Kamis, 29 Desember 2011

#1 - Sepertiga Kehidupan di Geger Bentang (Part 1)

Tulisan ini ditulis dalam rangka pemenuhan tugas pasca Diklat Jungle Survival dan PPGD beberapa minggu yang lalu. Prokras parah mengingat diklatnya sudah selesai berminggu-minggu yang lalu dan baru dikerjakan H-1 sebelum pengumpulan, yaitu hari ini, heuheu -_-

Selamat membaca, semoga bermanfaat! :D

***

Setelah menjalani dua diklat sebelumnya, yaitu Diklat Manajemen Perjalanan dan Diklat Navigasi Darat, tanggal 9-11 Desember 2011 lalu Caang 5 Gandewa menjalani Diklat Jungle Survival dan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD). Tidak jauh berbeda dengan diklat-diklat sebelumnya, diklat pamungkas yang dilaksanakan di Geger Bentang, Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), Cibodas, Jawa Barat ini pun didahului dengan beberapa rangkaian kegiatan yang lazim disebut dengan prakegiatan. Prakegiatan terdiri dari penyusunan manajemen perjalanan, konsolidasi kelompok dan angkatan, peminjaman alat,  latihan fisik, dan packing.

Dalam praktek lapangan diklat 3 ini, caang 5 Gandewa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 1 diketuai oleh Rima dengan beranggotakan Bimo dan Danti. Kelompok 2 diketuai oleh Nadya dengan beranggotakan Hari, Kamalia, dan Nadilah. Kelompok terakhir, yaitu kelompok 3, diketuai Izzat dengan beranggotakan Kautsar, Amelya, dan Tuti (saya sendiri). Selama perjalanan, setiap kelompok didampingi oleh satu orang mentor yang merupakan pengurus Gandewa. Tiga mentor tersebut terdiri dari Kak Adi, Kak Ismi, dan Kak Dhana –yang kemudian diganti oleh Kak Dina karena satu dan lain hal berhalangan hadir-

Berikut ini merupakan jurnal perjalanan diklat Jungle Survival dan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD). Jurnal tentang diklat terakhir sebelum menghadapi pelantikan bulan Janurai 2012 mendatang. Jurnal tentang sepertiga kehidupan di Geger Bentang.

Jumat, 9 Desember 2011

Seluruh caang 5 berkumpul di selasar Gedung D pukul 18.35 untuk melakukan briefing. Dalam berkegiatan alam, bersama evaluasi, briefing menjadi kegiatan yang memiliki urgensi tinggi untuk dilakukan. Briefing dipimpin oleh Kak Dina dari pihak pengurus dan oleh Kautsar yang sata itu dipercaya sebagai pemimpin perjalanan dari pihak caang. Briefing awal kali ini dilakukan untuk menjelaskan kembali rute perjalanan yang akan ditempuh untuk mencapai Geger Bentang. Rute perjalanan dijelaskan oleh Danti yang saat itu dipercaya sebagai penanggung jawab transportasi. Adapun rute yang akan kami gunakan :

1.    Jalan kaki menuju Jalan Raya Margonda, Depok
2.    Naik angkot nomor 19 menuju Terminal Kampung Rambutan
3.    Turun di Terminal Kampung Rambutan
4.    Naik bus ke arah Bandung via Puncak
5.    Turun di pertigaan Cibodas
6.    Naik Angkot warna kuning menuju Sekretariat Montana
7.    Jalan kaki menuju Geger Bentang

Briefing selesai pukul 18.45 WIB. Setelah briefing selesai, kami berjalan  beriringan menuju Jalan Raya Margonda. Selama perjalanan, cuaca sedikit kurang bersahabat karena perlahan rintik hujan turun. Sampai di Margonda, kami menunggu angkot dengan nomor 19. Malam itu lalu lintas Jalan Raya Margonda cukup padat. Begitu pula yang menggunakan jasa angkutan kota.  Cukup lama kami tidak menemukan angkot yang mampu memuat kami –bersama carrier-carrier kami yang tidak kecil- semua secara bersamaan. Pada akhirnya, pukul 19.05 kami memutuskan untuk membagi diri menjadi dua angkot. Kelompok 1 di angkot pertama, dan kelompok 2 serta 3 di angkot kedua yang lebih kosong.

Lalu lintas menuju Terminal Kampung Rambutan masih sangat padat ketika kami menuju ke sana. Entah apa yang dibicarakan di angkot tetangga (baca : angkot kelompok 1), tapi di angkot kedua yang terdiri dari kelompok 2 dan kelompok 3, kami membicarakan tentang mimpi-mimpi kami. Mimpi untuk mengadakan perjalanan bersama saat liburan semester mendatang. Perjalanan yang dimulai dari Depok, menuju Bogor, sampai akhirnya tiba di Bandung. Selain itu, ada juga yang bercerita tentang hiruk pikuk pemilihan Ketua BEM UI yang tengah diselenggarakan saat itu.

 Akhirnya kami tiba di Terminal Kampung Rambutan. Saat tiba di terminal, terdapat sedikit kendala. Kelompok 1  tiba lebih dahulu menunggu di tempat yang pernah menjadi lokasi pemberhentian angkot saat diklat sebelumnya (baca : Diklat Navigasi Darat). Letak tempat tersebut berada di dalam terminal dan tidak jauh dari tempat bis yang akan digunakan. Saat kelompok 1 sudah tiba di tempat yang dimaksud, di sisi lain angkot kedua tidak bisa masuk ke dalam terminal. Selain karena raut wajah abang angkot yang terlihat enggan berlelah-lelah masuk ke dalam terminal, lalu lintas yang cukup padat malam itu akhirnya membuat anggota kelompok 2 dan kelompok 3 diturunkan beberapa meter lebih jauh dari pintu gerbang Terminal Kampung Rambutan.

Setelah terjadi sedikit insiden kecil, Amel yang handphonenya tertinggal di angkot dan nyaris dibawa pergi oleh angkot kalau Kautsar tidak menemukannya, kami segera beriringan masuk ke dalam Terminal Kampung Rambutan menuju tempat yang dimaksud. Sayangnya, di antara kelompok 2 dan kelompok 3 yang sebelumnya mengikuti diklat navigasi darat, tidak ada yang benar-benar ingat dimana lokasi pemberhentian angkot pada diklat dua yang lalu. Sambil berusaha mengingat-ingat tanda-tanda tempat pemberhentian, kami meneruskan langkah masuk ke dalam Terminal Kampung Rambutan. Sampai akhirnya kami benar-benar merasa salah jalan (baca : kesasar), saya dan Kak Ismi memutuskan menghubungi salah satu anggota yang ada di kelompok 1.

Walaupun sudah dihubungi secara langsung via telepon, bukan hal yang mudah untuk langsung lepas dari status kesasar karena saya yang diberi petunjuk dimana keberadaan kelompok 1 pun tidak begitu hafal dengan medan Terminal Kampung Rambutan. Pada akhirnya, kelompok 1 pun tidak berdiam diri. Kelompok satu pun ikut bergerak dan mencari kami. Setelah beberapa lama saling mencari dan memberikan petunjuk, kelompok satu melihat keberadaan kami yang tepat berada di seberang mereka.

Setelah berkumpul bersama lagi, kami berurusan dengan kenek bis yang mengantarkan kami menuju bis yang akan kami gunakan. Saat itu, seperti biasa, terjadi tawar menawar yang cukup alot dalam mencari kesepakatan harga. Masih seperti biasa pula, kondisi ini pun dikendalikan dengan baik oleh Nadilah yang menurut kami keahliannya dalam kegiatan tawar menawar harga paling mumpuni diantara caang-caang lainnya.

Waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB. Setelah memperoleh kesepakatan, kami menuju bis yang akan kami gunakan. Ada yang berbeda dengan bis kali ini jika dibandingkan dengan bis sebelumnya yang kami gunakan. Jika bis pada diklat sebelumnya merupakan bis jurusan Bandung via puncak dan sudah dalam keadaan terisi penumpang yang sudah mau berangkat, kali ini sebaliknya. Bis yang kami naiki merupakan bis jurusan Tasikmalaya. Perbedaan jurusan tidak begitu menjadi masalah mengingat dua-duanya sama-sama via puncak dan melalui pertigaan Cibodas. Masalahnya terdapat pada penumpangnya. Dalam bis kali ini, kami lah yang menjadi penumpang pertama. Bis masih begitu kosong. Seperti yang kita ketahui bersama, bis baru akan berangkat ketika penumpang di dalamnya sudah cukup banyak. Pada akhirnya, kondisi bis yang kosong inilah yang meyebabkan kami harus mau menunggu sedikit lebih lama sebelum sebelum pada akhirnya bis ini benar-benar berangkat.

Kami pun memanfaatkan waktu kosong itu dengan berbagai kegiatan. Beberapa diantara caang ada yang memutuskan untuk memakan bekal yang dibelinya dari kampus. Sebenarnya tidak terlalu tepat jika dikatakan dibeli sendiri olehnya. Bekal tersebut sebenarnya dibelikan oleh sesorang. Namanya Hanifah atau yang belakangan dikenal dengan panggilan Nipeh. Hanifah merupakan caang 5 Gandewa yang berhalangan ikut diklat 3 kali ini karena harus menghadiri pernikahan kakaknya. Walaupun begitu, sebelum briefing, di saat caang 5 cukup riweuh untuk mempersiapkan banyak hal, Hanifah berbaik hati untuk membantu kami. Mulai dari meminjamkan barang-barangnya, membantu packing, termasuk membelikan nasi goreng sebagai bekal yang di makan beberapa caang saat di bis.

Sambil makan, kami pun berkenalan dengan Kak Ismi. Itu kali pertama caang 5 Gandewa berkenalan dengan Kak Ismi yang merupakan pengurus Gandewa angkatan 2009. Kak Ismi menanyakan satu per satu nama kami masing-masing dan alasan kami mengikuti Gandewa. Seluruh alasan pun dikemukakan. Mulai dari yang sebenar-benarnya alasan sampai yang sifatnya bercanda. Ada yang awalnya hanya ingin menemani teman yang berkeinginan untuk ikut Gandewa yang pada akhirnya temannya sendiri yang memutuskan mundur, ada yang beralasan sebagai bentuk pelampiasan cita-cita yang tidak kesampean ketika di SMA, ada yang ingin melanjutkan hobinya di masa SMA, sampai ada pula yang ingin mencari jodoh.

Waktu menunjukkan pukul  21.00 WIB. Bis masih dalam keadaan lengang walaupun pada akhirnya supir bis memutuskan untuk segera berangkat. Kami duduk di bagian belakang bis. Kali ini, obrolan sudah tidak terintegrasi. Obrolan sudah terbagi menjadi beberapa topik dan terjadi diantara orang-orang yang duduknya saling berdekatan. Dari bangku paling atas, posisi duduk dari kiri ke kanan adalah Bimo, Izzat, Kamal, Nadila, dan Nadya. Sedangkan bangku dibawahnya dari kiri ke kanan terdiri dari Danti, Rima, Amel, Hari, Kautsar, dan Tuti. Adapun Kak Ismi dan Kak Adi berada di bangku di depan kami.

Bimo, Izzat, Rima dan beberapa orang di dekatnya membicarakan tentang CDH (baca : cinta dalam hati). Terdengar begitu seru ketika masing-masing orang mengungkapkan argumen dan pengalaman pribadinya masing-masing. Nadya dan Nadila seperti tengah membicarakan masa-masa SMA nya. Entah tentang apa, tapi terdengar begitu menarik sampai-sampai mereka membicarakannya hingga larut malam. Sedangkan Saya, Kautsar, dan Hari, entah dari mana asalnya, kami membicarakan masa depan. Tentang mau jadi apa kami setelah ini. Tentang asa untuk membangun negeri atau keinginan untuk dihargai di luar negeri. Sampai tentang pertanyaan apakah berkegiatan alam baik untuk kesehatan, khususnya tulang belakang, mengingat carrier memiliki bobot yang tidak ringan.

Obrolan pun terus berlanjut, sampai kami merasa ada sesuatu yang janggal. Waktu sudah menunjukkan kurang lebih satu jam sejak bis yang kami naiki hengkang dari Terminal Kampung Rambutan. Akan tetapi, kami merasa tidak ada kemajuan yang berarti dengan perjalanan kami. Sepertinya kami masih berada di kawasan Terminal Kampung Rambutan. Ternyata benar. Sejak keluar dari Terminal Kampung Rambutan, bis yang kami naiki tidak langsung masuk menuju jalan tol. Bis ini tampaknya sengaja mengitari flyover yang ada di seberang terminal untuk menarik penumpang karena penumpang di dalam bis memang masih sangat sedikit untuk ukuran bis yang akan memasuki jalan tol. Mengingat semakin malam lalu lintas semakin padat, untuk mengitari flyover tersebut saja membutuhkan waktu kurang lebih satu jam sampai bis ini benar-benar masuk ke jalan tol. Lebih jauh lagi, terpisahnya kami di terminal, menaiki bis yang masih kosong, sampai mengitari flyover selama satu jam, berdampak pada terlambatnya kedatangan kami di Sekretariat Montana dibandingkan dengan pengurus Gandewa yang berangkat lebih akhir dibandingkan dengan kami.

Malam semakin larut. Kami tak kunjung sampai di pertigaan Cibodas. Beberapa diantara kami memutuskan untuk memanfaatkan waktu untuk istirahat tidur, termasuk saya. Akan tetapi beberapa diantaranya tidak, salah satunya Nadilah dan Nadya. Seperti yang telah diceritakan sebelumnya, percakapan antara Nadya dan Nadilah begitu menarik. Sampai-sampai mereka masih membicarakannya hingga larut malam. Dalam keadaan setengah tidur dan setengah sadar, saya masih mendengarkan percakapan mereka. Sampai beberapa saat kemudian, entah saya mimpi atau tidak, tiba-tiba saya mendengar suara yang bersumber dari bangku jajaran saya. Orang tersebut membentak Nadya dan Nadilah untuk diam dan menyuruh mereka tidur. Awalnya saya kira saya bermimpi karena saya mendengar suara itu masih dalam keadaan menutup mata. Ditambah lagi suara dengan intonasi setinggi itu tidak pernah saya dengar sebelumnya. Ketika saya konfirmasi keesokan harinya, ternyata kejadian itu nyata. Hari yang membentak mereka. Ternyata saya memiliki teman yang mengerikan juga kalau sedang marah.

(bersambung)

#and the story, begin.

Dear Pembaca,

Gw sudah memasuki masa liburan. Panjangnya satu setengah bulan ke depan. Terhitung 23 Desember 2011 lalu sampai 13 Februari 2012 mendatang. Berhubung mau ada yang di seriuskan semester depan, selama liburan gw mencoba memaksakan diri dan tangan untuk menari-nari secara konsisten di atas laptop.

Sistemnya kayak kegiatan #30harimenulis gitu. Tapi, berhubung akhir Januari gw ada pelantikan Gandewa yang tidak memungkinkan adanya kegiatan tulis menulis, dan gw belum tahu kapan pastinya pelantikan diselenggarakan, jadi gw belum benar-benar tahu berapa lama gw akan menulis. Jadi gw targetkan saja program ini selesai H-1 sebelum pelantikan Gandewa.

Tapi ada satu kendala dalam kegiatan ini. Saat ini gw menghabiskan liburan di Bogor. Di Bogor, modem flash gw sangat menyiput ketika digunakan (baca : loading lama). Alhasil, gw hanya memungkinkan menulis secara rutin tiap harinya, tapi belum tentu bia mem-publishnya di hari itu juga. Hal itu menimbulkan celah untuk gw melakukan kecurangan dengan tidak menulis di hari itu juga (baca : prokras) hehehe ;P

Jadi, mohon doa ya supaya gw bisa jujur dan disiplin, ya kawan!

Terhitung tanggal 26 Desember 2011 – H-1 Pelantikan Caang 5 Gandewa.
Ini ceritaku, apa ceritamu? :D

Tertanda,
Orang yang menjadikan menulis detail-detail kecil sebagai gagasan besarnya.

Minggu, 25 Desember 2011

Selamat Ulang Tahun, Ayah.


***


 ***

.dan.


 ***

***
Berharap dan berdoa, kelak ketika gw baru selesai memasak dari dapur, anak gw menghampiri gw dan berkata, "Mama, tadi ada telpon dari Om Aufa. Om Aufa titip pesen, katanya besok ada rapat mendadak di kantor, disuruh langsung sama Pak Mentri Lingkungan Hidup katanya, Ma. Ngomong-ngomong, bukannya Om Aufa itu saingan Mama buat jadi Menteri Lingkungan Hidup tahun depan ya, Ma?"

Semoga segala doa yang dikirimkan hari ini, baik secara terang-terangan maupun yang dirahasiakan, tidak ada yang pending di tingkatan langit manapun :) 

#Semoga 2011?
Semoga, bukan tidak mungkin, sebuah karya besar tercipta dari effort yang saat ini dianggap terlalu besar :)

*Oia, ada satu ucapan lagi. Dari orang-orang yang berbaik hati membantu keisengan gw  untuk menggunting dan menempel kertas pasca UAS perdana gw.

 Kiri ke kanan : Nadya, Nadila, dan Hanifah
 (Caang 5 Gandewa)

Sesama pecinta alam bersaudara, bukan? ;)

Sabtu, 24 Desember 2011

(akhir dari) Berantakan, Sangat!

Pernah melakukan tindakan di luar kendali diri sendiri? Pernah merasa gemes dan riweuh tapi tak bisa disalurkan? Pernah merasa bingung tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan? Pernah ada dalam kondisi tidak bisa menguraikan apa yang ada di dalam kepala? Pernah merasa bersalah tapi tak melakukan kompensasi apapun untuk memperbaiki kesalahan? Pernah menyadari bahwa sikap telah menzalimi orang lain tapi tak ada usaha untuk mengubahnya? Pernah mau meledak dan tak bisa meredam? Pernah lelah? Pernah jengah? Pernah melakukan penyangkalan? Pernah jujur kepada seorang sahabat tentang penusukan yang terjadi dari belakang? Pernah merasa takut dengan hal yang diada-adakan? Pernah menjadi orang yang jujur tapi menyakitkan banyak orang?

Pasti pernah.

Tapi, pernah  tidak semua itu terjadi dalam satu waktu. Tumpang tindih. Tak berjeda. Datang silih berganti saling melengkapi?

Gw pernah.
Itu terjadi pada gw bulan ini.
Lebih tepatnya di akhir bulan ini, di penghujung 2011 yang membuat gw merasa.. berantakan, sangat!

Ditambah lagi, parahnya, gw gak punya jeda waktu untuk menulis.
Lebih tepatnya menulis di sini.
Tempat menumpahkan.

Pelampiasannya?
Gw cuma bisa menggambarkan kondisinya. Menggambarkan dalam arti kata yang sesungguhnya.


Tentang...
Dominasi yang dievaluasi. Big thanks for you, Kak Dina. Andai boleh, gw pengen banget meluk Kak Dina saat itu juga.
Gemes dan riweuh yang tak tersalurkan. Pada akhirnya? Saya siap undur diri, sementara waktu.
Berlari : mengejar dan menghindar.  Berbuah penyangkalan. Berakhir pada kenyataan bahwa segala yang terepresi itu menjadi sebuah hal yang bernama kompleks.
Pertahanan seorang survivor. Kalau kata Hanifah, "Reach the top, touch the bottom"
Menyerah untuk tidak menyandingkan sesuatu yang memang tidak seimbang. Ambil saja.
Dan perjuangan seorang fighter. Definisi sudah jelas.

Dampak dari itu semua?
Gw berubah.
Cerita yang tidak didengarkan secara saksama.
Perhatian yang diberikan sekenanya.
Self-centered yang menggila.
Tatapan mata yang hanya menyapu tanpa fokus.

Ah, tapi gw bingung harus minta maaf dalam bentuk seperti apa lagi.
Gw selalu dinilai positif.
Dan berulang kali hanya gw bisa amin-kan. 
Gw amin-kan dalam diam.

*Rabb, sebaik itu kah hamba?
Bahkan Engkau saja masih berbaik hati mengirimkan jeda menyenangkan di tengah segala ke-berantak-an itu.
Termasuk mengirimkan orang-orag baik di sekitar hamba.

Pada akhirnya, ke-berantak-kan itu pun diakhiri.
Setelah malam sebelumnya, puncak ke-berantak-kan, gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan, pagi harinya segala bentuk ke-berantak-kan itu ditutup. Penutupan yang menyenangkan :)

Pagi itu, gw masih berstatus penghuni gelap tetap di kostan Hana, di Kukusan Teknik.
Gw dibangunkan Hana untuk sholat subuh. Gw pun sholat, entah disengaja atau tidak, sholat subuh dengan waktu terpanjang dalam beberapa minggu terakhir. Panjang rukunya. Sujudnya, dan tentu saja, doanya.

Seperti biasa, gw meminta. Sambil bercerita di dalamnya. Bertanya. Mengeluh. Mohon ampun.
Satu hal yang berbeda, semua itu gw lakukan dalam diam.
Membiarkan gw untuk tidak terus mencari pembenaran tentang apa yang gw lakukan.
Membiarkan-Nya mendengar segala bentuk pembelaan dan penyangkalan gw tanpa suara.

Selesai shalat, memandang wajah Hana yang begitu kelelahan.
Wajah salah satu adik gw yang dibilang.. cantik mutlak sama orang-orang.
Adik gw yang.. hei, gw belajar banyak dari lw, Na.

Gw membuka pintu kamar Hana yang terletak di lantai 2.
Pintu dengan batas pagar yang menghadap sebuah sebatang pohon rambutan yang berdiri tegak.
Ah yaa, pohon dengan buah manisnya yang menemani gw saat gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan malam sebelumnya.

Ada yang tiba-tiba menerobos masuk dan menghantam muka gw.
Hangat.
Bukan sunrise.
Hanya linearina yang berebut mengisi ruang-ruang kosong dedauan yang ada pada pohon rambutan.

Semakin hangat.
Teringat jeda menyenangkan tadi malam.
Gw bukan pengguna aktif twitter.
Dan sekali-kali menggunakannya lagi, malam itu.
Saat-gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan.
Hanya mengetikkan, "Berantakan, Sangat! Rabb :'("

Hal yang wajar ketika banyak yang merespon melalui twitter pula.
Tapi ini? 
SMS lah yang mendadak datang tanpa ampun.

*Lagi-lagi, Rabb, apakah hamba sebaik itu?

Murai, Rj, Kautsar, Gugum, Tari, Dinda, Syaki, Raras, Clara.
Maaf untuk tidak merespon dan menjawab.
Honestly, karena malam itu gw tidak tahu apa yang harus gw jawab.
Terima kasih untuk telah bertanya dan mengerti :)

Satu kata tentang Depok bagi gw : gak santai!
Termasuk sinar mataharinya.
Baru beberapa menit yang lalu terasa hangat.
Beberapa saat setelahnya, dengan gak santainya sudah terasa menyilaukan.

Tapi itu kerennya.
Gak santai tapi menyadarkan banyak hal.
Ada yang harus diselesaikan.
Atau lebih tepatnya, ada yang harus diakhiri.
Ke-berantak-kan gw.

Satu lagi yang seru jadi mahasiswi Psikologi, ketika gw gak tau apa yang sedang gw pikirkan, rasakan, atau sederhanya, gw gak tau gw sedang kenapa, gw tinggal tanya kepada orang-orang di sekitar gw. Karena mereka tahu, mereka mengerti, dan mereka memperhatikan. Mereka tahu, mengerti, dan memperhatikan apa-apa yang mungkin terlalu sulit untuk diketahui, dimengerti, dan diperhatikan saat-gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan.
Raras : ...A Complex... Kerjaannya nulis to do list tapi gak semua dikerjain -_-...
Tari : ...semi-complex...
Kiki : ..."gak enakan", terlalu ngejaga perasaan orang lain...
Fauzi : ...kurang bisa bagi waktu...
Mpit : ...tomboy...
Sahda : ....jangan terlalu sibuk ya, teh, entar kecapean :)...
Acy : ...sulit untuk ditebak...strong but needy... kalau udah sayang sama orang, suka jadi complex... butuh banyak "me time"...
Kautsar : ...kalau lagi bete, serem tuth.. kalau sekalinya jutek, jutek banget...
Afina : ...Tuti tuh selalu nurturing, jadi ya gitu, yang di nurture bisa jadi kayak dependent gitu... kadang rasanya gak alami. Contoh ekstremnya tuh kayak protagonis di sinetron...
Hari : ...lu sadis... ceroboh... pelupa... topeng ... setuju banget sama Afina masalah berdikari...
Tahukan kawan?
Gw ngerasa bright banget ketika baca poin-poin di atas :D
Entah apa alasannya, tapi gw setuju dengan salah satu kutipan yang ada di buku Cacing dan Kotoran Kesayangannya karya Ajahn Brahm. Disitu ditulis bahwa kadangkala seseorang yang merasa dirinya bersalah memang butuh untuk dipersalahkan. Kalau tidak, ia akan merasa bersalah dua kali dari sebelumnya. 

Akhir kata?
Ke-berantak-kan bulan ini ditutup dengan kesimpulan :

Rabb, terima kasih :)

Karena ke-berantak-kan ini berujung pada berhasilnya gw membuat pemetaan kehidupan untuk semester selanjutnya dan keberanian gw untuk mengmabil keputusan tentang apa-apa yang harus dan tidak harus gw ambil untuk semester depan. Lebih umumnya, untuk hari-hari selanjutnya :)

Oia kawan, mau bukti tentang jeda menyenangkan yang Dia berikan untuk gw ditengah-tengah ke-berantak-kan ini?
Di tengah-tengah momen saat-gw-tidak-tahu-tentang-apa-yang-gw-pikirkan-dan-rasakan, daftar 100 mimpi gw memberikan kontribusi dalam mengukir senyum di wajah gw saat itu. 
Dari 100 mimpi, 12 diantaranya telah terceklis dalam kurun waktu 6 bulan.

Allah Maha Besar? Tentu saja :D

Libur telah tiba.
Pemetaan dan pengambilan keputusan pun mulai dilakukan.
#30harimenulis*
#Review Logpenil
#Baca-baca-baca
#Nomor 16
#Nomor 17
#Nomor 23 
#Nonton film 
#Benteng Batu Goes to UI
#Pelantikan Caang 5 Gandewa 
*Allah, untuk-Mu yang tahu bahwa diri ini kerap mencari pembenaran, izinkan hamba untuk tetap merasa benar bahwa Engkau selalu menyayangi hamba :)

Kamis, 22 Desember 2011

Approach-Approach

Di satu sisi, gw punya adik yang menurut gw harus gw lindungi dari yang namanya tersakiti.
Di sisi lain, gw punya partner yang tweet tentang komitmen dalam ber-agama-nya bikin gw uring-uringan semalem suntuk. Gw gak pernah bisa setegas itu untuk urusan yang satu ini, kawan.

Pada akhirnya?
Jelas sudah kesadaran yang terbangun pada masa-masa magang Kastrat gw. Tentang lemahnya gw dalam bersikap. Berimbas pada kenyataan bahwa dunia politik dan dunia penyikapan cukup menjadi pengetahuan gw saja karena ketidaknyamanan gw untuk berlama-lama berkutat di dalamnya.

Konflik? Iya.
Kata Kurt Lewin : Konflik Approach-Approach
Konflik yang terjadi pada sebuah kondisi dimana seseorang harus memilih satu diantara dua hal yang sama-sama disenanginya. Menjadi konflik karena satu yang harus dipilih. Dan dua-duanya memiliki kekuatan menarik yang sama besar.

Karena ini tentang gw yang terlanjur menyayangi adik baru gw.
Dan tentang gw yang bersyukur berkawan dengan orang yang penyikapannya mengingatkan gw bahwa mimpi nomor satu gw masih harus diperjuangkan.

Pada akhirnya?
Sama-sama sudah dewasa.
Sama-sama bisa sudah bisa memilih untuk berkata iya atau tidak.
Dan sama-sama bisa menentukan untuk mulai menghindari mengiyakan yang tidak-tidak.

Gw sendiri?
Maaf kalau masih berdalih. Bukan maksud hati menutup mata. Tapi sungguh, masih belajar.  Masih ingin belajar. Menyelaraskan penyikapan dengan tindakan. Masih ingin paham.  Baru berani memahamkan.

Untuk lingkaran kepercayaan yang terbentuk dalam beberapa hari kebelakang. Untuk kesempatan mendengar dan belajar bersikap. Terima kasih :)

Semoga setelah hari ini, tidak ada yang tersakiti.
Kita akan tetap saling menjaga kok.
At least, selama empat tahun ke depan.
Dan tentu saja, dengan caranya masing-masing.

Gw sayang kalian?
Yap. Dengan cara gw sendiri, dan maaf, kalau caranya tidak dimengerti.

Sabtu, 03 Desember 2011

Logpenil/Jurnal 7/Tentang Gandewa dan Pengalaman Pertama

Pengurus Gandewa : Apa alasan kamu ikut Gandewa?
Gw : Dulu saya pengennya masuk KAPA, Kak. Tapi berhubung masuknya ke Psikologi, jadi saya masuk Gandewa.
*
A'Fadlan : Emang Tuti kenapa pengen ikut Gandewa?
Gw : Tuti pengen jalan-jalan, A'Fadlan :D
*
T'Tania : Waaah, lucu ih Tuti sekarang jadi anak alam juga :)
Gw : Iya, Teh! Kan biar bisa naik gunung bareng Teh Tatan!
*
Bapak : Emang kenapa kamu mau ikut kegiatan kayak gitu?
Gw : Pak, tugas Icha sehari-hari di kampus urusannya sama nulis, nulis, dan nulis yang menguras pikiran banget. Icha ikut pecinta alam biar antara kegiatan mikirnya seimbang dengan ketahanan fisiknya. Sekalian refreshing juga, Pak. Boleh ya? :D
 *

Jadi? Alasan sebenarnya gw ikut Gandewa?
Let me show you what the reason is :D

Dan jurnal kali ini, gw dedikasikan untuk banyak pemilik blog yang postingan tentang berkegiatan alamanya, membantu caang 5 Gandewa dalam diklat Manajemen Perjalanan bulan lalu :)

***

Tentang Gandewa dan Pengalaman Pertama

Dalam sejarah pewayangan, Gandewa merupakan nama sebuah pusaka andalan yang berbentuk busur panah. Busur panah pemberian Batara Indra ini dimiliki oleh seorang guru yang dikenal dengan sebutan Guru Durna. Kedahsyatan yang dimiliki pusaka Gandewa adalah saat ditarik di medan perang, busur tersebut akan mengeluarkan anak panah dengan jumlah tak terbatas, bahkan mencapai ratusan ribu, tergantung dari siapa yang menggunakannya. Menjelang usia senja, Guru Durna bermaksud mewariskan Gandewa kepada anak laki-laki satu-satunya, Aswatama. Akan tetapi, karena berbagai pertimbangan yang salah satunya adalah Aswatama tidak memilki kemampuan yang baik dalam memanah, pada akhirnya Guru Durna memutuskan untuk memberikan pusaka Gandewa kepada murid kesayangannya, Arjuna.

Kedahsyatan yang dimiliki pusaka Gandewa tersebut di kemudian hari menjadi inspirasi sebagai nama diri untuk Kelompok Penggiat Alam Fakultas Psikologi UI. Harapannya, setelah menjalani pendidikan dan pelatihan untuk menjadi anggota Gandewa, setiap anggota Gandewa memiliki kemampuan seperti pusaka Gandewa dalam sejarah pewayangan, mampu dilepas dan melesat secara mandiri, khususnya dalam berkegiatan alam.
 Lambang Gandewa Fakultas Psikologi UI

Kelompok Penggiat Alam Fakultas Psikologi UI, yang selanjutnya disebut Gandewa,  berawal dari niat untuk memfasilitasi mahasiswa/i Fakultas Psikologi yang memiliki kesenangan dalam berkegiatan alam. Hal ini pulalah yang menjadi dasar Gandewa berkegiatan dengan asas FUN. Walaupun berasaskan kegiatan yang menyenangkan, bukan berarti setiap kegiatan Gandewa hanya senang-senang belaka. Hal tersebut dibuktikan dengan asas FUN itu sendiri merupakan akronim dari Full of responsibility, Utilize self with appropriate skill, and Not selfish.

Gandewa yang dalam struktur organisasi dikategorikan dalam Kelompok Peminatan (KP) Fakultas Psikologi ini, termasuk organisasi yang terbilang baru. Gandewa baru berdiri tahun 2006 dan saat ini sedang dalam proses pendidikan dan pelatihan calon anggota angkatan kelima. Gandewa dengan umur yang masih hijau inilah yang akhirnya menjawab pertanyaan mengapa kegiatan Gandewa  masih bersifat mountaineering, tidak seperti MAPALA UI dan KAPA FTUI yang sudah memiliki beberapa divisi seperti olahraga arus deras (arung jeram), caving, selusur pantai, rock climbing, dan paralayang.

Tidak jauh berbeda dengan Klub Penggiat alam lainnya, untuk dapat menjadi anggota resmi Gandewa, calon anggota (caang)  diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebelumnya sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti pelantikan. Pendidikan dan pelatihan tersebut lazim dikenal dengan sebutan diklat. Diklat Gandewa terdiri dari dua jenis, yaitu Diklat Kelas dan Diklat Lapangan. Adapun materi diklat dibagi menjadi tiga : 1) Manajemen Perjalanan, 2) Navigasi Darat, 3) Jungle Survival dan PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat). Keikutsertaan calon anggota dalam ketiga diklat ini menjadi prasyarat dalam keikutsertaannya pada pelantikan yang akan dilaksanakan bulan Januari 2012. Sebagai salah satu caang 5 Gandewa yang tengah mengikuti diklat, pada jurnal kali ini saya akan memaparkan salah satu diklat yang telah saya ikuti, yaitu diklat pertama dengan materi Manajemen Perjalanan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Diklat Manajemen Perjalanan yang telah saya ikuti pun dibagi menjadi dua, yaitu Diklat Kelas dan Diklat Lapangan. Pada Diklat Kelas, kami diberikan pemahaman bahwa kegiatan Gandewa, yang dapat dikategorikan sebagai petualangan alam bebas, adalah kegiatan dengan risiko tinggi (high risk activity).  Untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, diperlukan sebuah manajemen perjalanan yang yang tertata dengan baik agar kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan lancar.

Menurut Booklet Pendidikan dan Pelatihan Gandewa, Manajemen Perjalanan, yang selanjutnya disebut MP, adalah aktifitas yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu sistem kerjasama dengan pertolongan sumber daya yang ada dan memanfaatkan seluruh fasilitas yang dimiliki guna mencapai tujuan yang hendak diperoleh secara efektif dan efisien. Materi Manajemen Perjalanan ini merupakan dasar dari semua materi yang ada. Hal ini disebabkan karena materi ini akan terus diaplikasikan, oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun selama berkegiatan alam dilaksanakan. Manajemen Perjalanan tidak bersifat kaku, dalam artian disusun berdasarkan kebutuhan individu dan kelompok yang akan melakukan kegiatan. Akan tetapi, secara garis besar, materi diklat kelas menjelaskan bahwa  Manajemen Perjalanan dibagi menjadi 3 fase :

1.                  Pra Kegiatan
2.                  Pelaksanaan Kegiatan
3.                  Pasca Kegiatan

Pemaparan tentang Diklat Manajemen Perjalanan ini cukup panjang jika harus dirangkum dalam satu jurnal. Oleh karenanya, jurnal kali ini bersifat bersambung. Jurnal 7 akan secara khusus memaparkan tentang prakegiatan Diklat MP caang 5 Gandewa  yang diselenggarakan di Gunung Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Adapun fase pelaksanaan kegiatan dan pasca kegiatan akan dipaparkan di beberapa jurnal selanjutnya.

Pra Kegiatan

1. Selasa, 1 November 2011-Konsolidasi Kelompok 1
Setelah di dalam diklat kelas MP kami dilatih untuk membuat MP sederhana dengan tujuan Gunung Gede, kami langsung diberi tugas untuk membuat MP kami sendiri untuk diklat lapangan dengan tujuan ke Gunung Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kelompok saya, kelompok 3,  terdiri dari empat orang caang, yaitu Pradina Paramitha (Ditha), Permata Dewi Adanti (Danti), Absharina Izzaty (Izzat), Annisa Dwi Astuti (saya sendiri), dan seorang mentor pembimbing bernama Kak Madina. Dalam konsolidasi kelompok pertama, kelompok 3 melakukan pembagian tugas dan penyusunan MP dalam bentuk power point yang akan dipresentasikan kepada pengurus Gandewa.

Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, setiap MP yang dibuat untuk berkegiatan alam tidak bersifat baku karena tergantung kebutuhan kelompok masing-masing. Berikut ini adalah pembagian tugas yang dilakukan oleh kelompok 3 untuk diklat lapangan MP :

a) Manager (Time Keeper, Basecamp Manager, dan Kesekretariatan/Perizinan) : Ditha
b) Trasi (Transportasi dan Dokumentasi) : Izzat
c) Dekap Air (Medis, Perlengkapan, dan Manajer Air) : Danti
d) Balog (Bendahara dan Logistik) : Tuti

2. Rabu, 2 November 2011- Pukul 09.00-13.00 WIB- Konsolidasi  satu angkatan
Pada awalnya, panitia diklat menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membuat MP masing-masing (dan berbeda antar satu kelompok dan lainnya) dengan ketentuan hari Jumat, tanggal 5 November 2011, pukul 17.00 WIB seluruh kelompok sudah berada di Lahan Cadangan (di kaki Gunung Kencana). Setelah menimbang bahwa biaya transportasi bisa lebih murah jika kami berangkat bersama-sama, akhirnya seluruh caang memutuskan untuk membuat MP dengan transportasi disamakan satu angkatan. Adapun kosolidasi angkatan diselenggarakan untuk memutuskan rute apa yang akan kami gunakan bersama-sama untuk sampai ke Gunung Kencana.
Setelah melakukan konsolidasi, kami berhasil membuat dua perencanaan rute untuk menuju ke Gunung Kencana :

a) Rencana A :
Kumpul di Stasiun UI dan Briefing (pukul 07.30 WIB)
Menuju Stasiun Bogor menggunakan Kereta Ekonomi (pukul 08.30 WIB dengan harga Rp 2.000/orang)
Tiba di Stasiun Bogor (pukul 09.30 WIB)
Naik angkot nomor 02 sampai di Sukasari (pukul 10.00 WIB dengan harga Rp 2.000/orang)
Naik angkot Cisarua (pukul 10.00 WIB) dengan harga Rp 10.000/orang)
Istirahat sholat Jumat di Masjid At’Taawun, Puncak (pukul 12.00-13.00 WIB)
Tiba di LC Gunung Kencana (pukul 17.00 WIB)

b) Rencana B
Kumpul di Stasiun UI dan Briefing (pukul 09.00 WIB)
Menuju Stasiun Bogor menggunakan Kereta Commuter Line (pukul 10.00 WIB dengan harga Rp 7.000/orang)
Tiba di Stasiun Bogor (pukul 11.00 WIB)
Naik angkot nomor 02 sampai di Sukasari (pukul 11.45 WIB dengan harga Rp 2.000/orang)
Istirahat Sholat Jumat dan makan siang di Masjid PDAM, Bogor (pukul 11.40-13.00 WIB)
Naik angkot Cisarua (pukul 13.00 WIB dengan harga Rp 10.000/orang)
Tiba di pintu masuk Taman Wisata Telaga Warna (pukul 15.00 WIB)
Tiba di LC Gunung Kencana (pukul 17.00 WIB)

Setelah mempertimbangkan kemungkinan tidak terkejarnya waktu Sholat Jumat pada rencana A, akhirnya diputuskanlah kami menggunakan Plan B untuk rute keberangkatan kami.

3. Rabu, 2 November 2011- Pukul 13.00-15.00 -Peminjaman Perlengkapan
Dari kurang lebih enam belas caang yang mengikuti Diklat Lapangan MP, kurang dari lima orang caang yang merupakan anggota klub pecinta alam di SMA masing-masing. Selebihnya, caang 5 Gandewa adalah pemula dalam berkegiatan alam, termasuk saya. Secara tidak langsung hal tersebut berdampak pada keterbatasan perlengkapan yang dimiliki oleh caang 5 Gandewa untuk melaksanakan diklat lapangan. Tidak banyaknya perlengkapan yang dapat dipinjamkan oleh pengurus Gandewa pun pada akhirnya  membuat kami harus meminjaman beberapa perlengkapan yang tidak dapat dibeli dalam waktu singkat -karena keterbatasan dana-, seperti tenda, carrier, nesting, kompor parafin/hi-cook, matras, sleeping bag, dan beberapa perlengkapan lainnya.

Kegiatan pinjam meminjam perlengkapan ini sejatinya lumrah dilakukan antar kelompok penggiat/pecinta alam. Lebih jauh lagi, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk silaturahmi antar klub penggiat/pecinta alam yang satu dengan yang lainnya. Beberapa klub penggiat/pecinta alam yang tidak jarang membantu Gandewa dalam memenuhi perlengkapan yang diperlukan, khusunya diklat kali ini, adalah KAPA FTUI, Humus FEUI, Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila, ISIP, Universitas Trisakti, Universitas Binus, dan Universitas Pancasila. 

4. Rabu, 2 November 2011- Pukul 15.00-16.00 WIB- Konsolidasi kelompok 2
Konsolidasi kelompok 2 ini memiliki agenda untuk mengevaluasi sejauh mana persiapan untuk diklat lapangan telah dilaksanakan dan sejauh mana setiap anggota kelompok telah melaksanakan kewajibannya masing-masing.

5. Rabu , 2 November 2011- Pukul 16.00-18.00 WIB- Presentasi Manajemen Perjalanan
Presentasi ini dilakukan oleh setiap kelompok Diklat MP dihadapan panitia diklat dan pengurus Gandewa. Selain untuk mengevaluasi sejauh mana MP yang telah kami susun, presentasi ini pun dimaksudkan untuk memastikan tidak ada hal-hal yang terlupakan oleh kami mengingat ini kegiatan pertama kami sebagai caang.

Saat presentasi, sempat terjadi perdebatan tentang pintu masuk telaga warna yang dimaksud untuk menuju LC walaupun pada akhirnya berhasil diluruskan karena hanya terjadi salah paham tentang patokan arah yang diberikan. Setelah dievaluasi, secara garis besar di setiap kelompok hampir melupakan satu hal yang cukup krusial, yaitu perlengkapan untuk mengantisipasi hujan mengingat bulan ini sudah memasuki musim penghujan.  Akan tetapi, secara umum manajemen perjalanan yang kami susun dianggap sudah cukup baik.

6.  Kamis, 3 November 2011- Pukul 06.30-08.30 WIB- Latihan Fisik
Idealnya, ketika akan melakukan pendakian, latihan fisik dilaksanakan maksimal satu minggu sebelum keberangkatan. Mengingat Diklat MP ini bertajuk fun cooking, belajar memasak di alam, latihan fisik pun tetap dilakukan walaupun keberangkatan akan dilaksanakan keesokan harinya.

Latihan fisik Gandewa berbentuk jogging nonstop dan beberapa latihan ketahanan diri seperti push-up serta sit up. Walaupun pada kenyataannya gunung tidak didaki dengan jogging dan berlari, laithan fisik ini dimaksudkan untuk membentuk ketahanan tubuh  selama pendakian berlangsung.
Jogging rutin yang biasa dilakukan oleh Gandewa memiliki tiga jalur :

1) Jalur perkenalan : Setengah lingkar dalam UI (F.Psikologi-FISIP-FIB-Kuburan Bikun-Rotunda- Balairung-MUI-F.Hukum-F.Psikologi)
2) Jalur lingkar dalam UI : Jalur Bis Kuning
3) Jalur lingkar luar UI

 Pengurus dan Caang 5 Gandewa pasca latihan fisik

Selama jogging, hal yang ditekankan bukanlah kecepatan berlari, melainkan ritme dan konsistensi untuk tidak berhenti atau berjalan sampai kembali ke tempat awal. Hal ini dimaksudkan karena ketika seseorang memutuskan untuk berhenti atau berjalan di tengah-tengah jogging, hal tersebut akan membuat seseorang lebih cepat lelah dan kesulitan untuk memulai jogging kembali. Hal tersebut pun terjadi pada saya. Pada latihan fisik pertama dengan jalur perkenalan, mulai dari Rotunda saya lebih banyak berjalan. Hal tersebut pun berdampak pada nafas saya yang mudah terengah-engah dengan tingkat kelelahan tinggi untuk memulai jogging kembali sampai di Fakultas Psikologi.

Pada latihan fisik kedua, saya mencoba melakukan tips yang diberikan oleh pengurus Gandewa selama melakukan jogging. Beberapa tips tersebut diantaranya : tidak berlari dengan kecepatan tinggi di awal, menggoyangkan tangan di samping dada bukan di depan dada, tidak menjejakkan telapak kaki secara keseluruhan dalam waktu bersamaan, dan bernyanyi dalam hati untuk membuat ritme. Tips-tips tersebut pada akhirnya sukses membuat saya tidak berhenti sama sekali saat latihan fisik kedua dengan jalur perkenalan dan latihan fisik ketiga dengan jalur lingkar dalam UI.

Hasil dari latihan fisik ini pun dapat dirasakan secara langsung oleh caang saat mengikuti Diklat MP. Caang yang jarang mengikuti latihan fisik mengaku lebih cepat lelah dibandingkan caang yang konsisten melakukan latihan rutin.

7.  Kamis, 3 November 2011- Pukul 19.00-22.00 WIB-Packing
Salah satu materi yang didapatkan saat Diklat Kelas MP adalah materi tentang Packing. Menurut Booklet Pendidikan dan Pelatihan Gandewa, prinsip dasar yang mutlak dilakukan dalam packing adalah beban terberat harus jatuh ke pundak. Sebisa mungkin barang yang berat dikondisikan diletakkan pada bagian teratas dengan jarak terdekat dengan punggung. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan pendakian kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak. Jika salah melakukan packing dan beban terberat jatuh pada pinggul, akibatnya kaki tidak dapat bebas bergerak dan kita menjadi cepat lelah karena beban backpack menekan pinggul belakang.

Selain prinsip dasar mutlak tersebut, ada beberapa prinsip pengepakan barang lainnya : 1) letakkan barang ringan di bagian bawah dan barang berat di bagian atas, 2) barang-barang yang diperlukan paling akhir ditaruh di bagian bawah dan barang-barang yang sering dikeluar-masukkan ditaruh di bagian atas, 3) jangan biarkan ada ruang kosong dalam ransel, dan 4) membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak.

Gandewa selalu mengkondisikan anggotanya yang akan melakukan perjalanan untuk melakukan packing dan menyelesaikannya maksimal H-1 keberangkatan. Hal ini dimaksudkan agar keesokan harinya, saat akan melakukan perjalanan, setiap anggota hanya memikirkan kondisi fisiknya tanpa perlu lagi memikirkan barang bawaan karena sudah tertata rapi di dalam carrier. Akan tetapi, agaknya kebiasaan ini belum dipahami dengan baik oleh saya dan teman-teman caang 5. Banyak kendala yang dihadapi pada proses packing pertama kami. Seluruh barang (baik pribadi maupun kelompok) yang seharusnya sudah terkumpul untuk di-packing, karena berbagai alasan, belum bisa dimasukkan ke dalam carrier. Keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kesigapan caang 5 dalam proses packing membuat packing baru selesai pukul 22.00 WIB. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat packing sebenarnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Lamanya proses packing pun dengan terpaksa harus menyita waktu istirahat kami yang akan melakukan perjalanan esok hari. Belum lagi kami harus menerima konsekuensi bahwa proses packing yang sebenarnya belum selesai itu harus dilanjutkan esok hari dengan memajukan waktu kedatangan kami ke Fakultas Psikologi esok harinya. Packing perdana caang 5 yang dapat dikatakan jauh dari baik ini di kemudian hari menjadi evaluasi besar untuk pelaksanaan packing di diklat selanjutnya. 

Demikianlah prakegiatan Diklat Lapangan MP caang 5 Gandewa Fakultas Psikologi UI. Keesokan harinya, tanggal 4 November 2011, kami melakukan perjalanan menuju Gunung Kencana, Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang akan saya paparkan di jurnal selanjutnya