Jumat, 11 Januari 2013
Saat gw berniat menuliskan tulisan ini,
di depan gw, dua adik angkat gw sedang menggambar cita-citanya.
Murti yang tertua. Gambarnya sebuah toko baju dan sepatu yang berada di pinggir
jalan raya. Yap. Murti bilang ia ingin menjadi pengusaha toko. Sedangkan Sada,
si adik laki-laki menggambar lapangan sepakbola lengkap dengan
gawangnya. Ia ingin menjadi pemain sepakbola (Yang kemudian berubah menjadi dokter). Cita-cita yang biasa bukan? Yang
tidak biasa, mereka bersemangat menggambar hanya dengan satu lilin untuk
penerangan. Tiang listrik desa yang ambruk karena hujan besar,
menyebabkan sudah empat hari empat malam tidak ada listrik di desa ini.
Mereka bersekolah di SDN Kertaraharja 1.
Tempat gw mengajar dalam Gerakan UI Mengajar. Hari ini hari pertama gw
mengajar. Sebelumnya, gw mendengar bahwa ada warga yang hampir menangis saat
melihat kedatangan kami dalam kondisi hujan lebat, berjalan kaki dari desa sebelumnya, dengan
membawa bawaan yang luar biasa berat, dan harus melewati kondisi jalan yang… di kemudian hari membuat gw serasa terbang saat berada di atas aspal.
Kondisi jalan Desa Cipeuti dan Pancal saat musim hujan
Sayangnya, warga tidak tahu bahwa bukan
hanya mereka yang hampir menangis. Gw, pengajar kelas 5 SDN Kertaraharja 1 juga
hampir menangis melihat sambutan dan antusiasme anak-anak di sini. Mereka saling
berebut mencium tangan kami sambil mengucapkan salam kepada kami yang mereka ketahui akan menjadi guru barunya.
Belum banyak yang bisa gw tumpahkan di
tulisan ini. Tapi yang perlu kawan ketahui, kata siapa anak Indonesia pemalas? Di sini, kami menemukan banyak anak
yang tetap menerjang hujan dan lumpur, tiba di sekolah satu jam sebelum mereka
masuk, walaupun mereka tahu terkadang harus pulang kembali karena guru mereka
tidak akan datang karena hambatan geografis.
SDN Kertaraharja 1
0 komentar:
Posting Komentar