Sabtu, 09 Februari 2013

Di Sini Kami Menemukan

Hari kedua di Desa Cipeuti. Hari pertama mengajar. Hari pertama tanpa kemewahan.Tanpa penerangan.

Jumat, 11 Januari 2013

Saat gw berniat menuliskan tulisan ini, di depan gw, dua adik angkat gw sedang  menggambar cita-citanya. Murti yang tertua. Gambarnya sebuah toko baju dan sepatu yang berada di pinggir jalan raya. Yap. Murti bilang ia ingin menjadi pengusaha toko. Sedangkan Sada, si adik laki-laki menggambar lapangan  sepakbola lengkap dengan gawangnya. Ia ingin menjadi pemain sepakbola (Yang kemudian berubah menjadi dokter). Cita-cita yang biasa bukan? Yang tidak biasa, mereka bersemangat menggambar hanya dengan satu lilin untuk penerangan. Tiang listrik desa yang ambruk karena hujan besar, menyebabkan sudah empat hari empat malam tidak ada listrik di desa ini.

Mereka bersekolah di SDN Kertaraharja 1. Tempat gw mengajar dalam Gerakan UI Mengajar. Hari ini hari pertama gw mengajar. Sebelumnya, gw mendengar bahwa ada warga yang hampir menangis saat melihat kedatangan kami dalam kondisi hujan lebat, berjalan kaki dari desa sebelumnya, dengan membawa bawaan yang luar biasa berat, dan harus melewati kondisi jalan yang… di kemudian hari membuat gw serasa terbang saat berada di atas aspal.


Kondisi jalan Desa Cipeuti dan Pancal saat musim hujan

Sayangnya, warga tidak tahu bahwa bukan hanya mereka yang hampir menangis. Gw, pengajar kelas 5 SDN Kertaraharja 1 juga hampir menangis melihat sambutan dan antusiasme anak-anak di sini. Mereka saling berebut mencium tangan kami sambil mengucapkan salam kepada kami yang mereka ketahui akan menjadi guru barunya.

Belum banyak yang bisa gw tumpahkan di tulisan ini. Tapi yang perlu kawan ketahui, kata siapa anak Indonesia  pemalas? Di sini, kami menemukan banyak anak yang tetap menerjang hujan dan lumpur, tiba di sekolah satu jam sebelum mereka masuk, walaupun mereka tahu terkadang harus pulang kembali karena guru mereka tidak akan datang karena hambatan geografis.

SDN Kertaraharja 1

0 komentar: