Kayak Obed di Bikun pagi ini. Obed yang mau turun di depan Psikologi, bersiap di depan pintu belakang Bikun. Sayangnya, pintu belakang Bikun tidak terbuka. Setelah menunggu agak lama dan yakin pintu belakang memang tidak terbuka, Obed bergegas melangkah ke pintu depan. Bersamaan dengan Bikun yang kembali digas. Sambil melangkah dari pintu belakang, Obed berteriak rendah, "Sebentar, Pak!" berharap pak supir mendengar walaupun dengan jarak sejauh itu.
Tiba di pintu depan Bikun, entah pak supir yang menyadari atau Obed yang menyampaikan lebih dulu, terdengar suara Obed menjelaskan ramah, "Iya, Pak. Pintu belakangnya tidak terbuka". Di detik selanjutnya, Bikun sempurna berhenti dan Obed pun turun sembari mengucapkan terima kasih.
Asertif itu, ya kayak Obed tadi pagi. Berani berteriak rendah ketika pintu belakang Bikun tidak terbuka walaupun Bikun sudah kembali digas. Bukan rendah volumenya. Tapi rendahnya suara orang yang menghargai lawan bicaranya. Respect. Tidak seperti orang agresif yang mungkin teriakannya akan mencak-mencak dan menganggu banyak orang. Tidak juga seperti orang yang submissive yang mungkin pasrah aja, diam, memilih mengikuti jalannya Bikun, baru turun di halte UI, sambil mikir "Nanti juga tinggal lanjut jalan sebentar doang ke Psiko".
Asertif itu, ya kayak Obed tadi pagi. Berani menjelaskan bahwa tadi pintu belakang Bikun tidak terbuka. Deskripsi. Bukan Evaluasi. Berdampak pada bapak sopir yang akhirnya menyadari bahwa ada tombol yang lupa ditekan. Membuat Pak Sopir memutuskan untuk berhenti dan menyilakan Obed turun. Tidak seperti orang agresif yang mungkin mengevaluasi pak sopir dengan nada tinggi, "Harusnya khan pintu belakang terbuka, Pak!" dengan muka masam. Tidak juga seperti orang submissive yang mungkin bergumam dalam hati, "Yaudah lah ya, mungkin bapaknya lupa", dan memtuskan diam, tidak menyampaikan apa yang terjadi.
Asertif itu, kayak Obed tadi pagi. Berani menyampaikan apa yang dianggap benar, dengan cara yang bisa diterima orang lain :)
0 komentar:
Posting Komentar