarkan kaki ini untuk tak pernah lelah mengayuh dan melangkah, membiarkan tangan ini tak pernah lelah berjabat tangan, dan membiarkan wajah ini terus mengukir senyuman :)