3 Desember 2010
Sampai sekarang, gw seneng aja kalau ada alumni osis, siapapun itu, angkatan manapun itu, yang bercerita menggunakan kalimat, "waktu zaman gw dulu...". Ceritanya selalu ngalir gitu aja. Gak jarang dengan tawa dan mata berbinar-binar. Walaupun kadang yang diceritakan bukan hal yang membuat mata berbinar pada zamannya. Ngerasa pernah berada di posisi yang sama tapi dalam bentuk yang berbeda. Walaupun hal yang diceritakan sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu di zaman yang yang tak pernah dirasakan langsung oleh si pendengar. Orang-orang dalam ceritanya seolah saudara lama yang sudah lama tak jumpa. Walaupun pada kenyataanya, jangankan berkenalan, bertatap muka dan mendengar namanya saja mungkin baru pertama kali. Ya. Gw selalu senang mendengarnya.
Dan hari ini, ternyata gw sudah ada di posisi seseorang yang bercerita dengan kalimat "waktu zaman gw dulu.." Walaupun gw gak tau, cerita gw dengan kalimat itu apakah bisa membuat si pendengar merasa senang seperti apa yang gw rasakan setiap mendengar kalimat itu.
"Waktu zamannya Telor Ceplok.."*
"Waktu zamannya Televisi.."*
"Waktu zamannya Roket.."*
"Waktu zamannya Lokomotif.."*
"Waktu Zamannya Elemen.."
"Waktu zamannya Zandloper.."
"Waktu zamannya Kemudi.."
"Waktu zamannya Busur Panah.."
"Waktu zamannya Cakram.."
"Waktu zamannya Phinisi.."
"Waktu zamannya Zeppelin.."
"Waktu zamannya Windmill.."
"Waktu zamannya Avion.."
*Gak tau urutannya :(
Dan kalimat, "waktu jamannya gw dulu..", ngajarin gw bahwa ada sebuah perbandingan yang bisa disandingkan.
Buat gw, setiap angkatan osis punya ceritanya masing-masing yang gak bisa dibandingkan satu sama lain. Walaupun kalimat 'punya cerita masing-masing' gak bisa dijadikan pembenaran atas setiap cerita yang digores dan dimiliki osis tiap angkatannya. Dan dari ribuan cerita yang digores di tiap angkatannya, selalu ada perbandingan yang bisa disandingkan. Disandingkan untuk menjadi sebuah pembelajaran dan perbaikan.
Kesuksesan tiap angkatan osis relatif? Buat gw enggak. Ada konstantanya. Kalau setiap angkatan osis dianalogikan sebagai sebuah kereta *terinspirasi ngeliat lambang lokomotif di sekret dan lambang maglev di kumpul calon kabinet osis 2010/2011*, kereta yang dikatakan sukses, bukan kereta yang paling cepat sampai tujuan diantara kereta lainnya, bukan kereta yang selalu melewati pemandangan indah di tengah perjalanannya, bukan kereta yang selalu sukses melalui medan-medan yang sulit, bukan kereta yang memiliki masinis bersertifikat internasional yang telah memiliki jam terbang mengemudi yang menggila, bukan kereta berawak ramah yang gak pernah sungkan melambaikan tangannya kepada petani yang tengah membajak sawah melalui jendela kereta, dan bukan kereta yang memiliki struktur yang gagah nan menawan ketika tengah melintas.
Sampai sekarang, gw seneng aja kalau ada alumni osis, siapapun itu, angkatan manapun itu, yang bercerita menggunakan kalimat, "waktu zaman gw dulu...". Ceritanya selalu ngalir gitu aja. Gak jarang dengan tawa dan mata berbinar-binar. Walaupun kadang yang diceritakan bukan hal yang membuat mata berbinar pada zamannya. Ngerasa pernah berada di posisi yang sama tapi dalam bentuk yang berbeda. Walaupun hal yang diceritakan sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu di zaman yang yang tak pernah dirasakan langsung oleh si pendengar. Orang-orang dalam ceritanya seolah saudara lama yang sudah lama tak jumpa. Walaupun pada kenyataanya, jangankan berkenalan, bertatap muka dan mendengar namanya saja mungkin baru pertama kali. Ya. Gw selalu senang mendengarnya.
Dan hari ini, ternyata gw sudah ada di posisi seseorang yang bercerita dengan kalimat "waktu zaman gw dulu.." Walaupun gw gak tau, cerita gw dengan kalimat itu apakah bisa membuat si pendengar merasa senang seperti apa yang gw rasakan setiap mendengar kalimat itu.
"Waktu zamannya Telor Ceplok.."*
"Waktu zamannya Televisi.."*
"Waktu zamannya Roket.."*
"Waktu zamannya Lokomotif.."*
"Waktu Zamannya Elemen.."
"Waktu zamannya Zandloper.."
"Waktu zamannya Kemudi.."
"Waktu zamannya Busur Panah.."
"Waktu zamannya Cakram.."
"Waktu zamannya Phinisi.."
"Waktu zamannya Zeppelin.."
"Waktu zamannya Windmill.."
"Waktu zamannya Avion.."
*Gak tau urutannya :(
Dan kalimat, "waktu jamannya gw dulu..", ngajarin gw bahwa ada sebuah perbandingan yang bisa disandingkan.
Buat gw, setiap angkatan osis punya ceritanya masing-masing yang gak bisa dibandingkan satu sama lain. Walaupun kalimat 'punya cerita masing-masing' gak bisa dijadikan pembenaran atas setiap cerita yang digores dan dimiliki osis tiap angkatannya. Dan dari ribuan cerita yang digores di tiap angkatannya, selalu ada perbandingan yang bisa disandingkan. Disandingkan untuk menjadi sebuah pembelajaran dan perbaikan.
Kesuksesan tiap angkatan osis relatif? Buat gw enggak. Ada konstantanya. Kalau setiap angkatan osis dianalogikan sebagai sebuah kereta *terinspirasi ngeliat lambang lokomotif di sekret dan lambang maglev di kumpul calon kabinet osis 2010/2011*, kereta yang dikatakan sukses, bukan kereta yang paling cepat sampai tujuan diantara kereta lainnya, bukan kereta yang selalu melewati pemandangan indah di tengah perjalanannya, bukan kereta yang selalu sukses melalui medan-medan yang sulit, bukan kereta yang memiliki masinis bersertifikat internasional yang telah memiliki jam terbang mengemudi yang menggila, bukan kereta berawak ramah yang gak pernah sungkan melambaikan tangannya kepada petani yang tengah membajak sawah melalui jendela kereta, dan bukan kereta yang memiliki struktur yang gagah nan menawan ketika tengah melintas.
Tapi kereta yang sukses adalah kereta yang selama perjalanannya tetap berada di atas relnya.
Relnya?
Kata, 'SMANSA', 'ATTITUDE', 'WE', 'FIGHT', dan 'WIN' yang tertanam di sini *nunjuk-nunjuk kepala* dan di sini *nunjuk-nunjuk dada* di setiap anggotanya :)
***
Gw : Waktu jaman gw dulu, gw sering kesel Fan sama Ditho. Tapi sekesel-keselnya gw ke Ditho, buat gw Ditho tetep ketua gw. Dan A'Bagus bilang, 'ketua 1 harus bisa jadi orang pertama yang ada di belakang dan di samping ketua umum dalam keadaan apapun'. Bagaimanapun keselnya gw ke Ditho, gw selalu mencoba melakukan hal itu.
Fandi : Kata Widuri, A'Ditho bilang dia gak bisa loh kalau gak ada Teh Tuti. Kalau gak ada Teh Tuti dia suka ceroboh katanya. Gitu juga sebaliknya. Teh Tuti juga gak bisa kalau gak ada A'Ditho.
Hahahaha, Ditho ya? Beraninya ngomong lewat Widuri, gak langsung ngomong ke gw kalau lw gak bisa tanpa gw!:P
Dan gw gak bisa tanpa lw? Pada kenyataanya, dibagian putaran selanjutnya memang benar adanya :) Tapi bukan karena gw ceroboh. Gw tanpa lw? Gw kehilangan satu dari tiga orang yang mampu 'meredam' gw. Satu dari tiga orang yang sanggup membuat gw menganggukan kepala tanpa perlawanan waktu ngebentak gw. Dan satu dari tiga orang yang bisa bikin gw panik-sepanik-paniknya kalau salah satunya ada yang bt sama gw.
Dan gw gak bisa tanpa lw? Pada kenyataanya, dibagian putaran selanjutnya memang benar adanya :) Tapi bukan karena gw ceroboh. Gw tanpa lw? Gw kehilangan satu dari tiga orang yang mampu 'meredam' gw. Satu dari tiga orang yang sanggup membuat gw menganggukan kepala tanpa perlawanan waktu ngebentak gw. Dan satu dari tiga orang yang bisa bikin gw panik-sepanik-paniknya kalau salah satunya ada yang bt sama gw.
*Dan tanpa diduga, hari ini dikasih kesempatan untuk menyentuh si orang pertama selanjutnya :)
2 komentar:
tototweet euy ktua2 hha
@anonim : iya mas anonim, sama-sama totweet kalau dibelakang, kalau di depan mah boro2 deh :P
Posting Komentar