Dua duanya memejamkan mata. Menunduk. Yang satu tenggelam oleh suara riak ombak. Yang satu tenggelam dengan senandung lirik yang menjalar lewat headset yang terpasang.
Tepat di salah satu lirik, salah satu sudut mata berjuang mati matian menjaga untuk tidak ada yang tumpah.
Berbagi, takdir kita selalu.
Kecuali, tiap kau jatuh hati.
Gw rindu berbagi.
Tiga bulan harusnya jadi waktu yang lama untuk menjadi orang yang paling cerewet di dunia. Tentang banyak kebahagiaan. Kesyukuran. Kekecewaan. Kepenatan.
Dan semua penat ini sanggup terurai bukan karena kehadiran solusi, tapi karena kehadiran untuk tetap bersisian.
Dua duanya memilih diam. Berlama lama tenggelam dengan ketenangan ini. Tenggelam dengan kemewahan ini. Karena dua duanya sama sama tahu, saat esok matahari datang lagi, tidak ada lagi kemewahan seperti ini.
Polusi cahaya telah berganti dengan anggunnya bintang gemintang. Mengungguli cahaya lampu pesawat yang lima-enam melintas tanpa jeda.
Semua masalah itu sempurna ditelan malam. Tanpa sempat untuk diutarakan. Semua tanya itu sempurna terjawab. Tanpa harus dipertanyakan.
"Gw selalu merasa inferior kalau sedang bareng bareng sama lw. Dan hanya saat bareng lw"
"Gue berjuang untuk melakukan banyak hal biar saat gue ketemu lo gue bisa cerita banyak hal"
Menyebalkan.
Walaupun faktanya, gw gak akan pernah bisa benci sama lw.
"Kalau nanti kita udah punya pasangan masing masing, kita masih akan punya waktu main bareng gak ya?"
"I have no idea"
Bukan pertanyaan yang bijak gw rasa. Karena seharusnya malam ini bukan tentang kata nanti.
0 komentar:
Posting Komentar