Jumat, 31 Agustus 2012

Bersyukur itu... (2)

*Tulisan ini gw rasa gak ada intinya. Gak ada fokusnya. Loncat-loncat. Jadi, kalau mau di sekip tidak masalah, mau tetap dibaca alhamdulilah. Hanya melampiaskan sisa-sisa merinding setelah dipercaya untuk mendengarkan, lagi.

Pernah suatu hari, gw ngerasa ada yang salah dengan muka gw. Entah muka gw yang menggambarkan  muka banyak masalah, entah muka gw memancing banyak masalah. Entahlah. Yang pasti, sepertinya ada yang salah.

Pernah tuh ya, sebutlah seorang teman gw bernama A. Dia jalan nih ke arah gw. Jaraknya sih masih jauh, tapi keliatan dari posisi gw. Sambil berjalan, dia menyapa teman teman lain yang berpapasan dengannya di jalan. Sapa kanan kiri. Senyum kanan kiri. Ketawa kanan kiri. Pokoknya, gw ngeliat dari kejauhan, hidupnya indah lah hari ini. Ceria sekali. Sampai akhirnya gw rasa berada di jarak yang cukup dekat dengannya, seperti biasa, gw teriak memanggil namanya, menyapa.

Sumpah gw cuma nanya doang. Gw cuma manggil namanya. Cuma menyapa. Belum mengeluarkan dua patah kata selanjutnya. Tiba-tiba mukanya masam menoleh ke arah gw. Merangsek duduk di sebelah gw.
Tut, gw mau cerita :(
Sekali. Dua kali. Dan kejadian macam di atas pun terjadi berulang kali.
Teh, gw mau cerita :(
Muka lu tuh mancing banget sih, Tut.
Emaaaak, apa yang salah dengan muka anakmu ini? -___-"

Pernah ngerasa salah muka, pernah juga gw sering ngerasa salah lihat, salah dengar.

Gw sering mendengar cerita. Iya. Sama halnya dengan mahasiswa psikologi lain pada umumnya. Gw lebih sering mendengar cerita seseorang secara personal. Man to man. Iya. Sama halnya dengan mahasiswa psikologi lain pada umumnya. Tapi hal yang satu ini yang gw gak tahu, apakah memang dirasakan anak psikologi pada umumnya.

Pernah sedih. Karena merasa diperlakukan berbeda oleh si pemberi cerita. Ada yang salah dengan gw? Atau gw yang salah lihat dan salah dengar? Apa yang diceritakan, dikatakan, dan dilakukan secara personal dihadapan gw, jauh berbeda dengan apa yang diceritakan, dikatakan, dan dilakukan ketika gw dan si pemberi cerita, sedang berada dalam sebuah lingkaran sosial. Gw salah apa? Gw yang salah paham atau gw yang salah lihat dan salah dengar?

Satu orang. Dua orang. Bahkan sejumlah orang memperlakukan gw berbeda.

Sampai akhirnya, belakang gw paham. Belakangan gw mengerti. Detik di mana gw paham dan mengerti, gw mendadak merasa jadi orang kaya,
karena gw dipercaya mendengarkan :')
Dibandingkan teman-teman gw yang lain yang bisa bikin si pemberi cerita muter otak sendiri buat nyari solusi sendiri, yang senyumannya bisa meneduhkan dan meredam masalah si pemberi cerita yang berapi-api, gw bisa apa? Gw kalau mendengar cerita cuma bisa ngangguk-ngangguk doang, geleng-geleng doang, senyum-senyum doang. Solutif? Jauh panggang dari api.

Tapi gw dipercaya. Entah dari sebelah mana kepercayaan itu lahir. Gw dipercaya mendengarkan. Gw dipercaya diperlihatkan sisi asli banyak orang tanpa personanya. Tanpa topengnya. Gw dipercaya jadi tempat yang nyaman untuk menumpahkan rahasia.

Allahuakbar...

Nyess itu adalah.... mendengar kalimat-kalimat ini, di akhir dan awal cerita,
Tut, cuma sama lu gua cerita kayak gini.
Tut, jangan bilang siapa-siapa dulu ya, cuma beberapa orang yang tau.
Tut, lu orang pertama yang gw kabarin
Teh, teteh satu dari sedikit orang yang tahu cerita ini.
Bahkan tanpa diawali dan diakhiri kalimat itu, ada beberapa yang, gw tahu, itu bukan cerita untuk konsumsi umum. Mahal kawan. Semua kalimat itu mahal. Itu mengapa gw mendadak ngrasa jadi orang kaya.

Allah, maaf, saya cengeng hari ini.

Satu bulan ke belakang. Dua minggu kebelakang. Satu minggu ke belakang. Kemarin. Hari  ini. Gw bertubi-tubi dipercaya mendengarkan, lagi. Ceritanya? Bahkan banyak cerita di luar dugaan gw yang dipercayakan untuk gw dengarkan. Cerita-cerita yang... gw kira itu hanya ada di novel-novel. Hanya ada di film-film. Tapi itu nyata kawan. Sungguh. Kalau ada yang menjuluki seseorang sebagai seorang drama queen, sungguh, hidup memang sedrama itu ternyata.

Allah, maaf, saya masih cengeng hari ini.

Detik gw menuliskan postingan ini, gw lagi nangis. Ada yang punya saran untuk mengalihkan gemeteran dan merinding gw ke bentuk lain selain menangis? Njir, gw gemeteran beneran. Merinding beneran. Cerita dia, cerita mereka, cerita kalian, cerita kamu, hey, gw merinding mengingatnya. Dan cerita-cerita itu dipercayakan untuk gw dengar.

Allahuakbar...

Gw merinding. Gw ikut senang. Ikut senyum-senyum. Ikut tertawa. Ternganga. Tercekat. Dan ikut menahan nafas. Untuk segala cerita itu. Terima kasih. Untuk dia, mereka, kalian, kamu. Terima kasih untuk ceritanya. Gw masih gemeteran. Kalau dipercaya itu diamanahkan. Gw gemeteran karena begitu banyak amanah yang datang bertubi-tubi.

Terima kasih. Untuk dipercaya mendengar. Untuk dipercaya belajar lebih banyak.

Kesimpulan : Gw masih nangis dan gemeteran.

Melunasi Janji Kemerdekaan

#Now Reading : Indonesia Mengajar 2
Mereka rela meninggalkan kenyamanan kota dan keluarga untuk tinggal di tempat baru, melunasi janji kemerdekaan.
Pembukaan UUD 1945.
Alinea 4.
Mencerdaskan kehidupan bangsa. 
Astuti Kusumaningrum, Pengajar Muda II, SDN 2 Mayak, Curug Bitung*

Kak, nama panggilan kita sama. Fakultas kita sama. Semoga kelak, saya sanggup memiliki ketulusan yang sama.

#Now Playing : Gigi - Cintailah Mereka
Cintailah cinta mereka... Sayangilah sayang mereka... Sebagai tanda ketulusan ... Yang diinginkan mereka...

Selasa, 28 Agustus 2012

Bersyukur itu...

Kamar  kostan gw itu gede. Gedenya gede banget. Bahkan lebih gede dari kamar di rumah. Kemarin lusa, akhirnya ngerasain juga jadi Hana yang punya hobi beberes dan ngedekor kamar -yang ukuran kamarnya gak jauh beda-. Seharian gw pake ngebersihin dan rombak ulang tata letak kamar yang emang udah ditinggal mudik lebih dari  dua minggu.

Kemarin lusa, bela-belain beberes sampai jam 3 dini hari. Apa yang terjadi pada Hana saat beres-beres, pada akhirnya terjadi juga sama gw. Otot tangan pada tegang, jari-jari tangan pada merah dan bengkak-bengkak. Dipake buat ngegeser lemari, ngegeser kasur, nyapu lebih dari 5 kali, ngepel lebih dari 5 kali,  masang wallpaper, maku-makuin gantungan. Tujuannya cuma dua. Menyelesaikan urusan alergi gw dengan debu-debu, dan semester ini, pengen bikin kostan bener-bener jadi tempat buat pulang di Depok. Karena selama ini, lebih sering nginep di kamar Hana dan Icha yang memang satu kostan karena gak cukup nyaman sama kamar sendiri.

Hasilnya? Seneng banget :)
Kamarnya cerah dan ceria banget. Full colour :D Wallpaper dengan gambar pepohonan dan burung-burung pemberian Hana bikin kamar adem banget. Kayaknya sepulang dari kampung halaman masing-masing, Hana sama Icha bakal kaget sama kamar gw. Kamar yang biasanya dicap sebagai kamar anak gunung berwarna gelap,  jadi penuh warna merah biru, ungu, hijau, bahkan pink :P

Satu yang baru dari kamar gw-yang agak koplak dan kurang kerjaan sebenernya-sekarang gw punya sebuah pojokan berbentuk persegi di kamar gw. Pojokan yang dibentuk dari sudut ruangan, sudut meja belajar, dan sudut kasur gw. Cukup untuk gw meringkuk sambil melipat kaki. Di sebelah kanannya, gw bisa bersandar dengan tas gunung gw  sambil diademkan dengan kipas angin gw.

Aturan mainnya, pojokan itu hanya dipake saat gw lagi bad mood, kesel, uring-uringan sampai nangis. Mengeluarkan semua hal yang menyesakkan. Menyelesaikan semua yang belum selesai, minimal dengan diri gw sendiri. Kipas angin di sebelah gw bertugas untuk mengademkan semua bentuk kepanasan yang terjadi. Keluar dari pojokan itu, ya semua harus sudah selesai. Gak ada acara kesel-keselan di atas kasur. Gak ada acara nangis-nangisan di atas meja belajar. Gak ada uring-uringan di karpet. Semua harus sudah selesai sekeluarnya dari pojokan itu. Hidup harus dilanjutkan, disyukuri, dan dihidupi lagi :)

Dan kamar gw sekarang benar-benar nyaman buat gw. Termasuk pojokan itu. Sukses menemani gw menangis kemarin malam untuk sebuah rasa bersalah. Keluar dari sana? Hidup harus terus dilanjutkan, disyukuri, dan dihidupi lagi.

Bersyukur itu... saat lw dikasih kesempatan untuk memilih menjadi dewasa, dan lw punya sahabat yang berbesar hati menerima proses pendewasaanmu :')

***

Dear, You :)
Maaf untuk sebuah kejujuran yang mungkin kurang menyenangkan, Kawan.
Kamu tahu?
Detik pertama di pojokan itu, gw menangis karena rasa bersalah.
Atas sesuatu yang jelas-jelas tidak pada tempatnya.
Detik selanjutnya, gw menangis karena gw punya sahabat yang percaya gw bisa bersikap dewasa setelah semua kejujuran itu disampaikan.
Detik detik terakhir sebelum gw keluar dari pojokan itu, gw masih menangis. Entah ini musibah atau anugerah, karena gw berani menyelesaikan masalah.

Kamu malas mendengar kata maaf lagi, khan?
Sebagai gantinya, terima kasih. Terima kasih banyak.
Karena telah membantu 99% penyelesaian masalah yang sempat mengganggu beberapa minggu belakangan.
Terima kasih mau mendengar.

Semoga kamu tidak menyesal punya sahabat macam gw ya.
Udah bocah, kerasa kepala, dan keberaninya bikin geleng-geleng kepala :P

Kamu tahu kenapa gw seberani itu?
Karena gw percaya sama kata-katanya Teh Cune :
Justru sama sahabat bisa tampar-tamparan tanpa segan dan takut ditinggalin, kan?
Setuju? :D

Hati-hati di jalan, Bro. 
Bawain gw oleh-oleh ya! :D
Untuk kembali dalam keadaan sehat tak kurang sesuatu apapun.

-Sahabatmu, setelah kemarin ngidam Kebab, sekarang lagi ngidam sop buah Pak Ewok :P

Minggu, 26 Agustus 2012

Dan setelah ini, biar konsistensi yang mengambil alih segalanya. Sampai akhirnya di ujung jalan sana ia selesai menjalankan tugasnya, terlihat sudah, ketulusan dalam arti yang sebenar-benarnya.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Ketika Allah, sungguh, menutupi aibmu,
Nikmat yang mana lagi yang mau kamu dustakan, Tuth?

"Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)

Jumat, 24 Agustus 2012

Yang Lewat, Yang Ingin Diingat (2)

Ibu : Kamu emang kalau gak jadi PNS, maunya jadi apa, Dek?
Gw : Banyak, Bu. Salah satunya bisa jadi penulis. Kalau Icha bikin buku khan, nanti paling depan Icha tulis Thanks to Emak, hehehe :P
Ibu : Kalau mau thanks to tuh ke Bapak. Bapak sayangnya sama kamu tuh lebih tinggi dari Gunung Semeru.
 ***
Ibu : Kamu tuh dari sekarang harus mulai berbenah diri. Setelah ini kamu akan kerja. Akan menikah. Emang kamu mau nikah umur berapa?
Gw : Waktu di mata kulaih Inkemas sih, Icha ngisinya 25 tahun, Bu.
 Bahkan mata kuliah gw lebih dulu menanyakan ini daripada ibu gw -__-"

***

Gw : Pak, liat doong, Icha bisa bikin kue :D
Bapak : Harus dong. Masa anak UI gak bisa bikin kue.
Gw *mengerutkan kening* *dalam hati : hubungan anak UI dan bikin kue adalah...?*
 ***

Ibu : Ya Allah, Dek, liat itu kuenya gosong. Udah berhenti bikinnya. Kamu udah gak konsen.
Gw : ....
 Pelajaran nomor sekian : Jangan tanya urusan jodoh saat gw sedang masak -__-"

***

Raffi, sepupu kecil, kelas 1 SD.
Raffi : Mba Icha lagi apa?
Gw : Lagi menulis.
Raffi : Menulis apa?
Gw : Lagi nulis blog.
Raffi : Blog itu apa Mba?
Gw : *recalling matkul Pendkel* Mmh.. Raffi tau diary ndak?
Raffi : Ndak.
Gw : Raffi tau buku harian?
Raffi : Ndak.
Gw : Buku harian itu tempat Raffi nulis seharian ini ngapain aja. Blog mirip buku harian. Bedanya diketik di laptop dan dimasukan ke internet.
Raffi : Berarti Mba Ica lagi nulis tadi main sama aku ya?
Gw : Hahaha, iya. Nanti Mba tulis kalau tadi main sama Raffi :)

***
Raffi : Mbak Icha, malaikat itu apa?
Gw : *Recalling matkul Pendkel*
Raffi : Mba, pahala itu apa?
Gw : *Recalling matkul Pendkel*
Raffi : Mba, dosa itu apa?
Gw : *Recalling matkul Pendkel*
Raffi : Mba, kenapa Mba Icha pake kerudung? Kok aku gak pake?
Gw : *Recalling matkul Pendkel*

Hikmah dibalik mengambil mata kuliah Psikologi dan Pendidikan Keluarga sebelum liburan.

***

Pantai Krakal, Tepus, Gunung Kidul.
Raffi : Ombak-ombak datanglah padaku. Jemput aku ke tengah laut. Mba, aku mau main ke tengah laut ya?
Gw : Jangan Raffi, mainnya di sini aja.
Raffi : Kenapa ndak boleh, Mba?
Gw : Raffi belum bisa berenang khan? Kalau nanti Raffi hanyut kebawa ombak gimana? Gak bisa kesini lagi nanti.
Raffi : Tapi khan aku dilindungin sama Allah, Mba.
Gw *speechless*
Me and my cousin

Mukanya mengkerut karena gak boleh main ke tengah laut :P


 ***

Karena lu mengggunakan kata ngarep, berarti lu mengharapkan sesuatu kan? (Anonim, 2012)

*** 
Percakapan di arus balik Lebaran.

#infoarusbalik berdasarkan pemantauan, gerbang tol banyumanik, kanci, nagrek, dan cikampek tidak bergerak.. | yaiyalah.. 
@elangfajar din, gw baru lewat tol kanci loh. Tidak bergerak? Kok gw aduhai lancarnya ya?  
@annisadwiastuti gerbangnya tut yg ga gerak :p eh berarti dket dong posisi kita? hahasik.. 
@elangfajar sumpah din.. Itu, bener banget loh -__-" mau bgt dkt sama gw? :p di mana posisi? Gw indramayu nih. 
@annisadwiastuti mau bgt ampe pengen nangis loh.. *najong* sama.. indramayu nih.. lu naik apa dah? truk sapi? 
@elangfajar naik mobil jip gw din. Emang lw liat truk sapi? Jangan2 kita liat truk sapi yg sama -_-
@annisadwiastuti gw liatnya pas di tol tadi hha.. yaa seengganya kita melihat matahari yang sama.. #geleuh #eneg
@elangfajar dan menghirup udara yang sama... #carikeresek #mual eh din, lw belum minta maap lebaran sama gw :/  
 Dan demi apapun, gw pengen banget loh Din ngelempar lw pake sendal saat itu.

***

Cool adalah.. cowok yang bilang gak berani menjanjikan sesuatu yang belum tentu sanggup ia lunasi (Me, 2012)

Rabu, 22 Agustus 2012

untuk - yang

Untuk segala tulisan :
  • yang diijanjikan untuk selesai tetapi tidak terselesaikan
  • yang di-publish atau tersimpan dalam draft
  • yang teralu gegabah untuk dituliskan
  • yang mengandung emosi berlebihan
  • yang tak sengaja menimbulkan pengharapan semu
  • yang tak sengaja menimbulkan keingintahuan berlebihan
  • yang memiliki pemaknaan yang tak menyenangkan
  • yang memicu keinginan untuk merangkai pola-pola
  • yang sering mencantumkan nama tanpa izin
  • yang sering memajang muka tanpa bilang-bilang
  • yang mungkin memicu kekhawatiran
  • yang sering mengekspresikan kekaguman berlebihan
  • yang sering mengungkapkan kekecewaan terselubung



mengucapkan :


Semoga segala kata maaf yang dikirmkan hari ini, gak ada yang pending di sudut relung hati manapun :)

Jumat, 17 Agustus 2012

Rabu, 15 Agustus 2012

Gandewa dalam Surat Kabar

Lagi baca ulang semua postingan berlabel tentang anak panah. Membuka semua folder foto berjudul Gandewa. Gini nih urusannya kalau terbiasa menulis pake emosi. Sekalinya emosinya lagi datar bin lempeng, jari-jarinya jadi mager banget. Butuh stimulus-stimulus  untuk membuatnya jingkrak-jingkrak lagi.

Daaan, tetiba nemu ini di desktop laptop :D


Satu halaman penuh artikel tentang Gandewa. Terbit di edisi khusus penididkan surat kabar Seputar Indonesia seminggu pasca pendakian ke Semeru. Artikel ini pun sepakat dianggap sebagai salah satu senjata perizinan ke orangtua untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya. Wong harian nasional aja percaya kok kalau perjalanan Gandewa aman :P 

Stimulus paling dahsyat pun datang waktu gw inget kata-kata Kautsar.
Kautsar : Gua kira artikelnya lu yang nulis, Tut.
*buka draft blog* * lanjut nulis lagi*

Selasa, 14 Agustus 2012

Daftar 100 Mimpi (Setelah Satu Tahun)


Dari hanya sebuah tugas Orientasi Kehidupan Kampus, selepas satu tahun sejak pertama kali dibuat, daftar di atas berubah banyak lebih dari sekadar nomor-nomor yang berharap mampu di ceklis di kemudian hari.

Daftar itu hanya gw miliki satu. Saat ini gw tempel di atas meja belajar di kostan gw. Tanpa copy-an dalam bentuk apapun. Dan hari ini, gw mencoba menuliskannya kembali. Mencoba menghitung berapa banyak yang ternyata mampu diceklis. Mencoba membaca ulang apa-apa yang pernah diimpikan seorang mahasiswa baru Fakultas Psikologi UI tahun lalu.

Semakin ke bawah, semakin senyum-senyumlah gw. Semakin geleng-gelenglah gw. Semakin merasa ada-ada saja mimpi yang gw tulis. Tapi, hey, saat menjadi maba gw berani loh menulis mimpi-mimpi itu. Seberani itu. Tanpa tahu, setahun berjalan, telah ada 15 tanda ceklis di belakang 15 nomor dalam daftar itu. Dan tentu saja, ada sebuah kesadaran penuh bahwa ada nomor-nomor yang di luar kendali gw untuk diceklis.
Rabb, semoga Engkau berkenan mencekliskannya untuk hamba.
Kawan, sungguh. Daftar di atas kini telah berubah banyak. Lebih dari sekadar sebuah tugas Orientasi Kehidupan Kampus. Lebih dari sekadar nomor-nomor yang berharap mampu di ceklis di kemudian hari. Dibalik setiap nomornya ada cerita. Ada pemahaman baru di nomor 2. Ada saudara baru di nomor 3 dan  4. Ada kemegahan di nomor 5. Ada belajar konsisten di nomor 7. Ada upaya memilih di nomor 8. Ada amanah bermula dari nomor 10. Ada keinginan untuk berdamai di nomor 14 dan 15. Ada meluruskan niat di nomor 19. Ada kenekatan di nomor 21. Ada pembelajaran di nomor 22. Ada lesatan di nomor 39. Ada mendengar di nomor 41. Ada keniscayaan di nomor 42. 

Dan selalu ada silaturahmi, di setiap nomornya :)

Hari ini, daftar 100 mimpi gw khusus ditulis ulang untuk permintaan seseorang. Seorang adik yang berencana untuk membuat sendiri daftar 100 mimpinya. Selamat merangkai 100 mimpimu, sayang. Bersiaplah untuk begitu banyak cerita dibalik setiap nomornya :) 

Oia, hati-hati, ya. Daftar 100 mimpi bersifat adiktif. Ketika kamu berhasil menceklis satu saja nomor dari daftarmu, nomor-nomor yang lain akan merengek manja minta diceklis :P

Jadi, ada yang mau membantu gw menceklis mimpi-mimpi selanjutnya? :D

***

Daftar 100 Mimpi

1. Menjadi seorang muslimah yang kaffah
2. IP dan IPK tingkat 1 cumlaude (√)
3. Keliling UI naik bikun (√)
4. Keliling UI naik spekun (√)
5.Shalat Tarawih di MUI (√)
6. Rutin mentoring di FUSI Psikologi UI
7. Mendapat beasiswa (√)
8. Ikut minimal 1 kepanitiaan di kampus (√)
9. Tulisan dimuat di harian nasional
10. Keliling UI jalan kaki (√)
11. Nilai TOEFL >500
12. Hafal juz 30
13. Membuat psotingan di blog 'Lihat Kampusku' (versi lengkap)
14. Berkunjung ke ITB (√)
15. Berkunjung ke Jalan Riau, Bandung (√)
16. Lancar mengendarai motor
17. Lancar mengendarai mobil
18. Punya penghasilan sendiri dari menulis
19. Nonton JGTC (√)
20. Melengkapi koleksi buku Andrea Hirata dan Tere Liye
21. Berkenalan dengan Mapres UI (√)
22. Berkenalan dengan Ketua BEM UI (√)
23. Cakap dalam pekerjaan ibu rumah tangga
24. Rutin menulis setiap hari
25. Lulus tahsin I
26. IP dan IPK 4
27. Ikut salah satu UKM di UI
28. Pengurus BEM Psikologi/UI
29. Mapres UI
30. Mapres Fakultas Psikologi UI
31. Berkunjung ke luar negri dengan tujuan akademis/ nonakademis
32. Blogger dengan follower >500
33. Mendapat beasiswa menulis
34. Menjadi pengajar freelance di NF
35. Mendapat beasiswa PPSDMS-NF
36. Mendapat keringanan BOP-B
37. Memiliki perpustakaan pribadi
38. Penulis tetap di sebuah harian nasional
39. Naik gunung (√)
40. Ikut aksi minimal 1 kali
41. Ikut seminar minimal 1 kali (√)
42. Narasumber materi di BLDK SMAN 1 Bogor (√)
43. Menjadi asisten dosen
44. Bisa bermain biola
45. Berkenalan dengan Najwa Shihab
46. Berkenalan dengan Tere Liye, Andrea Hirata, dan Ahmad Fuadi
47. Berkenalan dengan Rektor UI
48. Pergi ke Jepang
49. Hanami di bawah pohon sakura
50. Pakai Kimono
51. Lulus Psikologi UI kurang dari atau 4 tahun
52. Lulus dengan nilai cumlaude
53. Mendapat beasiswa S2/Profesi Psikologi di dalam/luar negri
54. Hafal juz 29
55. Responden sebuah media nasional
56. Fasih berbahasa Inggris
57. Fasih berbahasa Jepang
58. Lulus Tahsin II
59. Bekerja di bagian HRD sebuah perusahaan
60. Mengajar anak jalanan
61. Pengajar BIP NF
62. Mengirin uang ke orangtua tiap bulan
63. Membiayai orangtua haji/umroh
64. Handal memasak
65. Handal membuat kue
66. Bisa berenang
67. Berkunjung ke Bali
68. Berkunjung ke Lombok
69. Mencoba snorkling
70. Mencoba diving
71. Mempunyai taman baca untuk umum
72. Punya rumah hasil keringat sendiri
73. Punya rumah yang memiliki ruangan untuk memandangi bintang secara langsung
74. Inisiator gerakan 'Indonesia Bebas Buta Huruf'
75. Menjadi penulis profesional
76. Dosen Psikologi UI
77. Dekan Fakultas Psikologi UI
78. Mempunyai lembaga psikologi sendiri
79. Menikah dengan laki-laki sholeh, mapan, dan tampan
80. Sudah menghasilkan minimal 1 buku
81. Punya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rohmah
82. Menunaikan ibadah haji
83. Ziarah ke makam Rasullulah
84. Hafal juz 28
85. Berkunjung ke UGM
86. Berkunjung ke 5 PTN terbaik di Indonesia
87. Orang pertama yang mengajarkan anak baca tulis
88. Orang pertama yang mengajarkan anak baca Al-Quran
89. Punya kafetaria khusus keluarga besar OSIS SMAN 1 Bogor
90. Punya jadwal khusus untuk menemani anak mengerjakan PR
91. 'Kembali' membangun SD
92. 'Kembali' membangun SMP
93. 'Kembali' membangun SMA
94. Punya yayasan penidikan
95. Berkunjung keliling Indonesia
96. Berkunjung keliling dunia
97. Masuk Kick Andy
98. Kembali pada-Nya dalam keadaan menuntut ilmu-Nya dan mengingat nama-Nya
99. Kembali pada-Nya dalam keadaan khusnul khotimah
100. Masuk surga-Nya

Senin, 13 Agustus 2012

Deja Vu

Dear, Brother.

Untuk kamu yang sedang meraskan deja vu regenerasi OSIS, semoga bisa menyikapi berbagai persamaannya dengan baik :)

Sampai jumpa di bulan September, Bro!

Huh-Hah!

Saat gw menuliskan postingan ini, gw sedang berada di Yogya. Bukan. Bukan di daerah kotanya. Bukan Yogya dekat keraton sebagai simbol kesultanan Kota Pelajar ini. Bukan Yogya dekat Malioboro yang jadi ikon wisata di daerah istimewa ini. Tempat gw menuliskan postingan ini, berjarak satu jam lebih dari pusat kota. Berjarak dua jam lebih dari Pantai Baron, salah satu pantai selatan yang ada di Yogya. Sebuah daerah pegunungan bernama Gunung Kidul.
Hafil : Hahaha, anak gunung mudiknya juga ke gunung lagi ya, Tuth?
Celetukan Hafil pun membuat gw (baru) notice kalau rumah Mbah gw itu di daerah pegunungan. Sepertinya gw akan betah berlama-lama di sini tahun ini :)

Detik gw menuliskan tulisan ini, pintu ruang tamu Mbah gw bergoyang-goyang. Ditiup angin. Jajaran pohon jati besar-besar terlihat mengelilingi rumah Mbah gw. Dedaunannya ikut bergoyang. Jalanan yang terbentuk dari pelapukan batu kapur membelah  jajaran pohon jati menjadi jalan utama. Dua tiga daun jati yang gugur memenuhi jalan. Dari sudut jendela yang lain, sebuah bendera merah putih menancap di depan rumah. Memberi warna berbeda dari pemandangan yang selintas hanya terlihat hijau dan coklat.  Ah, ya, sebentar lagi 17 Agustus. Lenguhan suara sapi tetangga pun mengalihkan perhatian gw untuk kembali dalam tulisan ini.

Gw sampai di Yogya kemarin malam. Mudik bertiga. Bapak, Ibu, dan gw. Si Mas memutuskan lebaran di Bogor dan Depok bersama Mba Nuy. Adanya perubahan yang terjadi pada gw sepanjang tahun ini, berdampak pada perubahan cara gw menikmati perjalanan mudik kali ini.

Bapak memilih melewati jalur selatan. Jalur yang didominasi dengan sawah, gunung, dan hutan di kanan kirinya ini, tentu saja tidak begitu saja gw sia-siakan. 

Ah, ya, gw jadi ingat. Satu hari di bulan Juli lalu, gw melakukan kegiatan layaknya seseorang yang bekerja di ibukota dan harus menempuhnya dengan pulang pergi dalam satu hari. Gw berangkat pukul 05.30 pagi. Bahkan sepagi itu sudah harus bertemu dengan kemacetan ibukota. Gw berkegiatan di lantai 18 di salah satu gedung perkantoran di Jalan Gatot Subroto. Dari ketinggian itu kesibukan ibukota terlihat jelas. Kendaraan mengular di kedua sisi jalan. Pengap gw melihatnya. Persis di seberang gedung tempat gw berkegiatan, terdapat sebuah helipad. Persis di puncak gedung di hadapan gw. Gw berkesempatan melihat helikopter mendarat di sana, menurunkan seseorang dari dalamnya, dan kembali pergi. Seseorang yang turun dari helikopter terlihat tergesa. Segera masuk ke dalam gedung tanpa percakapan apapun dengan orang yang membantunya turun. Si bos yang harus segera meeting dan menghindari kemcetan Jakarta kali ya? Pikir gw saat itu. Gw pulang pukul16.00. Waktu yang sama dengan kebanyakan jam pulang kator lainnya. Macet.  Bahkan Bogor yang dikenal dengan kota macet pun gak pernah benar-benar membuat gw sejengah sore itu.  Entah gw yang kurang tidur, gw yang kelelahan berkegiatan, atau apapun faktornya, gw mendadak mual. Gw benci kemacetan itu. Gw geram sendiri. Gw memutuskan untuk tidur meredam kegeraman gw. Mendadak gw kangen berjalan sebebas-bebasnya tanpa harus bertemu dengan kemacetan. Gw kangen menghirup udah super bersih. Gw kangen melihat birunya awan dan bintang gemintang tanpa harus dihalang-halangi gedung pencakar langit. Gw kangen naik gunung. Gw kangen Papandayan dan Semeru. Detik itu, gw tahu bahwa setiap gunung, sawah, hutan yang bisa gw lihat dan rasakan, berharga mahal. Termasuk apa yang gw lihat di sepanjang perjalanan ke Yogya tahun ini :)

Oya, Bapaku keren sekali, Kawan! Sudah lima tahun Bapak divonis dokter tidak boleh mengemudi jarak jauh karena darah tingginya. Kemarin, Bapak memberanikan diri membawa istri dan anak permpuannya lagi untuk pertama kalinya dengan menggunakan mobil. Bapak berhasil! Bahkan sampai lebih cepat empat jam dari waktu normal :D

Sesampainya di rumah Mbah, gw disambut hangat dengan Mbah putri gw. Tiga tahun berselang sejak terakhir kalinya gw berkunjung ke sini, banyak yang berubah dari rumah Mbah. Hasil kerja keras anak-anaknya yang ingat untuk memberi kembali kepada rumah dan orangtuanya.

Sebelum masuk, gw mendongakan kepala ke atas. Berharap ada sesuatu yang bisa gw lihat. Subhanallah. Langitnya bersih. Dan... Bintangnya bagus. Walaupun jujur saja, sampai saat ini, buat gw belum ada yang bisa mengalahkan bintangnya Gunung Papandayan. Bukan begitu Rim, Ta, Ri, Sar, dan Kak Syanmil? ;)

Gw masih duduk di tempat yang sama. Bedanya, gw sudah ditemani Ibu dan Tante gw. Beliau-beliau sedang membicarakan realisasi permintaan gw untuk berkunjung ke Pantai Baron, Krakal, dan Kukup. Gandewa (dan orang-orang di dalamnya) sedikit banyak sukses melatih gw untuk peka bahwa Indonesia segitu indahnya. Segitu banyaknya tempat yang terlalu merugikan untuk dilewati. Segitu banyaknya tempat yang bisa me-refill iman, rasa syukur, dan rasa sekecil-kecilnya diri dibandingkan ciptaan-Nya dan pencipta-Nya. Termasuk memberitahu gw bahwa daerah rumah Mbah gw... ternyata segitu indahnya :)

Detik gw menuliskan tulisan ini, Kak Dina baru saja sms. Kak Dina yang sukses membuat gw seseneng itu bulan Juli lalu karena sepatu gw dibawa ke puncak Rinjani :D

 Kak Dina di Gunung Rinjani
 Kak Dina : ‎Annisa Dwi Astuti, sepatu kamu soak dikit pas turun dari trek ini. maapken :(
Kak Dina adalah ketua Gandewa gw di kepengurusan sebelumnya. Salah satu kakak ter-kece favorit gw di Psikologi. Kak Dina sms minta izin untuk nge-sol sepatu gw yang soak. Bahkan gw gak ada sedih-sedihnya sama sekali aja loh sepatu gw soak. Ketutup rasa seneng gw karena sepatu gw dibawa ke Rinjani sama Kak Dina, hihihi :D

Sms Kak Dina pun menstimulus gw untuk membuka sebuah link. Facebooknya Kak Bimo. Saat gw pendakian ke Semeru kemarin, beberapa kakak-kakak Gandewa 2008 pun melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Salah satu yang gw tahu membawa kamera adalah Kak Bimo. Gw oprek lah album fotonya Kak Bimo.
Subhanallah.... Allahuakbar....
Rinjani, indahnya kebangetan.







 Taman Nasional Gunung Rinjani


Gili Trawangan


Dan ini, punyanya Indonesia :')
Tante Ujhee : Dari sekian banyak gunung yang tante daki, Gunung Rinjani yang paling indah, Tuth.
Statement dari seorang tante yang bahkan sudah menjejakan kakinya di Mountain Eiger, Switzerland.

Halo celengan, semoga kamu cepet penuh yak? :D

Jadi, inti dari postingan ini?
Sebelum kembali ke Bogor dan Depok, ada sepuluh tulisan yang harus gw selesaikan di Yogya. Postingan ini bentuk pelarian gw karena belum satu pun dari sepuluh tulisan itu gw mulai, hahaha -___-"
Kak Aji : Jangan kira menulis adalah pekerjaan sekali jadi. Menulis pekerjaan berhari-hari.
Yuk ah, kelakuan prokrasnya cukup sampai di sini, Tuth.

Kalau kata Murai mah : Huh-Hah!
Semangat-semangat, Tuth!

Mari memulai mencintai prosesnya, lagi :)

Cermin

Gw punya seorang sahabat. Di waktu yang lalu, bahkan pernah gw sebut sebagai kembaran gw yang lahir di pulau yang berbeda.

Kembar bukan hanya karena tanggal lahir yang sama (selisih 2 jam sejujurnya), tapi karena.... segitu miripnya. Sering banget dilanda mood yang sama, ditimpa kejadian yang serupa, tidak jauh berbeda dalam menyikapi beberapa hal, yang pada akhirnya muncul istilah sindrom 26 Februari. Walaupun tidak jarang juga kami berada di posisi yang bersebrangan.

Kemiripan itu yang tak jarang membuat gw ngerasa lagi becermin kalau sedang bareng-bareng sahabat gw yang satu ini. Melihat sikap gw dari sikap yang ia tunjukan. Melihat cara gw memandang dari pandangan yang ia berikan. Belajar introspeksi diri dari caranya mengintrospeksi dirinya.

Dan satu hal yang paling gw suka dari sebuah cermin, 
Cermin hanya sanggup memperlihatkan kejujuran.
Have a safe long trip, Je! Can't wait to see your best pict of Ngarai Sianok :)

Sabtu, 11 Agustus 2012

Yang Lewat, Yang Ingin Diingat

Ganjaranmu tergantung kadar lelahmu (HR. Muslim)

***

Belajar di Indonesia tuh sebenernya udah enak banget. Tut. Kalau masih males-malesan belajar di Indonesia, salah banget. Salah banget. (Cathy, 2012)

***
Gw : Rai, liat Raya.
Murai : Kebiasaan anak SMANSA ya, Teh.

***

Sekarang masalahnya kita gak tahu kepada siapa special treatment yang sebenarnya diberikan, Teh. Karena semuanya diperlakukan dengan spesial (Acy, 2012)

***

Kita beda arah, tapi satu frekuensi. (Iqbal, 2012)

***

Bedanya, K****S memberikan fear. Kalau F********R memberikan pengertian (Kak Menik, 2012)

***

Jarak gak perlu dijaga. Hati yang perlu dijaga (Ujhee, 2012)

*** 
Tolong berhenti sejenak dan lihat sekeliling, paling tidak hingga semua jelas tanpa bias. Aku hanya tak ingin kejadian buruk itu terulang lagi… karena aku juga ‘kan terserang nyeri jika itu terjadi. (Gumilang, 2012)

***
Cinta itu harus diekspresikan; dalam gerak perbuatan, rangkaian kata, begitupun do’a dalam diam. (Udin, 2012)

***

Dimash memang segitu respeknya sama orang, Tuth. Dia tuh gak mau banget megang handphone kalau lagi berinteraksi sama orang. (Ujhee, 2012)

***

Cungek : Tut, sumpah gw lagi pengen ngarung banget.
Gw : Ngarung bareng yuk, Cung? Tinggal bilang bos Aufa.
Aufa : Gampanglah.
Gw : Tapi tungguin gw belajar berenang dulu -___-"

***

Fungsi teman hanya satu : Untuk disusahin. Kalau kalian sudah berani membuat orang lain susah, tanda nya kalian sudah menganggap dia teman. (Mas Gigih, 2012)

***

Sumpah gw ngiri banget sama lo, Teh. (Rima, 2012)

***

Nad, sumpah lo strong banget. Inner and outer. (Kak Fiera, 2012)

***

Tuti bisa kok mengendalikannya pelan-pelan (RJ, 2012)

***

Mimpi nomor 101 : Jadi sahabat paling pengertian di dunia (Tuti, 2012)

Nomor 21

Kemarin lusa mood gw anyep banget. Hari kedua gw gak puasa di Ramadhan tahun ini. Hari itu, akhirnya gw bisa mengerti kekhawatiran Kautsar kalau harus naik gunung bareng gw saat gw sedang berhalangan. Akhirnya gw mengerti perasaan Murai yang jadi korban bullying gw tiap seminggu dalam sebulan. Karena gw baru sadar, kalau gw sedang kedatangan tamu bulanan, muka gw bisa semengerikan dan semenyebalkan itu. Kata-kata gw bisa seemosional dan sepedas itu. I feel you, Sar, Rai -___-"

Akhirnya, demi tidak membiarkan diri gw menzalimi banyak orang, lagi, kemarin lusa gw memutuskan untuk tidak banyak bicara. Duduk anteng. Mengangguk, menggeleng, senyum, dan mesam-mesem aja kalau diajak ngobrol. Tapi tetep, dengan mood yang masih anyep.

Selesai menyelesaikan tugas negara di Psiko, tiba-tiba di depan audit Gugum mencegat gw. Mengajak gw untuk datang ke acara Santai Sore di Perpustakaan Pusat. Katanya acara dari BEM UI yang menghadirkan pembicara inspiratif seputar kepemimpinan dan social media. Sebenarnya gw sedang butuh ngenet untuk men-download foto-foto Semeru. Mau melanjutkan menulis catatan perjalanan. Tapi daripada mendowload sendirian yang bisa membuat mood makin anyep, gw pun mengiyakan ajakan Gugum. Siapa tau bisa mendownload di tengah keramaian.

Setelah mengantar Nila dan Hana ke PPMT, gw menyusul menuju perpustakaan pusat. Di sana sudah cukup ramai. Termasuk anak Psikologinya. Ada Teh Aqist, Abang, Andina, Izat, Icha, Retna, dan Gugum. Tak lama kemudian, acara dimulai.

Bersamaan dengan dimulainya acara, gw membuka laptop. Mulai mencari koneksi untuk mendownload. Koneksinya bikin mood makin anyep. Sambil berkkali-kali menekan tombol connect, gw mendengar moderator memanggil dua narasumber acara Santai Sore hari itu. Bang Iman Usman dan Kak Kuntawi Aji.

Gw masih berurusan dengan koneksi internet. Astagfirullah. Keterangannya internetnya sudah terkoneksi, tapi setiap gw membuka page baru selalu disambut dengan problem loading page. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Alhamdulilahnya tidak ada laptop yang dibanting saat itu. Moderator acara pun mulai berurusan dengan narasumber. Bertanya kepada Bang Isman Usman tentang forum yang ia dirikan. Bertanya kepada Kak Aji tentang tumblrnya yang digandrungi banyak orang.

Akhirnya internet terkoneksi. Gw pun segera mendownload foto-foto Semeru yang ada di facebook. Semenit. Dua menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Tap. Bateri laptop gw habis. Mati. Astagfirullah. Semoga kalian tidak membayangkan se-anyep apa mood gw saat itu.

Gw menutup laptop. Menyilangkan kaki kanan gw di atas kaki kiri gw. Meletakan laptop di atasnya. Menopangkan siku kanan gw di atas laptop. Menopangkan lagi dagu gw diatas telapak tangan gw. Dengan muka yang amit-amit jeleknya karena ditekuk, mencoba mendengarkan apa yang ada di hadapan gw. Semoga tidak ada lagi ke-anyep-an setelah ini.

Santai Sore adalah salah satu program kerja Humas BEM UI (mohon dikoreksi kalau salah). Sebuah acara bincang-bincang yang dikemas secara santai sambil menunggu waktu berbuka puasa. Bertempat di bagian luar Perpustakaan UI yang menghadap ke danau, acara ini menghadirkan Bang Iman Usman yang merupakan Mahasiswa Berprestasi FISIP UI, Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Indonesia, dan Mahasiswa Berprestasi Utama Tingkat Nasional. Menghadirkan pula Kak Kuntawi Aji. Mahasiswa FKUI yang begitu dikenal di dunia social media. Tumblrnya menjadi favorit banyak orang dan menjadi sosok yang sering dimintai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan sosial, agama, menulis, karir dan lain-lain.
Icha : Orang kayak gini nih Teh yang ngambil lahannya anak Psikologi.
Hahahaha, setuju Cha :P

Moderator banyak bertanya kepada Bang Iman seputar forum leadership yang ia dirikan beserta 7 orang temannya. Kepada Kak Aji, moderator pun bertanya seputar tulis menulis. Pelan-pelan raut wajah dan mood gw kehilangan ke-anyep-annya. Ada loh yang bisa diambil manfaatnya dari obrolan sore ini ketimbang memikirkan ke-anyep-an mood yang gak jelas juntrungannya.
Kak Aji : Jangan menulis untuk menyenangkan orang lain.
Senyum gw mengembang. RT pangkat tak hingga Kak Aji :)

Sesi tanya jawab pun dibuka. Gw mendadak malah ingat salah satu mimpi gw. Salah satu mimpi gw yang nyaris berhasil diceklis tahun lalu. Sayangnya, batal diceklis karena Bang Rully batal kembali ke Indonesia karena sedang melanjutkan studinya di Singapura.

Daaan.. aha moment gw muncul! Ada yang bisa gw lakukan untuk tidak membiarkan penghujung hari ini berakhir anyep :D

Sesi tanya jawab kedua dibuka. Gw mengangkat tangan.
Moderator : Silakan Mba maju ke depan.
Gw maju ke depan. Menarik nafas.
Gw : Assalamualaikum. Selamat Sore. Nama Saya Tuti dari Psikologi 2011. Pertama untuk Bang Iman. Bang, sebelumnya saya mau cerita dulu boleh? Tahun lalu saat OKK saya mendapatkan tugas suntuk menulis daftar 100 mimpi. Salah satu mimpi saya adalah berkenalan dengan Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia. Jujur, motivasi saya maju ke sini adalah untuk menceklis salah satu mimpi saya. Jadi, salam kenal untuk Bang Iman :)
Audience : Cieeee....
Hahaha, kelakuan lw Tuth -___-" Lanjut lah.
Bang Iman : (Tersenyum simpul. Menganggukan kepala)
Gw : Pertanyaan saya sederhana Bang. Jujur ini pertanyaan iseng yang sering saya tanyakan kepada orang-orang yang menurut saya...
Gw mengambil jeda. Mengingat-ingat bahwa pertanyaan ini sudah dua kali gw lontarkan kepada dua orang yang berbeda. Udin dan Rj. Dan ini akan menjadi yang ketiga. Pertanyaan iseng yang gw ajukan kepada orang-orang yang di mata gw begitu banyak melakukan pencapaian.
Gw : Arah hidup Bang Iman itu mau kemana sih Bang? Setelah ini, apa lagi?

Sore itu, sukses membuat penghujung hari gw tidak benar-benar anyep.  Terima kasih Gumi untuk ajakannya :D Ngomong-ngomong, lw yang ngajak kenapa lw yang menghilang tiba-tiba, Gum?

Kesimpulannya?
Jangan menyepelakan kekuatan mood yang anyep. Karena dibalik mood yang anyep, lw gak akan pernah tau mimpi lw yang mana yang bisa tiba-tiba lw ceklis karena berhasil tercapai.

Kesimpulan yang aneh -___-"

Gw dan Bang Iman
Obed : Teh, tahun depan Teteh yang dimintain foto bareng sama orang-orang ya, Teh.
Gw : Hahaha, amiin, Bed. Amin :D
21. Berkenalan dengan Mapres UI (√)

Bukan Tempat Singgah

Kemarin Ramadhan terakhir di Depok. Hari ini Ramadhan terakhir di Bogor. Salah satu dari sekian banyak hal yang selalu menyenangkan buat gw dari Ramadhan : melingkarnya kembali tali silaturahmi :)

Ramadhan tahun ini, banyak terjalin lingkaran-lingkaran silaturahmi baru. Ramadhan tahun ini, lingkaran-lingkaran lama masih terus bertemu. Lingkaran-lingkaran yang seharusnya lebih dari cukup menjadi bukti bahwa gw punya banyak orang yang harus diperjuangkan untuk tidak dikecewakan. Karena mereka, bukan hanya sekedar tempat untuk singgah.

Buka Bareng Gandewa

 Team Building Divisi Bedah Universitas BKUI 13

 Buka Bareng  'Lingkaran Depan Istana Bogor' :P


 My beloved brother and sitster : Murai & Acy

 Buka Bareng OSIS Windmill

Dan,
 (masih) kalian

Selalu

Sampai jumpa Depok. Sampai jumpa Bogor. Sampai jumpa di penghujung Agustus. Saat kita bertemu lagi, saat itu, gw tahu bahwa gw tidak akan memiliki jeda lagi. Semoga hari itu, dan satu semester selanjutnya, masih akan semenyenangkan Ramadhan tahun ini :)

Halo Yogyakarta, apa kabar?
Gw datang :D

Selasa, 07 Agustus 2012

Mundur

Acy : Teh, teteh istirahat sekarang! Atau teteh akan mengecewakan banyak orang.
Diancam Acy dengan kalimat semacam itu, gw mengalah. Flu berat. Menghabiskan seharian di tempat tidur tanpa sahur. Hanya bangun saat azan, sholat. Kembali tertidur.

Selama tidur bermimpi. Mimpi tanpa ada siapapun di dalamnya. Memimpikan pemandangan matahari terbit yang pernah gw lihat di Gunung Papandayan. Berganti dengan bintang gemintang di malamnya. Dalam lelap selanjutnya, pemandangan matahari terbenam di Sawarna muncul. Terakhir, ditutup dengan siluet matahari terbit yang pernah gw lihat di Semeru.

Gw terbangun. Azan Maghrib. Dalam keadaan keringat dingin. Ketakutan.
....
Hana : Teteh sakit?
Gw : Iya Na, flu doang kok.
Hana : Bentar, matanya sembab, Teteh habis nangis yaa? Hayo ngaku!!
Gw : Enggak, sok tau ah Na. Jangan mengada-adakan yang gak ada. Kebanyakan tidur doang ini mah. 

Terima kasih sudah peduli.
...
Gw : Na, ini hadiah dalam rangka apa?
Hana : Dalam rangka Hana sayang sama Teteh :)
...
Iya Na, gw nangis.
Gw sedang ketakutan.
Ketakutan kehilangan ketulusan. 

Iya Na, gw nangis.
Gw sedih karena gw lupa punya kalian.

Sedang berjuang mengembalikan ketulusan.
Sementara, gw memilih mundur pelan-pelan.

Senin, 06 Agustus 2012

Ini Kangen, Ini Pulang, Ini (Semoga) Berjodoh

Lagi flu berat. Tapi agak susah emang kalau ketemunya mereka-mereka. Bawaannya ya gak mau istirahat. Gak mau diem.

Setelah sekian lama gak pulang ke Bogor, akhirnya kemarin lusa pulang juga. Langsung dihadiahi pulang bersama Acy dan Murai. Kangen. Sebenernya selalu ketemu mereka selama liburan di kampus, tapi dalam kondisi menjalankan amanah. Gak kayak pulang kemaren, dalam keadaan seru-seruan :D

Khususnya Murai. Kangennya gw dalam arti yang sebenar-benarnya dan dalam arti setanda kutip tanda kutipnya.
Kita udah lama gak ngobrol ya, Rai? Itu mengapa gw hobi banget nge-bully lw belakangan Rai. Hanya bentuk pelampiasan kerinduan gw, haha :P Oia, gw belum bilang ya, Rai? Terima kasih loh. Komunikasi nonverbal kita masih berjalan dengan baik sepertinya.  Lw dalam keadaan membatasi diri untuk bercerita, bukan? Sejujurnya, di saat yang sama gw pun sedang tidak mau mendengar. Lw tau lah apa alasan gw. Gw masih jadi kakak yang terlalu sayang sama adiknya :)
Gw, Murai, dan Acy pun ber-quality time di Pak Ewok. Buka puasa cuma air putih di Depok dan baru makan berat sekitar pukul setengah 9 di Bogor. Kalaplah kami-kami. Memesan sop buah, dim sum, mpek-mpek, batagor, dan somay. Hahaha -___-"

Ngobrol kemana mana. Tentang serunya cerita kakak beradik di rumah masing-masing. Tentang gak gaulnya gw dan Murai dibandingkan dengan Acy kalau soal tempat makan di Bogor. Tentang-tentang lainnya yang.. terima kasih ya, gw seneng loh :)

Oia, waktu di Stasiun UI juga ketemu Iqbal. Gw bertiga sempat terlibat percakapan intelek sampai percakapan random sama Iqbal. Dalam salah satu percakapannya, Iqbal sempat menggemparkan kami dengan pemilihan diksi yang...
Gw : Bal, Kak Asma nya mana? Gak bareng?
Iqbal : Enggak, beda arah pulang kita.
Gw : Yaaah, gak seru beda arah.
Iqbal : Kita beda arah tapi tetap satu frekuensi.
Gw : ...... Bentar bentar, gw udah lama gak belajar fisika. Frekuensi adalah...
Iqbal : Banyaknya getaran dalam satu detik.
Gw : Jadi, bedah arah tapi tetap satu frekuensi maksudnya..
Iqbal : Iya, walaupun arahnya beda, tapi getarannya tetap sama.
Gw : (garuk-garuk kursi stasiun)
Acy : (mukul-mukul tiang stasiun)
Murai : (manggut-manggut)
Njir. diksinya bagus, Bal, hahahaha :D

Terus-terus, pagi ini, setelah menyelasaikan tugas negara di SMANSA (baca : Bedah Kampus), gw menyempatkan ketemu sama Udin. Sebenar-benarnya menyempatkan aja loh ini mah. Bahkan ngobrol sama Nisop cuma sepatah dua patah kata -__-". Nanti khan kita ketemu lagi tanggal 8 ya Sop? :P

Lagi kangen tukar pikiran sama seorang Udin. Ya, benar saja. Setengah jam doang sih emang. Tapi... membenarkan kalau kadar ge-er gw  tepat sasaran, hahaha, iya khan Din :P Obrolan jleb pun adalah ...
Akhirnya, baliknya ke anak SMANSA lagi ya, Din?
Hatur nuhun Udin :)

Siangnya, melesat kembali ke Depok. Quality time lagi sama Acy. Dari Balairung, melintasi taman di sebelah perpus pusat. Ada lingkaran maba yang tengah berkumpul. Salah satu diantaranya, mengangkat tangan dan mengarahkannya ke arah gw. Ghilandy!

Seneng aja loh gw ngeliat Ghiland di sini. Di UI :D Cuma bisa menyemangati jarak jauh. Mendadak di sebelah gw ada yang girang banget ngeliat Ghilandy.

Acy.

Sepanjang sisa sore, gw dan Acy membahas Ghiland yang diterima di Teknik Bioproses. Berharap dan berdoa dia bisa membadai lagi di sini. Membahas Ghiland yang dulu dikagumi lintas angkatan karena behave nya. Ternyata, salah satu pengagumnya ada di sebelah gw.
Acy : Dedek, Teteh tunggu dewasamu..
Njir, ngakak guling-guling lah gw denger celetukan Acy. Mana mukanya malu-malu kuda kucing sambil nutup muka waktu bilangnya. Alamaaak, gak kuat gw ngeliatnya *angkat tangan*

Kutek ini lah domisili kita ya, Ghiland. Sampai bertemu! Semangat PSAF nya! :D

Dan, dan, dan, semua pertemuan ini sejujurnya sedang ngecover deg-deg-annya gw atas pilihan yang baru gw ambil. Pilihan keluar dari sebenar-benarnya zona nyaman.

Kayak OSIS dan Gandewa, semoga kali ini berjodoh.
Badan Otonom Pers Suara Mahasiswa Universitas Indonesia.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Bismillahirahmanirrahim

Mulai bertemu kembali dengan atmosfer semacam ini. Ngangenin. Terlepas dari banyak selayang pandang tentang apa-apaan, dalam atmosfer ini, selalu ada yang bisa diberikan. Selalu ada yang merasa mendapatkan. Selalu ada yang tulus menjadi manfaat. Selalu ada yang merasa menjadi salah satu kepingan perubahan. 

Itu mengapa, saya mencintai pendidikan.

Kalimat si teteh mendadak kembali menghujam dalam. Dan hari ini, biarkanlah bertransformasi menjadi sebuah doa. Semoga melangit. Semoga diijabah. Semoga menerabas deras ke relung hati orang-orang yang diberikan. Walaupun dengan pengertiannya masing-masing. Walaupun bukan dalam waktu dekat.
Semoga mulai hari ini, apa-apa yang akan disampaikan dengan hati, akan sampai ke hati juga. Amin.
***

Ini bulan Agustus ya?
Saatnya memutuskan, untuk akhirnya berani atau tidak masuk ke lingkaran itu.

Mendadak pengen nanya ke Posko.
A, Teh, saya tau batasan diri saya dan saat ini saya sedang tidak membatasi diri. Tapi.. mengapa sekarang seolah saya sedang bunuh diri?

Rabu, 01 Agustus 2012

Segini jarangnya loh ternyata gw menomor duakan kalian
Maaf untuk akhirnya harus gw lakukan untuk pertama kali.