Kamis, 14 Juli 2011

Rumah Ketiga : Antara Bogor dan Sukabumi (bagian 1)

Jln. Sekolah No.4A, Paledang, Bogor.
Pukul 06.15

Gerbang masih ditutup. Pintu masuk pun masih dikunci dan ditutup oleh tirai. Tempat parkir motor masih lengang tanpa motor satu pun. Penanda kehidupan belum benar-benar di mulai hari ini. Seperti biasa, gw mengambil posisi di sudut beranda. Duduk bersila dengan buku di pangkuan dan pensil di tangan. Menunduk takzim melahap bacaan baris demi baris, halaman demi halaman, dan buku demi buku. Mencoba mempertanggungjawabkan pilihan gila yang baru gw ambil seminggu terakhir ini (baca : Rabb, Saya Mau Mengupgrade Mimpi, Boleh Ya?).

Dari posisi ini, kegiatan orang-orang yang memulai harinya terlihat. Satu demi satu mobil berdatangan. Tidak, mobil itu tidak masuk ke tempat parkir rumah ini. Mobil-mobil itu hanya tengah berebut tempat parkir di depan gerbang rumah. Pada umumnya, orang-orang yang memarkirkan mobilnya di sini adalah para penglaju yang hendak naik kereta untuk bekerja di Jakarta. Begitu ironis ketika seseorang memutuskan untuk memiliki kendaraan pribadi untuk memudahkan mobilitasnya, kenyataanya kendaraan tersebut tidak benar-benar bisa memudahkannya karena pertimbangan kondisi dan jaringan jalan yang tidak memadai.

Perlahan pagi pun menggeliat menunjukkan kehidupannya. Jalan di depan gerbang mulai memadat. Penuh oleh mobil-mobil para orangtua yang mengantar anak-anaknya ke sekolah. Para pedagang dengan gerobaknya yang akan menjajakan dagangannya di sepanjangan jalan samping matahari pun menambah padat kondisi jalan. Saking padatnya, banyak anak yang memutuskan turun dari mobilnya dan berjalan ke sekolah yang jaraknya memang sudah tidak jauh lagi.

Gedung di seberang rumah ini pun mulai terlihat ramai. Pintu dari gedung putih yang memang merupakan kost-kostan ini mulai terlihat tertutup dan terbuka. Penghuninya mulai keluar masuk melakukan kegiatan. Mulai dari karyawan dengan seragam kantornya, mahasiswa dengan baju bebasnya, sampai siswa SMA dengan seragam putih abu-abunya.

Di tengah hingar bingar kepadatan pagi hari di sepanjang Paledang, ternyata ada yang memilih tidak mengambil andil di dalamnya. Di sudut gerbang rumah bagian kanan, ada seorang kakek yang selalu duduk di sebuah kursi kayu. Kakek tersebut hanya menggunakan kemeja, celana, dan topi yang super lusuh, penanda sudah berhari-hari atau mungkin berbulan-bulan tidak pernah diganti sama sekali. Ditambah lagi ketika berada di dekatnya, bau pesing menyeruak dengan jelas. Entah kapan terkahir kalinya kakek ini mandi. Setiap pagi ia hanya duduk beratapkan seng bekas warung yang sudah tak terpakai. Ia hanya duduk. Diam. Melihat segala bentuk kehidupan yang berlalu lalang di depannya.

Belakangan gw tau, kakek tersebut memang sebatang kara. Informasi pertama yang gw dapatkan, seluruh keluarga kakek tersebut telah meninggal dunia. Tapi informasi lain menyebutkan kakek tersebut ditinggal oleh anak-anaknya yang sudah menikah. Ia makan hanya jika ada orang yang memberinya makan saja. Pernah di satu hari yang lain gw pernah melihat kakek ini masuk ke dalam parit yang ada di sebrang rumah ini dalam waktu yang lama dengan membawa sembuah gembolan. Lama gw memperhatikan. Kakek itu tak kunjung keluar dari parit yang memang cukup besar untuk dimasuki oleh orang dewasa. Entah apa yang dilakukannya.

Melihat kondisi fisik kakek yang masih cukup baik, gw terpikir untuk mencarikannya sebuah perkerjaan.  Hidup terlalu singkat kalau hanya digunakan untuk duduk dan melihat saja bukan? Apalagi kalau ternyata ia hanya makan jika ada orang yang memberinya makan. Gak pernah ada jaminan keberlangsungan hidup kalau hanya memangku tangan, bukan? Saat itu, pekerjaan yang terpikirkan oleh gw adalah tukang koran. Bukan suatu pekerjaan yang berat untuk seorang kakek dengan kondisi fisik yang masih cukup baik. Tapi ternyata?
Kakek : Kakek udah tua neng buat kerja mah...
Gw mencoba memberikan perngertian. Mengganti alternatif lain pekerjaan. Tapi sepertinya kakek ini memang benar-benar sudah tidak ada keinginan untuk bekerja. Pada hakikatnya, memang selayaknya seorang kakek yang sudah berumur seperti ini diurus oleh anaknya. Tapi kalau keadannya sudah seperti ini? Apa iya kakek ini hanya mau duduk dan diam menunggu suatu hari anaknya pulang dan menjemputnya. Padahal jaminan anaknya -yang entah berada di mana- ingat dengan kakek ini pun tak ada.

Awalnya gw simpati. Akan tetapi, melihat kakek yang sudah tidak memiliki passion untuk merubah keadaan dirinya, ditambah di hari yang lain gw melihat kakek ini merokok, yap! m-e-r-o-k-o-k! Walaupun mungkin saja rokok itu bukan dia beli sendiri, tapi hasil pengasih orang, simpati gw luntur.

Biarlah. Toh gw gak cukup baik untuk bilang, "Allah gak akan ngerubah keadaan Kakek kalau Kakek gak ngerubahnya senidri, Kek". Mungkin memang cukup Allah saja yang menjaga Kakek ini. Dan cukup Allah saja yang memberikan pengertian kepada kakek ini.
***

Pukul 07.00.

Kepadatan di Paledang mulai terurai perlahan. Anak-anak sekolah sudah masuk sekolahnya masing-masing. Atau bahkan mungkin sudah duduk dengan tertib di kelasnya dan berdoa untuk menjemput ilmu. Para penglaju pun berganti memadati stasiun dan gerbong-gerbong kereta. Para pedagang kini masih sibuk mebereskan gerobaknya. Mengelap meja ketika satu dua pembeli datang untuk mengisi perutnya yang belum sarapan.

Akan tetapi, yang punya kehidupan pagi hari bukan saja di luar gerbang, di dalam gerbang juga ada kehidupan. Rumput-rumput di pelataran parkir terus berlomba untuk menjadi yang paling tinggi. Bunga-bunga merah muda -yang tidak gw ketahui namanya- tumbuh menjalar diantaranya. Tepat di sebelah posisi duduk gw, ada sebuah bunga berwarna putih -yang entah pula apa namanya-. Berjejer rapi dengan sekumpulan bunga pukul 4. Dan bunga-bunga itulah yang mengundang kupu-kupu berkunjung setiap paginya. Lucunya, kupu-kupu itu datang selalu bertepatan ketika gw tengah mengenakan baju dan jilbab warna cerah, seperti kuning, hijau muda, merah mudah, merah, ungu, dan putih. Benar saja, ketika gw mengenakan baju warna hitam, coklat, atau biru tua, pasti pagi itu tidak ada kupu-kupu yang berkunjung. Kesimpulannya? Gw unyu kayak bunga :D hahahahahaha :P

Di hari yang lain, pernah ada penghuni luar gerbang ikut meramaikan kehidupan di dalam gerbang. Hari itu, gw yang tengah merangkai kronologi perpindahan kekuasaan dari orde lama menuju orde baru, dikejutkan dengan seekor kucing yang tiba-tiba berdiri dihadapan gw. Tidak ada yang istimewa dari kucing tersebut. Tapi ada yang berbeda. Nafasnya memburu. Terengah-engah. Bulu-bulunya berdiri tegang. Kenapa nih kucing?

Sekian detik kemudian, datang anjing coklat besar di belakangnya. Seolah melanjutkan perseteruan yang telah terjadi sebelumnya, anjing dan kucing terebut pun bersitegang di depan gw. Anjing coklat yang berukuran dua kali lebih besar dari kucing tersebut pun terus menyalak.

Takut-takut anjing segera mencari mangsa baru menyerah karena tidak berhasil mengalahkan kucing, pelan-pelan gw menjauh dari tempat terjadinya konflik. Gw melihat dari luar gerbang rumah. Tanpa peduli dengan hukum alam yang menyatakan anjing akan selalu lebih unggul dari kucing, kucing pun terus mengeong bertahan. Pertahanan yang luar biasa. Setiap anjing bersiap mendekati kucing untuk menyergap, kucing terus mengeong dan bertahan dengan bulu yang kian menegang. Berusaha menunjukkan sosok paling seram yang dimilkinya.

Kejadian itu berlangsung selama 15 menit. Selama itu pula gw hanya berani melihat dari kejauhan. Sampai akhirnya? Anjing berbadan besar itu beringsut keluar gerbang. Melewati gw dan berlalu.

Kucingnya?

Beberapa waktu kemudian, kucing itu pun menyusul keluar gerbang, melewati gw ke arah jalan yang berbeda yang dilalui anjing. Dengan langkah setengah berlari, kucing itu pergi meninggalkan gw. Bulunya masih tampak menegang. Entah apa yang ia rasakan saat itu. Tapi satu hal yang gw tau, kucing itu berhasil bertahan!
***

Pukul 07.15

Teng..Tong..Teng..Tong..Teng..Tong..

Palang pembatas jalan kereta turun perlahan. Sejenak palang pintu itu menghentikan aktivitas di jalan sekolah itu. Pengendara motor, mobil, dan pejalan kaki berdiam di tempatnya masing-masing demi memberi kesempatan sebuah angkutan massal melintas.

Tak lama bumi bergetar. Sebuah kereta berwarna hijau dengan 7 gerbong melaju perlahan dari arah Sukabumi ke Stasiun Bogor. Kosong. Kereta itu siap menjemput muatan. Menjemput orang-orang yang siap menjemput rezekinya di berbagai belahan bumi milik-Nya.

Tak lama setelah itu, pintu rumah ini terbuka. Entah oleh Mas Anto yang datang, entah oleh Mas Ade yang telah bangun dari tidurnya. Bersamaan dengan itu, Matahari perlahan mulai melaksanakan tugas hariannya. Sinarnya yang hangat menghantam apa saja yang tampak di permukaan bumi tanpa diminta. Bak drakula yang takut dengan matahari, sinar tersebut mulai terasa menyilaukan untuk gw. Gw pun beringsut masuk ke dalam rumah.

Dan kehidupan hari ini pun dimulai :)

*bersambung

6 komentar:

Zego mengatakan...

Setuju teh !! (Apa coba yang disetujuin)

awan biru mengatakan...

i love to see this new blog.. :)

Ahmad Husein Alkaff mengatakan...

kata-katanya, gaya bahasanya, benar-benar terinspirasi dari tere liye ya.. ada beberapa gaya bahasa tere liye yg muncul berulang-ulang.. :p

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

@zego : setujuu naoon zeg?

@awanbiru : halo awan biruuu :D

@uceng : iya ceng, iya banget! :D sebenarnya bukan terinspirasi, novel beliau sudah masuk ke alam bawah sadar gw dan gw refleksikan kembali saat menulis. wong gw juga kalau konsul nulis ke beliau, hehehe :P Well, mudah-mudahan gw bisa secepatnya menemukan identitas menylis gw ya ceng :D thanks for remind me ;)

Anonim mengatakan...

paling enak emang memerhatikan kata per kata, kalimat per kalimat, dan bertukar pikiran di dalamnya .. wew

"Begitu ironis ketika seseorang memutuskan untuk memiliki kendaraan pribadi untuk memudahkan mobilitasnya, kenyataanya kendaraan tersebut tidak benar-benar bisa memudahkannya karena pertimbangan kondisi dan jaringan jalan yang tidak memadai."
-semacam kritikkah? atau salah yang beli kendaraan pribadi? hha

"Gak pernah ada jaminan keberlangsungan hidup kalau hanya memangku tangan, bukan? "
-bagaimana dengan yg g punya tangan? terjaminkah keberlangsungan hidupny? krn toh dia tdk memangku tangan? :p

oiya, ejaan penglaju yg bener gmn y? peng-la-ju atau pe-ngla-ju?

" Kesimpulannya? Gw unyu kayak bunga :D hahahahahaha :P"
-oh no. LU GAK BERUBAH!!

"Tapi satu hal yang gw tau, kucing itu berhasil bertahan!"
-jgn prnh takut akan apapun, gunakan semua kemampuan yg dipunya utk mnglahkan ketkutan tsb maka km akn menang?

"Teng..Tong..Teng..Tong..Teng..Tong.."
-kata Teng dan Tong ada dalam KBBI!! hha

"Dan kehidupan hari ini pun dimulai :)"

Annisa Dwi Astuti mengatakan...

Woow, cerita hari ini-nya edisi baru, kommen mas anonim juga kembali dengan 'gaya' baru, hohoho.

Terima kasih mas anonim sudah berkunjung lagi :) jujur gw bingung loh bales nih kommen gimana saking banyaknya -_-

Mari bertukar pikiran lagi :)

"Begitu ironis ketika seseorang memutuskan untuk memiliki kendaraan pribadi untuk memudahkan mobilitasnya, kenyataanya kendaraan tersebut tidak benar-benar bisa memudahkannya karena pertimbangan kondisi dan jaringan jalan yang tidak memadai."
-semacam kritikkah? atau salah yang beli kendaraan pribadi? hha
=>penilaian dikembalikan kepada para pembaca :D

"Gak pernah ada jaminan keberlangsungan hidup kalau hanya memangku tangan, bukan? "
-bagaimana dengan yg g punya tangan? terjaminkah keberlangsungan hidupny? krn toh dia tdk memangku tangan? :p
=>selama kakinya mau berjalan lebih lama, matanya mau digunakan melihat lebih banyak, dan telinganya digunakan untuk mendengar lebih banyak dari orang sempurna yang cuma bisa memangku tangan, pasti terjamin kok keberlangsungan hidupnya mas anonim, karena ada 'tangan' tak terlihat yang selalu menjaminnya khan? ;)

oiya, ejaan penglaju yg bener gmn y? peng-la-ju atau pe-ngla-ju?
=>ditanyakan dulu ke ahlinya yaa, lagi terus belajar untuk tidak son :P

" Kesimpulannya? Gw unyu kayak bunga :D hahahahahaha :P"
-oh no. LU GAK BERUBAH!!
=> kalau gw berubah, banyak yang sedih mas anonim :D

"Tapi satu hal yang gw tau, kucing itu berhasil bertahan!"
-jgn prnh takut akan apapun, gunakan semua kemampuan yg dipunya utk mnglahkan ketkutan tsb maka km akn menang?
=>apapun? gak juga mas.. Yang Maha Berani gak pernah bisa dikalahkan khan? ;)

"Teng..Tong..Teng..Tong..Teng..Tong.."
-kata Teng dan Tong ada dalam KBBI!! hha
=> serius mas anonim? artinya apa?

"Dan kehidupan hari ini pun dimulai :)"
=> :)