#Postingan ini
dibuat untuk :
- Pemenuhan tugas mata kuliah Logika dan Penulisan
Ilmiah materi Mayor Thought Relationship.
- Teh Cune. Orang pertama yang mengajari gw untuk berani menulis :D
- Nila. Sahabat baru yang kamarnya bersedia gw
acak-acak demi menyelesaikan tulisan ini. Terima kasih juga untuk kamarnya
yang bersedia menampung gw untuk melarikan diri dari panasnya Kota Depok
yang belakangan ini lebih panas beberapa derajat bagi gw.
- Maba Psikologi UI 2011. Untuk kita yang tengah
mengukir cerita dan menyatukan hati :)
***
Beberapa
perguruan tinggi negeri di Indonesia
dikenal dengan ciri khas keilmuan dan kehidupan sosial yang dimilikinya
masing-masing. Ada Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan teknologinya,
Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan pertaniannya, dan Univeristas Indonesia
(UI) dengan kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Ciri khas tersebut pun
melahirkan identitas-identitas yang berupa simbol-simbol yang amat lekat dengan
perguruan tinggi negeri tersebut. Contohnya, ITB identik dengan lambang gajah
dengan nama Ganesha, IPB identik dengan lambang bulir-bulir padi yang sejalan
dengan julukan Indonesia
sebagai negara agraris, dan UI yang identik dengan lambang pohon ilmu pengetahuan
yang lebih akrab disebut Makara.
Bagi
Universitas Indonesia
sendiri, penggunaan lambang makara tidak hanya sebatas sebagai identitas
perguruan tinggi secara umum. Perbedaan warna makara yang emblemnya dijahit di
bagian kiri jaket almamater-yang biasa disebut Jaket Kuning (Jakun)-
mahasiswanya pun melambangkan identitas masing-masing fakultas yang ada di
univeritas yang sering mendapatkan julukan Kampus
Kuning ini.
Perbedaan
warna makara yang menunjukkan identitas masing-masing fakultas di kampus yang
terletak di Depok dan Salemba ini dapat dilihat sebagai berikut :
- Makara Hijau Tua untuk Fakultas Kedokteran (FK)
- Makara Hijau Tua-Putih untuk Fakultas Kedokteran Gigi
(FKG)
- Makara Hitam-Biru Tua untuk Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
- Makara Biru Tua untuk Fakultas Teknik (FT)
- Makara Merah untuk Fakultas Hukum (FH)
- Makara Oranye untuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP)
- Makara Abu-abu untuk Fakultas Ekonomi (FE)
- Makara Putih untuk Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
- Makara Biru Muda untuk Fakultas Psikologi (FPsi)
- Makara Ungu untuk Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
- Makara Biru-Merah untuk Fakultas Ilmu Komputer
(Fasilkom)
- Makara Biru Tua-Biru Muda-Biru Tua untuk Fakultas
Keperawatam (FIK)
- Makara Hijau-Oranye-Biru untuk Program Vokasi
- Makara Cokelat untuk Program Pasca Sarjana
Jika
mau diteliti lebih jauh, ada dua fakultas yang memiliki dua buah makara yang
berwarna sama. Makara tersebut adalah makara berwarna biru yang terbagi menjadi
dua jenis, yaitu makara biru tua dan makara biru muda. Diantara sekian banyak
warna makara yang terdapat di Universitas Indonesia, dua warna makara
tersebut cukup menarik perhatian saya. Selain karena dulu saya sempat memiliki
cita-cita untuk menjadi bagian dari makara biru tua-dan pada akhirnya warna makara
yang saya kenakan di Jakun saya benar-benar makara biru tua, walapun sudah
sedikit telah luntur (baca : makara biru muda)- cerita tentang kedua makara ini
punya tempat tersendiri untuk saya.
Walaupun
sama-sama berwarna biru, ada sebuah perbedaan mencolok yang dimilki oleh kedua
makara biru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari kuantitas mahasiswa yang
berada di dalamnya. Makara biru tua memiliki jumlah mahasiswa yang jauh lebih
banyak dibandingkan mahasiswinya. Kenyataan tersebut berbanding terbalik dengan
makara biru muda yang memiliki jumlah mahasiswi yang jauh lebih banyak
dibandingkan jumlah mahasiswanya. Perbedaan kuantitas tersebut pun sedikit
banyak memberikan pengaruh adanya perbedaan mencolok antar kehidupan sosial di
kedua fakultas tersebut.
Konon,
perbedaan tersebutlah yang dirasa menyebabkan kedua fakultas tersebut bisa
saling melengkapi satu sama lain. Banyak cerita yang menyebutkan bahwa kedua
fakultas ini dari tahun ke tahun mampu menjalin hubungan yang baik. Bahkan,
beberapa diantara hubungan tersebut dapat berlanjut menjadi hubungan yang lebih
dari sebuah pertemanan. Awalnya saya meragukan hal tersebut karena mungkin hal
tersebut bisa terjadi di fakultas lainnya, tidak hanya di kedua fakultas
tersebut. Akan tetapi, hasil wawancara singkat yang saya lakukan kepada
beberapa mahasiswa/i di kedua fakultas tersebut menunjukkan adanya indikasi
kebenaran dari anggapan itu. Terlebih lagi ketika saya mencoba mengobservasi
langsung-secara sederhana-di tempat kejadian perkara. Beberapa mahasiswa Fakultas
Teknik mememiliki perhatian lebih kepada mahasiswi yang menggunakan Jakun
dengan emblem biru muda di sebelah kiri ketika mahasiswi tersebut sedang
berkunjung ke Fakultas Teknik. Begitu pula yang terjadi sebaliknya ketika ada
beberapa mahasiswa Fakultas Teknik yang tengah berkunjung ke Fakultas
Psikologi. Fenomena ini memang tidak terjadi secara mayoritas di kedua fakultas
ini. Akan tetapi, kenyataan bahwa kedua fakultas ini mampu memiliki hubungan
yang baik dan saling melengkapi, sedikit demi sedikit mampu mengikis anggapan
akan kentalnya arogansi yang dimiliki tiap fakultas karena perbedaan kehidupan
sosial akademis di masing-masing fakultas.
Mengapa
saya begitu tertarik dengan fenomena yang terjadi antara kedua makara biru?
Karena saya merupakan bagian dari salah satu makara biru tersebut. Saat ini,
genap dua bulan saya tercatat menjadi mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kebutuhan akan pengetahuan tentang fakultas tempat saya menuntut ilmu, kurang
lebih empat tahun ke depan, memaksa saya untuk memberikan perhatian lebih
tentang kehidupan sosial akademis yang terjadi di fakultas biru muda ini.
Fakultas
Psikologi merupakan fakultas terdepan di Universitas Indonesia. Terdepan dalam kalimat
ini memiliki arti kata denotatif, yaitu fakultas dengan jarak paling depan
terhitung dari gerbang utama Universitas Indonesia. Jika dibandingkan dengan
fakultas lain, fakultas ini memiliki luas lahan yang tidak terlalu besar
mengingat hanya ada satu jurusan di fakultas ini. Namun, luas lahan tersebut
tidak serta merta membuat produktivitas fakultas ini berkurang. Letaknya yang
berada di dekat peradaban (baca : stasiun UI dan gerbang utama UI), serta
keberadaan alfamart dan berbagai jenis atm di salah satu sudut fakultas, membuat fakultas ini sering dikunjungi oleh
mahasiswa fakultas lain atau bahkan sivitas Univeristas Indonesia lainnya.
Fakultas
ini terletak persis di sebrang stasiun UI dan hanya dipisahakan oleh beberapa
meter lahan yang masih rimbun ditanami oleh pepohonan. Dibandingkan disebut
dengan lahan, batas pemisah tersebut lebih tampak seperti hutan. Di
tengah-tengah hutan kecil tersebut terdapat jalan setapak yang menghubungkan
stasiun UI dan Fakultas Psikologi. Tidak direkomendasikan untuk melewati jalan
setapak ini ketika hari sudah mulai gelap.
Sampai
di halaman depan fakultas, terdapat dua tempat parkir utama. Tempat parkir
motor dan tempat parkir mobil khusus dosen dan karyawan. Beranjak memasuki
fakultas, kita akan menemukan beberapa gedung di dalamnya. Fakultas ini terdiri
dari beberapa gedung. Gedung-gedung tersebut adalah Gedung A, Gedung B, Gedung
C, Gedung D, dan Gedung H. Selain gedung-gedung tersebut, terdapat dua buah kantin yang bernama Kanlam (Kantin Lama)
dan Kancil (Kantin Cikologi).
Banyak
mahasiswa baru (maba) yang mempertanyakan mengapa gedung-gedung di Fakultas
Psikologi tampak seperti gedung-gedung lama, tidak seperti di beberapa fakultas
lain yang tampak modern. Saya pun sempat mempertanyakan mengapa Fakultas
Psikologi lebih tampak seperti kumpulan gedung-gedung tua. Terlepas dari
pertanyaan itu, saya adalah salah seorang yang mengagumi tata letak dan tata
ruang yang ada di Fakultas Psikologi. Gedung-gedung yang ada di fakultas
psikologi ini memiliki lorong-lorong yang menjadi akses terhubungnya satu
gedung dengan gedung lainnya. Gedung dan lorong-lorong tersebut saling
terhubung dan membentuk lingkaran yang mengelilingi sebuah taman yang menjadi
pusat kegiatan di Fakultas Psikologi ini.
Taman tersebut bernama Taman Akademos. Nama taman ini
diadopsi dari sebuah taman yang didirikan oleh Plato, salah satu filsuf Yunani
yang merupakan murid dari Soccrates, sebagai tempat belajar dan berkumpul bagi
murid-muridnya. Di dalam taman ini
terdapat beberapa pohon besar dan kecil yang dikelilingi oleh bangku-bangku
yang ditata apik. Bagian tinggi dan rendah taman ini dihubungkan oleh tangga
berundak-undak di bagian pusat taman yang seolah menyerupai tempat duduk
stadion. Tampak berusaha mengadopsi taman aslinya, taman ini dirancang
sedemikian rupa sehingga siapapun yang berada di dalamnya akan merasa nyaman
dan betah berlama-lama, entah untuk belajar, mengerjakan tugas kelompok, rapat,
atau hanya sekadar duduk-duduk sambil bercengkrama bersama teman.
Beberapa
minggu belakangan, banyak yang menyebut taman ini sebagai Taman Maba. Taman ini selalu tampak ramai dan terlihat menguning dari
kejauhan karena disinggahi oleh maba Fakultas Psikologi yang tengah diwajibkan
mengenakan Jakun selama masa Prosesi (Proses Penyesuaian Diri). Konon, dari
tahun ke tahun Taman Akademos sengaja dibiarkan kosong oleh kakak-kakak senior
demi memberikan ruang untuk maba berkumpul mengingat kami belum diizinkan untuk
makan di kantin fakultas selama masa Prosesi.
Prosesi
merupakan salah satu dari rangkaian KAMABA (Kegiatan Awal Mahasiswa Baru)
Fakultas Psikologi 2011 yang merupakan gerbang pertama dimulainya kehidupan
maba Fakultas Psikologi sebenarnya di fakultas biru muda ini. KAMABA terbagi
menjadi dua kegiatan besar, PSAF dan Prosesi yang masing-masing break down menjadi beberapa kegiatan
lainnya.
Bermula
dari briefing PSAF, dilanjut dengan kegiatan PSAF selama dua hari, jeda
libur lebaran selama dua minggu, masuk
ke Briefing Prosesi, menjalani masa Prosesi yang terdiri dari beberapa kegiatan
: wawancara sivitas Fakultas Psikologi, mentoring, pelatihan Yellguys,
mengambil kelas pilihan, evaluasi
mingguan, diselingi penampilan maba dalam acara Dapur (Tenda Purnama) –acara
tahunan psikologi pasca wisuda- sampai pada akhirnya saat ini kami telah tiba
di penghujung masa Prosesi.
Banyak
cerita, banyak tawa, banyak emosi, banyak kelelahan, banyak kekaguman, banyak
kekecewaan, dan banyak kesyukuran yang terbingkai apik selama rangkaian KAMABA
berlangsung. Berawal saat briefing PSAF dimana kami diperlakukan berbeda dengan
fakultas lain. Di depan gedung rektorat, kami diliputi bebrbagai bentuk
ketegasan dan ketegangan. Begitu kontras ketika kami menyadari bahwa kami
berada di tengah-tengah fakultas lain yang disambut dengan penuh kehangatan.
Ketegasan itu pun terus berlanjut di masa Prosesi. Perbedaanya, ketegasan kali
ini diselimuti kehangatan sebuah penerimaan anggota keluarga baru.
Di
kesempatan yang lain, kejadian-kejadian yang menyenangkan maupun menjengkelkan,
segala bentuk kelelahan yang dirasakan, dan berbagai materi yang pernah
didapatkan, tak pernah berhenti diulang-ulang dan dibicarakan oleh maba baik
dalam bentuk emosi menyenangkan dan menjengkelkan, baik dalam pembicaraan
formal ataupun obrolan informal. Sampai pada akhirnya saya menyadari bahwa kami
memang benar-benar diperlakukan berbeda
dengan fakultas yang lain. Berbeda
karena di sini kami diajarkan untuk memanusiakan manusia.
Masa
Prosesi belum berakhir. Saya dan teman-teman angkatan 2011 pun memiliki tugas
besar di penghujung masa Prosesi ini. Sebuah Class Project yang kami beri nama “Psylovesophy” (Psychology Love
Social and Charity). Dua hari yang sederhana. Membagikan pesan cinta dari maba
2011 kepada sivitas Fakultas Psikologi dengan media sebuah lolipop dan
dilaksanakannya ‘sekolah kehidupan’ untuk anak jalanan di sekitar Fakultas
Psikologi dan Universitas Indonesia di Taman Akdemos. Akan tetapi, tidak
benar-benar sederhana dalam proses pelaksanaanya ketika seluruh karakter,
keinginan, ilmu berorganisasi, ego, dan
idealisme yang dibawa dari masing-masing SMA yang tersebar di seluruh
Indonesia, dari 277 kepala, menjadi satu dibalik layarnya.
Salah
satu perjuangan besar yang berhasil dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah proses penyusunan proposal. Proposal kegiatan ini berhasil melalui
proses panjang yang akhirnya saat ini telah diterima oleh panitia KAMABA.
Proses penyusunan proposal Class Project tersebut adalah sebagai berikut :
- Proses pengumpulan ide kegiatan oleh masing-masing
kelompok Prosesi.
- Terdapat miss
komunikasi dengan panitia KAMABA. Dilakukan proses pengumpulan ide satu
angkatan dengan detail acara dan pembuatan proposal dikembalikan kepada
masing-masing kelompok.
- Terdapat miss
komunikasi dengan panitia KAMABA, lagi.
Dilakukan proses pengumpulan ide satu angkatan dengan format satu
proposal.
- Dibentuk kepanitiaan inti Class Project dan tim penyusun proposal angkatan
- Pengumpulan ide untuk detail acara dari seluruh
angkatan 2011 melalui media lisan dan
jejaring social.
- Sosialisasi proposal yang akan masuk ke Sesi
Comprehension.
- Di sesi Comprehension, pemahaman angkatan akan
proposal kegiatan diuji dan dievaluasi.
- Berbagai evaluasi yang diterima tiap kelompok membawa
proposal pada keputusan harus direvisi.
- Pengumpulan berbagai masukan dan evaluasi yang
diterima angkatan pada Sesi Comprehension melalui lisan dan jejaring
sosial.
- Proposal direvisi secara comprehensif oleh tim
penyusun proposal.
- Proposal hasil revisi selesai dan diterima oleh
panitia KAMABA.
Proses
panjang penyusunan proposal tersebut belum ditambah dengan berbagai bentuk
emosi yang bermain di dalamnya. Mulai dari perbedaan pandangan dan pendapat,
berbagai ego yang saling berbenturan, pelajaran mau mengalah yang harus
langsung dipraktikan tanpa ada review sebelumnya, sampai fisik tim penyusun
proposal yang dipaksa untuk tidur tidak beraturan.
Sampai
pada akhirnya proposal kegiatan ini berhasil diterima oleh panitia KAMABA dan
kegiatan hari pertama-dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya- berhasil
mengukir senyum di beberapa sivitas Fakultas Psikologi- berhasil menjadi angin
segar tersendiri untuk kami untuk menjalani penghujung masa Prosesi ini dengan
penyikapan yang lebih baik lagi.
Fakultas
ini tidak besar, karenanya kami saling mengenal dan memperhatikan. Di sini kami
belajar memahami, karenanya galau merupakan hal yang ditoleransi di fakultas
ini. Di sini semua orang memiliki sensitifitas dan kepekaan yang tinggi,
karenanya terkadang komunikasi verbal semakin tak berarti.
Apapun
karena karena selanjutnya, setidaknya
dua bulan pertama ada beberapa hal yang mulai saya mengerti. Salah satunya
mengapa fakultas ini memiliki warna makara biru muda. Coba tengok birunya
langit di pagi hari dan birunya laut lepas di sore hari. Anda akan menemukan
jawaban dari pertanyaan itu, seperti jawaban yang telah saya berhasil dapatkan
saat ini.